Rabu, 16 Oktober 2019

Apa Yang Membuat Orang Merasa Depresi?


Sumber Gambar : Google 


Terakhir kali nulis soal despresi adalah ketika denger kabar kalau Jonghyun (SHINEE) bunuh diri. Hal ini seolah membuat jagad hiburan Korea berduka. Seolah masih melekat soal kasus bunuh diri dari kalangan akris korea, kemarin anak Kpop juga dikejutkan dengan meninggalnya Sulli (Mantan personel Girlband Fx) yang ditemukan gantung diri di kediamannya. Pas aku baca di twitter, emang beritanya masih banget banget. Banyak pihak yang belum percaya atas meninggalnya Sulli. Hingga akhirnya ada pengumuman penting, Sulli dinyatakan meninggal karna gantung diri (c.m.i.i.w).

Banyak berita beredar kalau Sulli meninggal karena depresi yang sudah parah. Hal ini karena banyak orang yang membullynya. Lalu aku juga baca kalau ia sempat live di akun Instagramnya dan bilang, “mengapa banyak yang membenciku, aku bukan orang jahat. Lalu, apa yang harus aku lakukan agar kalian menyukaiku”. Begitulah kira-kira potongan instagram storiesnya.

Ternyata dampak pembullyan emang gitu banget. Buat yang nggak kuat bisa bikin seseroang mengakhiri hidupnya. Sebenarnya apasih alasan orang membully orang lain? Efeknya buat yang udah membully itu apa gitu loh? Tapi ya emang sih, berdasarkan beberapa artikel yang sudah aku baca, jadi Idol di korea emang harus kuat mental. Pergaulan di sana kayaknya emang tak luput dari kasus pembullyan. Yah....gimana, emang udah budaya kali ya. Tapi kasian kalau sampai benar-benar nggak kuat dan harus mengakhiri hidupnya.

Sejak kemunculan film Joker, sepertinya banyak yang lebih perhatian terhadap kesehatan mental seseorang.  Rame banget di twitter. Banyak sekali yang bikin thread soal kesehatan mental. Belum selesai membahas soal kesehatan mental, lalu ada berita soal kematian Sulli yang diduga bunuh diri lantaran mengalami despresi.

Depresi sebenarnya tidak selalu diderita oleh orang-orang besar seperti Idol Kpop. Mungkin bagi salah satu pecinta kpop dan kdrama, aku sering banget denger kabar kalau banyak artis atau Idol yang ditemukan meninggal karena gantung diri, ada juga yang meninggal karena overdosis obat-obatan.

Semua orang tentunya punya masalah dalam hidupnya. Tinggal bagaimana cara kita dalam mengatasi masalah tersebut. Yang bikin nggak masuk akal adalah ketika putus cinta menjadi depresi terberat bagi seseorang. Sayang banget. Ya mungkin belum cukup dewasa dalam mengatasinya sehingga dirinya merasa tertekan.

Sebenarnya apa yang membuat orang depresi hingga memutuskan untuk bunuh diri? Btw, aku juga pernah nulis penyebab depresi dan cara mengatasinya. Silakan dibaca, siapa tahu berguna buat kamu-kamu yang merasa sedang depresi.

Dari banyaknya lalu lalang temlen twitter yang membahas tentang kesehatan mental, kasus bullying, dan depresi, aku jadi bersyukur banget masih punya teman-teman yang bisa diajak ngobrol enak. Mungkin di luarb sana memang banyak Idol korea yang memiliki fans banyak sekali, sayangnya ada hal yang membuatnya tertekan.

Ya namanya hidup, Cuma sawang sinawang aja. Yang terlihat bahagia banget belum tentu bahagia, dan yang terlhat sedih dan terlihat nggak punya teman juga belum tentu depresi. Semua memang hanya sekedar sawang sinawang sebelum kamu benar-benar menjadi teman-temannya. Kalau aku sih, banyak orang yang bilang aku ini nggak punya teman karena ke mana-mana sendiri. Suka dibilang ansoslah....introvertlah.....hahaha.....but I dont care what other people think of me eh.

Lalu apakah aku sendiri tidak pernah merasa depresi? Tentu pernah. Semenjak Ibuku meninggal, aku memang seperti kehilangan arah. Bingung harus bangaimana dan nggak tahu mau gimana. Rasanya memang seperti kehilangan apa yang sudah ada di depan mata. Iya, ini nggak lebay tapi nyata. Coba bayangkan kalau kamu dekat banget sama Ibumu dan akhirnya Ibumu dipanggil Alloh, padahal kamu paginya masih baik-baik saja. Siapa yang nggak SHOCK? Siapa yang nggak DOWN?

Yang namanya kehilangan ibu memang ada yang kurang. Seperti kehilangan separuh dari diri kita. Yang biasanya, “ Bu...”, mendadak kamu sudah bisa memanggil seperti itu lagi. Kamu hanya bisa menyebutnya dalam doa dan memohonkan ampunan untuknya.
Secara psikologis sih memang aku rada tertekan. Mungkin masih shock banget. Perlahan harus bisa menerima kenyataan kalau Ibu sudah nggak ada. Harus bisa menyambung hidup dan mengejar cita-cita. Lama-lama memang aku sadar kalau semua memang kembali ke Alloh. Hanya saja butuh beberapa waktu untuk membiasakannya.

Yang bikin aku banyak bersyukur, aku masih punya teman yang peduli. Mereka peduli padaku bahkan saat aku jatuh seperti ini. Nggak nyangka banget kalau aku nggak punya teman dan nggak ada yang peduli kondisiku. Terima kasih banyak buat temanku, yang selalu ada saat senang maupun jatuh. Meski tidak sering bertemu, setidaknya kita saling mendukung.

Dari sini aku jadi berpikir, kalau sebenarnya, orang yang sedang “jatuh” dan merasa tertekan hanya membutuhkan seorang pendengar yang baik. Apapun yang mereka keluhkan, cukup dengarkan saja. Setelah dia selesai bercerita, lalu berikan solusi terbaikmu. Terlihat sederhana dan mudah kan? Tapi tidak semua orang bisa. Mungkin di luar sana memang banyak orang yang pandai berbicara ini itu. Tapi tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik.

Kalau kalian punya teman yang ingin curhat permasalahannya, maka jadilah pendengar yangbaik. Meski tidak banyak solusi yang nantinya bisa kamu berikan, setidaknya dengarkan saja dulu. Itu sudah sangat membantunya. Selamatkan orang-orang dari tekanan dalam hidupnya dengan menjadi pendengar yang baik. Itu saja sudah cukup.
Kalau kalian punya teman yang butuh curhat dan sudah nyaman dengan kalian, maka jadilah tempat yang nyaman baginya. Mungkin kamu nggak bakalan tahu kalau kamu sudah menyelamatkannya dari masalah yang mereka hadapi.

~MissAnt~

Senin, 14 Oktober 2019

(Review) Pengalaman Tidak Mengenakkan Facial di Naavagreen Jl. Kusuma Negara Yogyakarta

Sumber gambar : Google




Kapan terakhir kali aku facial?


Entahlah kapan. Aku lupa



Mungkin terlalu sibuk atau terlalu nggak peduli ama mukak, jadinya nggak inget terakhir kali facial. Terlebih semenjak aku berhenti pakai krim Naavagreen, setelah itu aku belum facial hingga hari ini Sabtu tanggal 12 Oktober 2019. Hahaa...harus banget ya dijelas sampai hari tanggalnya. Oh iya, biar jelas sekalian. Tadi aku ngantri facial sekitar jam 13.20, dan baru dipanggil masuk ke ruang perawatan jam 14.50 dan mulai eksekuis muka jam 15.000. Selesai facial jam 16.00 an lah pokoknya. Gimana? Kurang detail nggak?

Semakin  ke sini, aku semakin sadar dili kalau ternyata udah lama nggak facial. Memang sih, sebenarnya nggak ada waktu dan sayang duit aja kalau mau facial. Kadang budget buat facial sama dengan budget nonton sama jajan. Hehee.....tapi  aku mendadak sadar sih. Gegara kelamaan ngaca jadi mikir kenapa lama-lama muka jadi kusem dan banyak komedo.

Ternyata kurang perawatan. Bisa dibilang, aku ini nggak kayaka perempuan pada umumnya. Maksudnya, kebanyakan perempuan biasanya paling hobi buat facial. Pokoknya perawatan wajah adalah nomer satu. Ya emang seharusnya begitu sih. Tapi kalau aku engga. Kalau belom kusem-kusem banget belom mau fesyel. Jangan ditiru yak. 

Dampaknya buruk banget ternyata, yaitu menyakitkan. Iya, saking lama banget nggak facial, komedo menumpuk dan wajah jadi kering. Akhinya pas ngebersihin komedo sakit banget. Mau teriak gengsi donk. Masa iya dipencetin komedonya gitu aja nangis. Merintih kesakitan sih iyaaa..... 

Kalau biasanya sih, aku facialnya di Naavagreen Klaten. Kali ini berhubung lagi di Jogja dan ada sedikit waktu luang, jadi aku memutuskan buat facial ke Naavagreen yang di Jl. Kusuma Negara. Pasti udah pada tahu kan tempatnya di mana. Itu yang deket Gembira Loka Jogja.

Pertama kali datang, aku langsung ambi nomer antrian. Kemudian dipanggil dan ditanyai keperluannya apa.

“Mbak saya mau facial”

“Oh iya kak, konsultasi dulu ya”

Lalu aku masuklah ke ruang konsultasi. Aku liat sih dokternya kayaknya baru. Eh...tapi kalau di Naavagree Jl. Kusuma Negara memang dokternya keknya banyak. Kalau di Klaten aku tiap ke sana ya  hanya ketemu 2 dokter. Yang satu pakai hijab dan yang satu enggak. Namanya siapa aku lupa. Ke sana sendiri aja deh ya. Sekedar nanya nama dokternya.

Konsultasi dokter dulu biar tahu jenis facialnya

Pas aku masuk, dokter tanya;

“Gimana mbak?”

“Mau facial, dok”

Kemudian tangan dokter itu mau pegang pipiku,

“Aduh kering banget wajahnya. Kok bisa kering banget, mbak?”

“Iya dok, kering banget. Saya udah nggak pakai krim sini”

“Yaudah nanti facial untuk kulit sensitif ya, jangan lupa minum air putih yang banyak”
“Makasih, dok”

Lah....sambil jalan keluar, aku ngedumel donk. Lha emang selama ini aku kalau minum air putih kurang apa ya? Segalon Cuma tahan 15 hari untuk satu orang emangnya kurang yak? Lalu ke manakah air yang aku minum selama ini? Nggak ngalir ke muka apa ya?

Lalu aku jadi makin ngaca donk. Aku liat-liat mukakku memang kering banget bagian pipi Bahkan kayak mengelupas. Panik donk.....iyalah...secara kan kulitku emang cenderung kulit kering-sensitif, jadinya pakai pelembab juga nggak semuanya cocok. Jadi kudu pilih-pilih hingga aku menemukan pelembab yang tepat. Eh...sebenarnya kalau dibilang cocok sih belum, hanya saja lumayan cocok dan nggak bikin kulit kering. Kira-kira aku pakai 
pelembab apa hayoooo? Tenang, nanti bakalan aku review juga kok. Tunggu yak. Tetep pantenging blogku. Hahaha.....udah kayak beauty blogger belum cara ngomonongnya...eh...nulisnya...

Oke balik lagi ke pengalam facial di Naavagreen Jl. Kusuma Negara.


Baca juga : Hal yang akan dialami ketika berhenti dari krim dokter

Bagaimana pelayanannya?

Jadi, ada suatu tindakan yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan kalau facial di Naavagreen Klaten, yaitu semacam ada alat yang katanya mbaknya sih, buat meratakan serum. Jadi, nanti sebelum dipakein masker, akan disuruh pegang kayak kabel yang dilapisi bentuk kayak pulpen, lalu dilapisi tisu yang basah.

Entah gimana cara menjelaskan alat itu karena embaknya pas ditanyain jawabnya agak sengak. Aku tanya begini,

“Mbak itu alat yang tadi kayak roda yang aku genggam kabelnya tadi namanya apa”
‘Hah”

Kemudian aku ulang lagi pertanyaanku, lalu dia menjawabnya sambil masih pakai masker.

“Ya alat buat meratakan serum ke wajahlah”

Jawabnya sewot dan ngenakin banget. Yaelah, aku nanyak kayak gitu juga sebenarnya mau aku tulis kali. Kalau kayak gini kan jadi suah ngejelasin. Akhirnya malah jadi kena kan? Makanya kalau melayani itu yang baik. Ada etikanya kan? Masih mending mbak-mbak yang mesyel di Naavagreen Klaten. Enak banget orangnya. Ramah. Ditanyain juga enak. Kaga sewot.

Oiya, abis aku tanya kayak gitu tadi, dia langsung bisik-bisik ke temennya, lalu ngeliatin aku sambil ketawa ngece. Dikira aku kagak pernah pakai alat begituan. Ya emang iyalah. Gue mana ngarti begituan. Makanya tadi nanya. Kan situ yang tahu. Makanya kasih jawaban yang tepat donk. Masa  pakai alat begitu kaga tau namanya juga. Kan, LUCUK. Terus ya, pas udah selesai dan aku benerin jilbab, ada salah satu kang fesyel bilang gini,

“Itu lhoo...kan di sana ada kaca”. Katanya sambil nunjukin ruang kecil yang ada kacanya dengan muka yang masih maskeran. Kayak gitu sopan? Nggak bisa nunjukin pakai tangan? Hahaha.....krisis etika yak.

Sebenarnya facial di Naavagreen tu bersih juga mukanya. Tapi kalau liat pelayanannya kayak gitu. Aku nggak bakalan balik lagi deh. Mending cari tempat lain. Biasanya emang aku facial nggak pake serum-seruman gitu. Soalnya facial yang khusus buat kulit normal. Tapi tadi dokter menyarankan kalau aku harus facial khusus untuk kulit sensitive. Jenis maskernya juga beda. Biasanya masker warna putih tapi tadi warnanya kayak kuning-kuning gitu. Mungkin itu buat kulit sensitif kali ya.

Hasilnya....

Tiap orang punya jenis kulit wajah yang berbeda-beda. Dalam memilh tempat facial juga harus jeli banget. Ada yang cocok di tempat A, tapi ada juga yang tidak cocok. Kalau aku selama facial di Naavagreen emang cocok sih. Alhadulillah nggak ada masalah. Aman-aman saja.

Tapi tadi pas facial rasanya kok merah-merah gitu ya? Terutama bagian hidung. Bentuk hidungku kan udah gede bulet, jadi malah kayak tomat. Entah karena udah nggak pake krim Naava lagi atau gimana dah? Atau mungkin karena udah lama nggak fesyel jadinya gini. Kayak ada bruntusan merah sih. Moga Cuma efek kelamaan nggak fesyel aja.

Seiring bertambahnya usia, kulit juga bisa berubah. Aku yang dulunya punya jenis kulit kering-normal, sekarang berubah jadi kering-sensitive. Dan permasalahannya adalah, komedo, kulit kering dan keliatan lebih cepat keriput. Hahaa....tapi semua akan menua pada waktunya. Hanya saja pemilik kulit kering bakan lebih cepat terlihat keriputnya.

Masalah kulit mah sudah urusan kulit masing-masing, kita nggak usah ikut campur. 

Eh....gimana sik. Begitulah seputar pengalaman aku facial di Naavagreen Jl. Kusuma Negara Jogja. Kalau kamu gimana? Apakah ada kesan-kesan menarik selama facial? Share yak?

~MissAnt~


Kamis, 10 Oktober 2019

Pentingnya ME TIME







: Kamu mau ke mana?

: Nggak ke mana-mana.

: Lalu kenapa chatku nggak dibales?

: Ya kan bisa nanti-nanti balesnya.

: Emang kamu sibuk apa sih?

: Enggak sih, aku lagi “me time” aja.

: Yaelah kan “me time” juga sendirian, lalu apa susahnya bales?

Bagaimana menjelaskan pasa seseorang kalau kita juga butuh waktu untuk sediri. Sebenarnya sih, semua orang tentu punya waktu “me time” yang berbeda-beda. Dan, “me time” juga tidak selalu harus sendiri. Ada yang “me time” nya justru dengan seseroang karena itu memang cara dia “me time”.

Kalau aku pribadi selalu punya waktu untuk “me time”, di mana aku nggak mau diganggu siapapun. Bahkan jika ada chat masuk aja bisa aku abaikan pada waktu itu. Kenapa begitu? Ya karna itu tadi, lagi “me time”.


Lalu, sebenarnya apa sih enaknya “me time”?


Hm...gimana ya? Kadang banyak orang yang beranggapan kalau “me time” hanya untuk mereka yang cenderung Introvert. Bener nggak sih? Kalau kata orang sih, aku memang orangnya Introvert. Tapi tidak selalu suka berada di tempat yang sepi dan nggak banyak orang. Justru aku lebih suka berada di tempat yang ramai, meski itu hanya jalan sendiri. Jadi, gimana? Aku ini Introvert atau gimana? Karna aku juga nggak pandai menilai diri sendiri sih. Biar begini adanya. *Hallah

Eh....yang tadi belum terjawab ya? Tentang bagaimana enaknya “me time”. Kalau aku memanfaatkan “me time” biasanya dengan sendiri. Entah itu mau di tempat-tempat ramai maupun duduk di kafe hanya sekedar menikmati lagu dan melamun. Bagiku “me time” itu semacam recharge my mind. Jadi, dari situ aku bisa mikir mau gimanan dan mau gimana? Pokoknya dari “me time” kadang banyak hal yang ingin aku lakukan, salah satunya dapet ide baru. (Ya maklum, soalnya buat bahan konten blog) heheee.

Sudah terjawab belum, tentang pentingnya “me time”. Ya mungkin setiap orang punya cara “ me time” yang berbeda-beda, tapi setidaknya “me time” sangat penting sih, just according to me lho....

Bertemu dengan banyak orang bisa jadi menyenangkan jika orang-orangnya enak, tapi bisa jadi melelahkan kalau orangnya banyak drama dan bla...bla....bla...Tapi ya namanya orang banyak, pasti seleranya juga beda-beda. Nggak papa, bukankah perbedaan itu indah? Ye...kan?

Aku punya cara yang berbeda dalam menikmati “me time”. Setelah seharian bekerja, aku lebih suka jalan sendiri. Atau bisa juga diem di kamar sambil scroll-scrool sosial media, khususnya twitter. Mengapa “me time” larinya ke sosmed? Karena aku selalu follow orang-orang yang kontennya bagus. Tapi kadang yang follow akun-akun receh buat hiburan.

Kalau dulu pas masih ada Ibuku, aku tiap pulang ya ngobrol sama Ibu. Cerita ngalor ngidul. Semenjak Ibuku meninggal, aku jadi kesepian. Iya, rasanya ada yang hilang. Bingung setelah pulang mau ngapain. Akhirnya aku lebih suka rebahan saja tanpa diganggu. Lebih sering di kamar daripada harus ngobrol. Entah....kalau disuruh milih, suruh ngobrol dengerin orang ngegosip atau di rebahan di kamar, ya mending rebahan di kamar. Mau dibilang malas kumpul-kumpul? Silakan....menilai orang itu bebas....gratis....dan nggak bayar kok. So...do it.

Dengan menyempatkan waktu buat “me time”, paling tidak, kamu bisa merenungkan kalau segalanya nggak harus dipikir dengan berat. Kadang kita hanya butuh satu kata, yaitu “Yaudah lah ya”.

Tak perlu memikirkan penilaian orang tentang kita, karna semua berhak menilai. Coba sejenak saja renungkan, bahwa mereka juga punya pikiran, jadi bagaimanapun pemikiran orang tentang kita, abaikan saja. Kalau baik ya terima saja, kalau buruk ya jangan didengarkan. Kadang-kadang kita punya dua tangan yang sewaktu-waktu bisa kita pakai untuk menutup telinga saat kita lelah dan tak ingin mendengarnya.

As simple as that...



~MissAnt~

Popular Posts