Kamu
tak perlu menyebutku aneh karena Aku lebih merindukan secangkir kopi. Kenapa?
Aku punya banyak alasan kenapa kopi tak pernah menghianati. Beda dengan kamu. Yang
penuh dengan penghianatan. Kopi memang tak semanis kamu, tapi pahitnya bisa
membuatku selalu merindukannya.
Bahkan
kopi lebih bisa membuatku kecanduan. Sehari saja Aku tidak menikmatinya, Aku
seperti hampir gila. Tak seperti kamu. Meski aku tak melihatmu sehari saja, sudah
biasa. Meski senyummu sekilas menyambar bagai petir di siang bolong. Tapi Aku
bisa mengabaikannya. Mungkin Kamu sudah tak semenarik secangkir kopi pahit yang
selalu menemaniku setiap hari.
Pernahkah
kamu mendapatkan penghianatan dari secangkir kopi? Pernahkah kamu dikhianati
seorang kekasih? Pernahkan kamu menjadi korban pengkhianatan seorang teman?
Lalu, siapa yang paling setia? Bukankah hanya secangkir kopi. Meski pahit, hitam,
kotor tapi selalu setia dan memberi pelajaran tentang arti hidup.
Hati
yang terkhianati merupakan kesalahan mata yang sangat lemah. Bagaimana tak
lemah? Kalau ia terlalu cepat tertarik dengan hal yang indah. Sementara tidak
sedikitpun melirik rasa pahit dan ampas yang membekas dalam gelas namun
memiliki kesetiaan yang luar biasa.
Aku
tak pernah salah memilih kopi. Bagi mereka, kopi tidaklah menarik. Tapi Aku
banyak belajar darinya. Karna yang hitam dan pahit tak selalu buruk. Buktinya,
Aku lebih tertarik dengan secangkir kopi dari pada seorang penghianat bertopeng
sepertimu.
~MissAnt~