|
Sumber Gambar : Google |
A Man Called Ahok kini memang sedang menjadi perbincangan di
jagad sosmed. Sejak kemunculan trailernya, aku udah penasaran dan pingin
banget nonton. Hingga akhirnya kemarin, 08 November 2018 aku nonton. Sebelumnya
aku beli tiket pas jam makan siang, kirain bakalan ada jam yang lebih awal
gitu, nggak taunya hari pertama tanyangnya Cuma jam 18.30 aja. Oiya, aku nontonnya di
CGV Hartono Mall Yogya (Harus banget
disebutin yak ) karena yang paling dekat ya di situ.
Dalam film ini, pak Ahok diperankan oleh Daniel Mananta.
Film ini bercerita tentang masa kecil Pak Ahok hingga dirinya menjadi seorang
pejabat. Jadi nggak ada hubungannya dengan isu yang lagi ramai di jagad sosmed.
( Anak twitter pasti taulah ya ).
Yang menarik dari film ini adalah bagaimana cara ayahnya pak Ahok mendidik anak-anaknya. Sejak kecil pak Ahok sudah didik sangat baik oleh
ayahnya. Hal tersebut ternyata membuahkan hasil dengan yang membuat pak Ahok menjadi sosok yang punya prinsip. Tak hanya itu, dalam film ini, kamu bakal disuguhkan
dengan keindahan laut Belitung yang bikin pingin main ke sana. Maklumlah, Aku emang suka salfok sama tempatnya.
Selain Daniel Mananta, ada beberapa artis yang yang juga
main di film ini, diantaranya adalah :
Eric Febrian sebagai
Ahok remaja
Denny Sumargo sebagai
Kim Nam (ayah Ahok) masa muda
Chew Kin Wah sebagai
Kim Nam masa tua
Jill Gladys sebagai
Fifi Lety Tjahaya Purnama (adik Ahok)
Eriska Rein sebagai
Ibu Ahok Muda
Sita Nursanti Sebagai
Ibu Ahok tua
Edward Akbar sebagai
Musyono (Sahabat Ahok )
Ferry Salim, dan Donny
Damara.
Dalam setiap film memang selalu ada nilai pelajaran yang
diambil untuk kehidupan sehari-hari. Begitu juga film A man called Ahok. Aku mengambil
beberapa pelajaran yang mungkin bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:
1.Jadilah orang yang Dermawan.
Film ini mengajarkan bahwa menjadi orang dermawan
tidak harus menjadi kaya raya. Seperti ayahnya pak Ahok yang selalu membantu siapa
saja yang butuh bantuan. Aku di sini salut sama ayahnya pak Ahok yang tanpa pikir panjang membantu orang yang butuh bantuan.
"Kalau keluarga kita tercukupi, nggak ada salahnya kita membantu orang yang membutuhkan". Begitulah kira-kira yang diucapkan ayah pak Ahok.
2.Jadilah orang baik.
Tak hanya menjadi orang yang dermawan. Menjadi orang baik
juga penting. Meski kita tau sendiri bahwa orang baik tidaklah mudah, ada saja
orang yang selalu menjatuhkan. Tapi salut banget sama ayah Ahok yang akhirnya
kebaikannya itu turun ke anak-anaknya.
Kalau kita baik sama orang, pada akhirnya orang itu akan selalu ingat kebaikan kita. Seperti dua orang pegawai ayahnya pak Ahok yang selalu ada saat bisnis tambangnya hampir jatuh.
3.Keras kepala belum tentu jahat.
Kalau kamu bener-bener nyimak filnya dari awal sampai akhir,
pasti kamu lihat “perang dingin”
antara pak Ahok dan ayahnya yang beda pendapat. Meski banyak yang beranggapan kalau
karakter Ahok keras kepala, namun dibalik itu semua, beliau berkeinginan untuk
menjadi orang yang bisa membanggakan ayahnya dan mengabdi untuk tanah kelahirannya.
4.Jadi pemimpin harus jujur.
Ini nih yang wajib paling dicontoh dalam film ini. Bahwa
menjadi pemimpin haruslah jujur. Bisa dilihat sendiri kan, waktu pak Ahok sudah
menjadi pejabat, kemudian dimintai tanda tangan serah terima uang perjalanan,
padahal kenyataannya tidak ada dinas perjalanan. Itu sama saja sudah
mencerminakan pemimpin yang jujur dan tidak korupsi. Patut dicontoh tuh.
5.Tidak lupa teman.
Scene ini muncul saat Ahok kecil sedang bermain dengan teman
sebayanya yang bernama Musyono. Saat itu mereka sedang membicarakan cita-cita,
kemudian si Musyono berkata, “Ah…nanti
pasti kau lupa kalau kau sudah jadi orang besar”. Lalu Ahok kecilpun menjawab, “Ah…dak mungkinlah aku lupa sama kau”.
Pada waktu itu, Musyono kecil juga berkeinginan kalau ia
ingin melihat Monas di Jakarta. Akhirnya saat pak Ahok menjadi Gubernur DKI
Jakarta, Ia benar-benar mengajak Musyono melihat Monas. Itu membuktikan kalau
kekuasan tidak membuat beliau lupa dengan orang terdekatnya.
6.Hidup harus punya prinsip.
Dalam film tersebut, atas permintaan ayahnya, pak Ahok harus
menjadi Dokter. Namun hal itu ternyata tidak terjadi lantaran Ahok sudah punya
prinsip mau menjadi seperti apa. Dengan prinsip itu akhirnya Ahok sukses
berkarir menjadi politikus yang tegas dan jujur.
Yang bikin sedih pada film ini adalah pada saat sebelum film
dimulai, diperlihatkan ketika pak Ahok dinyatakan bersalah pada penistaan agama
pada tahun 2017.Masih inget nggak? Ketika para pendukung pak Ahok menyalakan lilin
dan itu bikin trenyuh banget.Syediiiiih....
Pada bagian akhir juga ada suara Ibu Veronika
yang membacakan surat yang ditulis pak Ahok dari balik jeruji besi. Pokoknya buat
kamu yang penasaran dengan kisah masa kecil pak Ahok hingga menjadi politikus
yang jujur, mending langsung tonton film ini deh. Mungkin kisahnya akan menjadi
inspirasi buat kita.
Kalau kalian sudah nonton dan punya pandangan lain
tentang pelajaran yang diambil, boleh langsung share di kolom komentar ya, siapa tau akan semakin membuat banyak
orang penasaran untuk melihat sendiri film A man Called Ahok.
~MissAnt~