Kamis, 22 Juni 2017

Awalnya saling nge-LIKE, akhirnya....

Semenjak banyaknya social media memang memudahkan orang untuk punya banyak teman. Ya...PUNYA BANYAK TEMAN. Sosmed bisa jdi ajang nyari temen sebanyak-banyaknya. Sekarang ini modelnya beda. Beda gimana coba? Ya beda aja. Kalau si A temenan sama si B harus selalu nge-like postingan yang ada di sosmed. Kalau enggak ya, timbal balik gitu lah. Kalau kamu LIKE, aku juga bakalan LIKE. Semudah itu kah?
Siklus pertemanan semakin lama semakin mudah ditebak. Salah satunya, nggak bertahan lama. Selagi udah nggak bersama, ya berarti udah berasa “nggak penting” lagi. Miris sih. Tapi apa boleh buat, kalau mereka menilai pertemanan hanya sebatas kenal dan saling melupakan, ya apa boleh buat. Nggak mungkin donk, kita memohon-mohon biar mereka tetep temenan sama kita.
Akhirnya semakin kita jarang LIKE, maka hubungan pertemanan semakin jauh. Sekarang lagi zaman begini, walaupun postingannya jelek, pokoknya harus tetep di LIKE. Dengan begitu pertemanan akan berlangsung di jagad dunia maya. Iya di jagad dunia maya doang. Nggak tau aslinya kayak gimana.
Kalau dipikir-pikir, sosmed emang asyik sih. Tapi nggak semua teman yang ditemukan disosmed bisa bertahan lama. Percaya deh, tar kalau udah bosen nge-LIKE postingan ujung-ujungnya juga lost contact, terus ilang entah kemana dan tergantikan sama temen sosmed yang baru. Siklusnya sudah bisa ditebak.

Nyari temen yang tulus emang nggak gampang. Begitu juga dengan mempertahankannya. Kalau kita niat mempertahankan teman sedangkan mereka enggak, ya sama saja. Yang perlu dilakukan adalah bertemanlah dengan siapa saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya. Bisa saja pertemanan itu hanya waktu itu saja. Bisa saja pertemanan itu akan berlangsung selamanya. Who knows?

Sabtu, 17 Juni 2017

Still Available




“Sudah dipesan”
Apanya yang dipesan?orangnya? Bukan. Orangnya belum ada yang meminang kok (Eciee....jujur banget). Ini hanya soal memesan makanan. Tapi ada sedikit kaitannya dengan hati. Cieh....apa-apa dikaitkan dengan hati. Enggak sih, tapi lagi pas banget bahas pemilik hati. Seperti lagunya Armada Band yang selalu “ngena” banget sampai ke hati. Meskipun menurut orang lain biasa saja, tapi bagiku agak “mak jleb” aja. Misalnya saja yang judulnya, “pemilik hati”, “apa kabar sayang”, dan “asal kau bahagia”. Nah....itu paling ngena banget. Kadang emang suka muter lagu berulang-ulang kalau pas banget sama suasana hati. Ini pasti juga dilakukan banyak orang. Iya kan? Ngaku saja.
Oke baiklah, kenapa jadi bahas lagunya Armada? Balik lagi ke topik “sudah dipesan”. Pakai foto profil dengan tulisan “sudah dipesan” seringkali dinilai sudah ada yang punya. Nyatanya belum kok.
Jadi maksudnya begini,
Hati itu kadang ibarat tempat makan, siapa yang memesan duluan, pasti akan mendapatkan apa yang ia mau, dengan catatan, memesan tempat makan yang nyaman juga susah, apalagi kalau tempatnya ramai, menarik dan banyak yang menginginkan tempat itu.  Memiliki apa yang kita mau harus dengan pengorbanan, nggak bisa instan begitu saja. Karena segala hal yang instan juga bisa hilang dengan mudah.
Misalnya, saat kita mendapatkan apa yang kita mau dengan “merebut” tempat orang, kita juga akan diusir balik oleh security ditempat tersebut karena telah merebut apa yang bukan milik kita. Beda kalau kita memperjuangkan tempat tersebut dan memilih sendiri, hasilnya pasti lebih lega dan nyaman saat berada ditempat tersebut.
Berjuang untuk “memilih tempat” tak hanya berlaku pada pekerjaan yang kita inginkan, bisa juga berkaitan dengan hati lho (Cieh hati lagi hati lagi ). Ketika seseorang sedang memperjuangkan orang yang mereka sayangi, jangan terlalu lama dibiarkan. Ibaratnya, kalau udah “sreg” banget sama tempat itu, segera datangi saja. Pesan terlebih dahulu, sebelum ada orang lain yang mengambilnya. Yakin deh, kalau kita udah memesan tempat terlebih dahulu, maka orang lain juga akan mundur.
Hahahahaha.....begitu lah pokoknya. 


~MissANT~

Senin, 12 Juni 2017

Tak segampang itu....

Tidak semua yang dilontarkan orang lain bisa dengan mudah kita terima. Ya, memang lebih mudah “menyuruh” daripada harus bertindak sebagai pelaku. Bisa saja ia berkata padamu, “kenapa nggak kesana saja? Kenapa nggak mencoba kayak dia” kenapa dan kenapa?”. Andai saja bisa tukar posisi, belum tentu mereka bisa sekuat kita. Sesabar kita. Karna tak segampang itu. . . .

Disatu sisi, kita tak bisa memilih mau bernasib seperti apa? Kalau boleh memilih, sepertinya banyak orang yang lebih milih banyak uang tanpa harus repot-repot banting tulang buat dapetin uang. Orang tak perlu repot lagi berfikir kreatif bagaimana supaya karyanya terjual dan lebih cepat menghasilkan uang. Nyatanya, tak segampang itu. . . .

Mencari seorang teman yang bisa “ngertiin banget” itu nggak mudah. Adakalanya mereka justru khawatir dengan apa yang akan membuat kita maju. Adakalanya kita nggak harus “terlalu” percaya sama temen. Jangan terlalu banyak mencurahkan apa yang kita mau sama temen, walaupun beberapa ada yang mendukung, namun sebagian juga ada yang justru menjegal. Tidak semua orang bisa “mengerti” apa yang kita mau. Emang sih, tak segampang itu. . . .

Orang bisa saja dengan mudah berkata, “Mereka bisa berada di tempat itu, kenapa kamu tidak bisa?”. Menjawab pertanyaan seperti ini tidaklah sulit, hanya saja utuh waktu untuk menata hati. Karna hati yang sedang kacau tak mampu menjawab dengan baik. Sekilas sih, merupakan pertanyaan paling simple, tapi jawabannya butuh kesabaran supaya tidak emosi dan tak segampang itu. . . .


Jangan remehkan seseorang dengan pertanyaan yang seolah menyamakan dengan orang lain. Karna setiap orang sudah dianugerahi kemampuan yang berbeda-beda. Untuk itu jangan beri mereka pertanyaan yang menyudutkan, karna menjawabnya tak semudah itu....


~MissANT~

Si Semut Merah

Awalnya hanya ingin jadi orang yang nggak ribet, masa bodo sama perkataan orang yang suka nyakitin. Sampai pada akhirnya ia berubah menjadi orang yang benar-benar masa bodoh, cuek dan nggak peduli dengan orang sekitar. Hatinya sudah membatu. Ia hanya peduli dengan orang yang paling ia sayang, yang tak lain adalah keluarganya sendiri.


Sejak kecil Meta sudah diajarkan bagaimana bersikap yang baik pada orang lain. Tak heran jika Ia tumbuh jadi anak yang punya respect tinggi terhadap orang lain. Rasa pedulinya pada teman-temannya seringkali membuat banyak orang selalu ingin berteman baik dengan Meta. Ia juga punya banyak teman dari suku yang berbeda-beda sehingga membuatnya lebih mudah mengetahui karakter masing-masing orang.


Yang selalu dijadikan pedoman dalam hidupnya adalah selalu berbuat baik. Walau kadang berbuat baik itu menyakitkan, mengecewakan bahkan membahayakan diri sendiri. Akan tetapi, meta begitu cuek dengan hal itu. Prinsipnya ialah, yang penting dia baik sama orang, urusan sakit hati dan segala macam, itu belakangan.


Sekarang nyari orang baik yang beneran tulus emang ngga gampang. Kalau kebanyakan ngarep sama orang, jatuhnya kita sendiri yang sakit hati. Karna apa yang kita anggap baik belum tentu baik. Meta pun juga kerap mengalami hal itu, hanya saja ia terlalu cuek. Ia pernah punya teman baik. Bahkan sudah dianggap seperti saudara.


Ia tak segan memberi bantuan pada teman yang selalu membutuhkan. Segala keluhan kesah teman selalu ia layani. Walau kadang ia sendiri punya masalah yang seharusnya butuh teman curhat. Tapi hal itu sudah biasa. Meta memang pandai menyembunyikan sesuatu.  Sampai pada suatu hari ia merasa down dan ingin curhat. 

Tapi temannya selalu menolak punya waktu. Yah...manusia memang begitu. Saat butuh saja merangkak-rangkak. Giliran udah seneng aja kabur. Ini juga tak hanya sekali dua kali ia dikecewain temennya. Akhirnya kesabarannya pun habis. 

Meta berubah menjadi orang yang berbeda. Ia tak lagi peduli dengan orang sekitar. Bagai seekor semut merah, kini ia bisa sangat menyakitkan jika diinjak. Bahkan bisa menyakiti siapapun yang mengganggunya.


~MissANT~

Jumat, 09 Juni 2017

Ada apa dengan Facebook

Facebook yang sekarang emang beda. Bukan beda warnanya. Klo soal warna masih sama kok, biru tua. Hanya saja penghuninya yang nggak kayak dulu. Seingatku saat pertama maian facebook hanya untuk lucu-lucuan. Update status alay. Main wall to wall sama temen satu kosan. Padahal sih, klo ngobrol juga masih sebelahan gitu. Eee...lha kok ini mainan wall to wall dan komen-komenan. 

Duh....parahnya. Tapi itu justru yang bikin kangen. Kenapa? Penghuni facebook sekarang berubah. Jadi makin gaol. Jadi makin "pinter". Ya..pinter ngomentarin orang.

Facebook tak hanya sosmed yang biasa dipakai buat seneng-seneng. Kamu bisa jualan online, share info menarik, dan.....nyinyir. Yap, nyinyir soal apa? Klo yang paling ramai itu menjelang pilpres, cagub, pokoknya pemilihan pemimpin gitu deh. Emang sih, pilihan tiap orang beda-beda. Dan itu nggak papa. Hak asasi. Asal tidak saling nyinyir menyinyir aja sih.

Tapi kadang heran, beda pilihan kemudian dikait-kaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya gini, "eh kok kamu pakai baju itu sih, pendukungnya si anu ya". Pernah denger kayak gin kan? Suka dikait-kaitkan gitu. Padahal emang suka motif kayak gitu dari dulu.

Kalau udah kayak gitu emang susah. Mainam facebook jadi nggak seru. Temen yang dulu asik jadi nggak asik. Masalahnya apa? Sepele. Cuma masalah beda pilihan. Ngerasa pilihannya yang paling bener. Si anu tersinggung dengan apa yang di share si itu. Kemudian terjadi perang sengit. Hello...segitukah ujian pertemanan? Kesannya jadi lebay banget.

Kalau udah begini, yang salah bukan facebook nya. Hanya saja penggunanya lagi labil. Kalau facebook udah nggak asik, maka"depak" saja orang yang bikin nggak asik. Alasan orang main facebook kan buat seneng-seneng, klo ada "penghalang" dan bikin nggak seneng, "depak" saja. It's okay.

Ada apa dengan facebook?

Dia nggak kenapa-napa.


Penggunanya yang kini sedang kenapa-napa.


~MissANT~

Popular Posts