Apa
yang ada dibenakmu ketika mendengar Jogja? Murah. Yap, jawaban paling spontan.
Jogja emang istimewa banget. Apa-apa serba murah. Ya pantesan aja kalau banyak
orang yang lebih memilih melanjutkan kuliah di Jogja. Sebenarnya nggak pas
kuliah aja ding, bahkan banyak yang sudah memulai melanjutkan pendidikan ke
Kota pelajar itu. Yap, dulu emang jogja terkenal banget ama yang namanya kota
pelajar.
Pesona
Jogja juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Mega, seorang gadis asal Solo
yang memutuskan untuk merantau ke Jogja. Apa yang membuatnya jatuh cinta sama
jogja? Banyak banget. Salah satunya karena biaya hidup yang murah. Ya, itu
memang selalu menjadi alasan anak mudah yang ingin melanjutkan kuliah di Jogja.
Mega memang tak punya banyak teman, hal ini karena sejak kecil hidupnya selalu
berpindah-pindah karena mengikuti Dinas Ayahnya. Tapi, ini tak membuatnya jadi
anak yang susah bergaul. Mega tak pernah pilh-pilih dalam berteman.
Saat
tinggal di Jogja, temannya-temannnya banyak yang berasal dari luar kota. Justru
ini sangat asyik karena ia bisa mengenal berbagai karakter banyak orang.
Keinginan Mega sebenarnya mudah, ia ingin punya sahabat dekat seperti anak
gadis pada umumnya. Berhubung ia selalu pindah-pindah mengikuti dinas ayahny,
maka ia tak pernah dekat dengan seorang teman. Sampai pada akhirnya, ia
berteman baik dengan seorang mahasiswi asal Lampung bernama Nadia.
Keduanya
memang terlihat akrab saat pendaftaaran mahasiswa baru. Tak hanya waktu itu
saja, tenyata kedekatan mereka berlangsung cukup lama. Rupanya keinginan Mega
terpenuhi, ia sekarang memiliki tema baik yang selalu ada saat suka maupun
duka.
Waktu
berjalan sangat cepat. Tak terasa Mega sudah memasuki semester akhir. Hal
tersebut merupakan waktu yang sangat sibuk bagi Mahasiswa. Mega dan Nadia pun
juga disibukkan dengan skripsi. Meski bergitu keduanya tetap menyempatkan hangout bareng.
Namun,
hangout sore itu memang berbeda dari biasanya.
Nadia terlihat tak seceria biasanya. Rupanya ada dua orang gadis dari sudut
cafe sedang menatapnya. Nadia merasa tak nyaman dan kehilangan mood. Rupanya mereka adalah kawan lama
Nadia. Yap, Clara dan Vanya adalah teman SMA Nadia yang juga melanjutkankan
kuliah di Jogja. Lalu, mengapa keduanya memancarkan tatapan sadis ke Nadia?
Ternyata
Nadia merupakan pecinta sesama jenis. Sementara itu, Clara dan Vanya merupakan
teman satu genk waktu SMA yang juga pecinta sesama jenis. Mereka manatap Nadia
dengan pandangan kebencian yang seolah tak “berbagi”karena mendapatkan mangsa
baru. Mega yang waktu itu hanya memutuskan berteman tanpa tau lebih dalam
tentang Nadia pun akhirnya terkejut. Nadia akhirnya mengakui kalau dirinya
memang pecinta sesama jenis. Tapi bukan berarti Nadia jatuh cinta pada Mega. Ia
hanya merasa kalau Mega merupakan teman yang mau menerima apa adanya.
Lain
lagi dengan Teman SMA nya, Clara dan Vanya, Mereka justru semakin membenci
Nadia karena telah menganggapnya lupa teman. Mendengar cerita itu, Mega pun
akhirnya memutuskan untuk menjauh. Bukan. Ini bukan karena ia tidak mau
berteman dengan Pecinta sesama jenis. Hal ini karena Mega tidak ingin dianggap
telah “merebut” Nadia dari Clara dan Vanya. Tapi, rupanya terjadi
kesalahpahaman. Kala itu, Nadia marah besar. Ia tidak mau lagi membalas pesan
singkat dari Mega. Semua akun sosmednya telah di block.
Kalau
sudah seperti ini, bagaimana mau menyelesaikan masalah? Kadang orang selalu
saja begitu. Sedang bermasalah dengan orang lain tapi enggah untuk
menyelesaikan. Akhirnya main “kabur” gitu aja.
Bukankah ini terlalu kekanak-kanakan? Jika sudah begini, akhirnya pertemanan
yang sudah terjalin cukup lama hanya sia-sia saja.
Sore
itu cuaca sangat cerah. Suasana seperti inilah yang membuat Jogja terasa lebih
nyaman. Mega pun langsung bergegas mengambil tas kesayangan dan keluar kamar
kost untuk jalan-jalan. Meski sendiri, tapi sudah biasa. Dalam hatinya sangat menyayangkan
singkatnya pertemanan dengan Nadia. Dan yang lebih disayangkan adalah petemanan
yang berakhir dengan kesalahpahaman.
Selama
tinggal di Jogja, banyak pelajaran yang didapat oleh Mega. Meski ini pertama
kalinya ia memiliki teman baik dalam jangka waktu yang cukup lama, tapi
sayangnya harus berakhir dengan kesalahpahaman. Bahkan tidak hanya dengan Nadia,
ia bahkan punya banyak teman baik yang hanya berakhir dengan kesalahpahaman.
Andai saja mereka bisa lebih menjelaskan kesalahpahaman, pastinya Mega masih
punya teman baik yang ia dapatkan di Kota pelajar itu.
Hal
yang paling menyakitkan dalam berteman adalah kesalahpahaman yang dibiarkan
begitu saja. Mega merupakan tipe orang yang sama sekali tidak pilih-pilih
teman. Asal mereka bersikap baik, maka Mega juga akan bersikap lebih baik.
Karena ia sangat ingin punya teman. Tapi yang terjadi justru miris, semuanya
berakhir karena kesalahpahaman.
Meski
sebenarnya Mega tidak masalah jika harus berteman dengan Nadia yang merupakan
pecinta sesama jenis. Hanya saja, ia merasa tidak enak karena kedua temannya
merasa dilupakan. Sayangnya, kesalahpahaman pun terjadi. Hingga Nadia
menyebutnya tak tulus dalam berteman.
Bukan
hidup namanya kalau tidak punya masalah. Begitulah yang dirasakan Mega, Meski
ia menyukai kehidupan di Jogja. Tapi hal hal buruk pun juga menyertainya. Meski
begitu, ia tetap bersikap dewasa. Bukan salah Jogja, tetapi karena
kesalahpahaman yang sering terjadi di Kota itu sehingga membuatnya merasa
tertekan. Terima Kasih Jogja, untuk segalanya. Hal baik, buruk hingga menyakitkan telah dialaminya selama di
Jogja. Tapi baginya, ini hanya sekedar proses pendewasaan dengan cara yang
berbeda. Jogja tetap dihati, tapi tidak untuk kenangannya.
#Cerpen #Fiksi #ByMissAnt
~MissAnt~