Rabu, 04 September 2019




Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas
Ibu.....

Bahkan sampai saat aku menulis ini, aku masih nggak percaya kalau Ibu sudah tidak ada. Sebenarnya udah lama banget pingin nulis ini. Tapi susah banget. Banyak sekali yang ingin aku tulis. Sampai bingung mau mulai dari mana. Rasanya masih seperti mimpi.

Oke, ini nggak lebay. Di sini aku mau nulis apa yang aku mau. You know lah, it’s not easy to be me RIGHT NOW. Mungkin banyak orang yang bilang, “Udah jangan sedih lagi. Semuanya sudah takdir. Ibumu sudah tenang di sana”. Tapi kata-kata itu nggak bisa mengembalikan Ibuku lagi kan? Iya mungkin aku masih belum percaya kalau memang seperti ini takdirnya. Tapi semakin ke sini, aku sadar. Kalau aku terus-terusan kayak gini, nanti di alam sana Ibu juga bakalan sedih.

Tidak mudah untuk bangkit setelah kehilangan orang yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi aku ada di dunia ini. Ibu memang wanita yang kuat, baik hati, suka mengalah sama orang (khususnya yang jahat sama Ibu), tidak pendendam. Iya Ibuku memang baik. Selalu mengajarkan kalau jadi orang tidak boleh dendam pada siapa yang menyakiti karena nanti ada balasannya sendiri.

“Tugas kita kepada sesama adalah harus selalu berprasangka baik. Meski ada yang menyakiti kita, usahakan jangan jadi pendendam. Jadilah orang baik, nanti kebaikan akan menyelimuti kita. Jangan jadi jahat karena hanya akan menyulitkan hidupmu. Yang penting baik saja sama orang, kalau orang itu memang nggak suka sama kita, biarkan saja, itu urusannya sama Alloh”. Inilah kata-kata yang sering Ibu lontaran padaku. Singkat tapi penuh makna. Iya, baru terasa banget ketika ibu sudah tidak ada lagi.

12 Juli 2019

Pagi itu memang tidak ada yang beda. Seperti biasa, Ibu selalu menggoreng kentang untukku. Untuk bekal makan siangku. Aku makan kentang di jam makan siang agar Ibu paginya nggak repot masak ini itu. Seperti biasa. Aku berangkat kerja. Kebetulan aku nggak kost. Laju dari Jatinom – Jogja.

“Wes ya buk, aku mangkat”
“Iya, ati-ati ya. Bismillah”.

Hampir setiap aku pamitan selalu kata-kata itu yang muncul. Sebelumnya memang ada yang aneh. Kalau pagi aku pas berangkat, Ibu selalu mengantarku sampai depan rumah. Tapi pagi itu tidak. Ibu hanya di dalam, tepatnya di sisi sebelah timur. Ini adalah tempat aku ngeluarin motor. Biasanya ibu langsung nyusul sampai depan dan ngliatin aku sampai  berangkat. Akan tetapi, Jumat pagi tanggal 12 Juli 2019 itu ibu memang tidak sampai keluar mengantarkanku. 

Dan yang bikin aku kaget emang pas pulang nyampai rumah, keadaan rumah masih gelap gulita. Biasanya Ibu tidak mengunci pintu sebelah timur. Bahkan pintu rumah bagian tengah juga dikunci. Kemudian aku telponlah, sayanya pulsa tidak mencukupi karena ternyata pulsa telponku habis. Lalu aku keluar dan cari pulsa. Pikiranku mulai nggak enak. Udah mikir macem-macem. Kalau Ibu pergi kok nggak ada sms atau telpon? Biasanya kalau mau ke mana Ibu selalu sms. Mau pengajian dan pulang kemaleman saja sms, takutnya aku ndak nyampe rumah kaget nggak ada orang.

Setelah aku beli pulsa, ternya ada Mas depan rumah yang tadi naruh Syukuran (ulang tahun anaknya, namanya Wijang. Wijang kalau sama Ibu udah deket banget. Ibu gemes banget sama Wijang.  Kalau main ke rumah suka diuyel-uyel sama Ibu) dan bilang kalau pintu barat ternyata nggak dikunci. Lalu aku buru-buru masuk ke dalam dan nyari Ibu. Lampunya gelap semua. Salah satu lampu aku nyalakan dan aku menuju ke dalam. Sesampainya di tengah, aku sudah melihat Ibu tergeletak jatuh di depan kamar mandi dengan muntahan yang sudah kering.

Aku langsung Speechless. Teriak nggak jelas. Aku bingung mau gimana? Pikiranku udah kacau banget. Pingin telpon ambulanlah inilah itulah. Sumpah. Nggak bisa dibayangkan. Aku nggak nyangka bakalan melihat Ibu untuk terakhir kalinya dalam keadaan jatuh. Yang aku sesalkan adalah, Kenapa aku nggak ada di samping Ibu di saat saat terakhirnya. Lalu Ibu bagaimana pas jatuh? Yang aku lihat Ibu sudah tidak sadar. Aku mau teriak-teriak juga nggak bakal bikin Ibu kembali. Sampai pada akhirnya ada Bu Dokter yang bilang kalau Ibu sudah meninggal. “Mbak, Ibu sudah nggak ada, yang sabar, yang Ikhlas ya”. Seketika aku nggak tau aku ngapain. Rasanya aku nggak terima. Aku marah juga sama siapa.

Untuk aku sendiri yang sudah melihat kejadian tersebut, terima kasih karena sudah mencoba tegar, mencoba tabah dan mencoba Ikhlas. Meski sulit banget. Tapi aku harus menerima, aku harus Ikhlas kalau semua memang milik Alloh dan bisa memanggilnya kapan saja. Termasuk saat itu yang aku sendiri nggak nyangka bakalan kehilangan sosok Ibu. Aku nyangka kalau ibu meninggal secepat itu. Banyak hal yang belum aku lakukan untuk membahagiakan Ibu. Tapi setidaknya aku selalu mengajak Ibu makan di luar kalau aku habis gajian. Meskipun hanya makanan sederhana, tapi Ibu udah seneng banget.

Hal yang menjadi pengingat

Katanya, setiap orang punya firasat kalau akan ditinggal orang terdekatnya. Kalau aku lebih ke hal-hal tertentu. Soalnya aku setiap hari memang selalu bersama Ibu, jadi aku lebih mengingat kembali apa saja saat-saat terakhir bersama Ibu yang seolah menunjukkan kalau Ibu sudah ingin berpulang.
Aku inget banget, Kamis malam Ibu bikinin aku teh manis banget. Pokoknya tehnya rasanya beda. Entah Cuma perasaanku atau memang Itu teh terakhir Ibu untukku. Rasanya enak banget. Setiap malam Jumat, Masjid samping rumah selalu ada pengajian dari Magrib sampai Isya’. Kebetulan hari itu Ibu ada jatah buat menyediakan teh manis untuk semuanya. Sepulang kerja, Ibu bilang sama aku,

“Nyoh...teh e ndang dimimik, mumpung iseh anget”. Kata Ibu sambil ngasih segelas teh untukku yang baru saja masuk rumah. Aku masih pakai helm. Lalu aku buka helmku dan menyeruput tehnya,

“Uenakke reeek.....enak tenan e buk teh e. Legine manteb banget”. kataku seperti biasa yang selalu bilang begitu sama Ibu. Lalu kami ngobrol ngalur ngidul seperti biasa.

“Aku bar iki arep pengajian yo”. Kata Ibu.

“Nggak usah aja Bu, nanti kalau jalan jauh ndak kakinya sakit lagi lho”. Pintaku yang kasian kalau nanti Ibu ngleluh kakinya pegel-pegel lagi.

“Halah ora lah. Cuma di situ kok Nggak jauh. Aku ya pingin kumpul konco”. Pinta Ibu yang pingin banget berangkat.

Akhirnya Ibu berangkat pengajian. Biasanya memang Ibu agak mikir dua kali kalau aku udah bilang, jangan. Tapi aku bukannya nggak ngebolehin Ibu buat pengajian lho. Aku Cuma nggak mau lihat Ibu ngeluh kakinya pegel-pegel  tiap pulang pengajian. Tapi entah malam itu aku membolehkannya. Dan tau nggak? Malam itu ibu memakai Tas yang aku beliin. 

Aku baru ngeh kalau pas pulang pengajian, Ibu bilang, “Tasnya aku pakai buat pengajian. Buat tempat Al-quran, ternyata muat ya” Kata Ibu sepulang pengajian. 

Isi tas sepulang pen gajian adalah arem-arem dan sosis yang biasa Ibu bawa pulang untukku. Kalau inget rasanya pingin  nangis. Iya. Rela pengajian nggak makan snack hanya untuk diberikan padaku. Sedih ya Alloh.

Mungkin malam itu memang malam terakhir Ibu ikut pengajian dan memakai tas item pemberianku yang belum pernah dipakai sama sekali. Ibu orangnya begitu, selalu nggak enakan kalau udah dibeliin sesuatu. Kalau ditanya, kenapa nggak dipakai, jawabnya, “Nggak enak sama orang-orang, nanti ndak diliatin”. Terlalu rendah hati banget. Itulah Ibuku. Tak akan pernah terganti. Nggak ada yang sebaik Ibu.

Yang aku ingat-ingat lagi, pas aku pulang kerja sebelum hari kepergiannya, Ibu Sms kalau suruh beliin Soto karena males masak. Dan alhamdulillah kesampaian beli soto. Yang  nggak kesampaian adalah ketika minta jagung rebus. Hari yang biasanya banyak orang jualan jagung rebus, entah mengapa pas hari itu nggak ada orang jualan satupun. Lalu aku bilang ke Ibu;

“Buk, aku dah muter-muter ternyata nggak ada yang jual jagung. Depan Alfamart nggak ada. Depannya Dokter Hari juga nggak ada Buk”. Kataku sambil masukin motor.

“Yowes rapopo”. Kata Ibu.

Dan yang papling aku ingat adalah, hari Jumat pagi itu aku memakai baju dan celana yang paling Ibu sukai. Ibu sempat bilang, “Baju itu sama celana itu cocok kok. Kamu bagus pakai itu”. Ternyata itu pujian terakhir. Pujian terakhir sekaligus aku menyaksikan kepergian Ibu. Baju dan celanannya udah nggak aku pakai lagi. Aku nggak mau keinget kejadian paling menyedihkan dalam hidupku ini. Sebenarnya sayang, tapi aku kalau pakai baju itu selalu inget Ibu.

Bukannya aku lebay. Tapi ini memang berat. Tak mudah menjadi aku yang mendadak kehilangan Ibu di waktu yang aku sendiri nggak bakalan nyangka. Tapi sudahlah. Semenyesal apapun tidak akan membuat Ibu kembali. Semarah apapun juga aku malah jadinya dosa. Iya. Semuanya milik Alloh. Ibu juga milik Alloh. Jadi, Alloh juga berhak mengambil Ibu kapan saja. Akhirnya aku hanya bisa Istigfar. Mohon ampun karena kurang Ikhlas menerima semua ini. Harus bisa tegar. Harus bisa sabar. Yakin kalau aku bisa tanpa Ibu. Insya Alloh bisa. Hanya saja butuh waktu buat bangkit.

Akhirnya perlahan bisa dan aku mulai menguatkan hati buat nulis ini. Kalau aku tidak menulisnya, aku tidak bisa fokus dengan apa yang ada di depan. Siapa tahu dengan menumpahkan segalanya di sini, bisa meringankan unek-unek yang ingin aku sampaikan.

Pada akhirnya, aku harus melangkah ke depan tanpa omelan Ibu lagi. Tanpa teh manis buatan Ibu. Tanpa kentang goreng buatan Ibu. Pulang ke rumah tanpa sambutan dan senyuman hangat seorang Ibu. Pergi tanpa diantar Ibu dengan kata-katanya, “Hati-hati ya, jangan lupa baca Bismillah”. Tidak ada lagi yang ngingetin, udah makan belum? Jangan tidur kemaleman, jangan mainan hape terus, ndang bobok sesuk kan kerja tangi isuk.

Sekecil apapun omelan Ibu akan sangat terasa ketika Ibu sudah tidak ada. Kadang aku dulu suka kesel kalau Ibu bilang, “Mbok jangan hapenan terus, mending bobok biar besok bisa bangun pagi. Biat seger gitu. Daripada maian hape mbok bobok aja to yo”. Tapi sekarang rasanya kangen banget. Nggak ada lagi yang ngomelin kayak gitu. Kerasa banget. Sedih? You never know what I feel.

Tanpa seorang Ibu

Kira-kira bagaimana keseharian aku tanpa Ibu? Bahkan aku nggak bisa menjelaskan seperti apa. Ada yang beda. Banyak sekali. Yang biasanya Ibu selalu rempong ini itu, mendadak sudah tidak ada sama sekali. Awalnya aku masih mikir kalau Ibu nggak ada di rumah karena pergi ke pasar. Anggap saja begitu. Sebagai penenang hati, nyatanya nggak bertahan lama. Memang sudah tidak ada. Iya, Ibu sudah meninggal. Tolong sadarkan saya. Kadang aku masih nggak percaya.

Lebay??? Iya aku lebay banget. Belum terbiasa. Tapi semakin ke sini semakin sadar kalau memang Ibu milik Alloh. Suatu saat jika Alloh menghendaki, Ibu akan dipanggil. Ternyata waktunya terlalu cepat. Sejauh ini aku nggak pernah nyangka kalau Ibu akan meninggalkan aku secepat ini. Mungkin aku terlalu EGOIS untuk tidak terima. Tapi akau akan sangat sangat sangat berdosa kalau aku terus-terusan larus dalam rasa kehilangan yang tak mungkin kembali lagi.
Bagian yang tersulit dari kehilangan adalah kenangan setiap harinya. INI HANYA BISA DIRASAKAN OLEH ORANG YANG SUDAH KEHILANGAN IBU, terlebih aku sama Ibu sangat dekat. Ke sana ke sini selalu aku yang nganter. Gimana kalau jadi aku? Nggak bakal pernah merasakan apa yang aku rasakan.

Sudahlah, menangis boleh-boleh saja. Merasa kehilangan juga boleh-boleh saja. Teringat-ingat juga wajar. Tapi satu hal yang harus aku lakukan, yaitu Bangkit dari keterpurukan. Bangkit setelah jatuh. Iya rasanya nggak mudah. Apalagi aku harus mencuci baju ibu yang terakhir di pakai. Tau nggak rasanya gimana? 

HANCUR.

Semakin hari aku harus bangkit. Aku harus mengurus ini itu. Harus ngurus surat-suratnya Ibu dan mau nggak mau harus bongkar-bongkar lemari Ibu, harus melihat kenyataan baju-baju Ibu yang biasa dipakai dan aku nggak tahu lagi ini nantinya harus dibagaimanakan? Harus pelan-pelan menata hati.

Kalau aku cerita panjang lebar juga nggak bakalan selesai. Yang jelas aku harus pelan-pelan menata hati. Butuh waktu untuk membiasakan diri tanpa seorang Ibu karna sosoknya tak pernah tergantikan. Tak perlu disesali. Kalau aku sedih terus juga Ibu nggak tenang di alam sana. Memang tak mudah. Tapi harus bisa.

Di akhir kepergian Ibu, tenyata waktu memang tak mengizinkaku untuk menemaninya. Aku sudah terlambat untuk melihat Ibu di hembusan nafasnya. Tapi di satu sisi aku masih bisa memandikan Ibu untuk yang terakhir kalinya. Aku gosok tubuh Ibu dan ini sebagai pertanda bakti sama Ibu. Aku menyaksikan Ibu dibungkus kain kafan untuk pulang ke Alloh. Aku melihatnya seakan nggak percaya kalau hari itu aku melihat Ibu untuk terakhir kalinya.

Ibu dimakamkan keesokan harinya karena menunggu Adikku pulang dari Bandung. Malam itu aku hanya bisa bersimpuh di bawah jenazah Ibu. Aku menemaninya sebelum akhirnya dikebumikan. Mungkin malam Itu aku hanya bisa menemani Ibu dengan membacakan Surat Yasin. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Sudah pasrah dengan semuanya. Semua sudah jalan Alloh. Harus Ikhlas.

Yang aku penasaran sampai sekarang, bagaimana Ibu melihat aku yang nangis teriak-teriak saat aku sampai rumah menyaksikan Ibu sudah nggak ada untuk selamanya. Bagaimana Ibu melihatku hancur seperti itu?

Semua memang sudah digariskan. Apa yang akan terjadi di dunia ini memang sudah digariskan. Semua  sudah tertulis. Berat jika harus berpisah selama-lamanya dengan orang yang memberikan separuh jiwanya untuk kita, orang yang mati-matian berjuang demi kita terlahir di dunia.

Ini adalah baju terakhir yang dipakai Ibu, yang akhirnya digunting pas dimandikan. Sehari setelah pemakaman, aku cuci semuanya. Dan yang bikin aku nyesek adalah ketika selimut yang aku pakaikan terakhir kali adalah selimut hadiah pernikahan yang sering disebut ibu. 

Tiap pake selimut ini, Ibu selalu bilang, Ini hadiah pernikahan lho. Umurnya lebih tua dari kamu. Sedih emang. Ternyata semua memang sudah digariskan sebegitunya. Aku baru ngeh pas nulis ini. 


Ini selimutnya. Dulu sering diselimutkan ke aku. Trus dipakai Ibu lagi hingga saat terakhirnya.


Ini baju yang dipakai Ibu pas terkahir kali. Ini juga aku belikan pas Ibu minta, "Aku mbok titip daster satu aja". sedih aku nek inget. Nggak nyangka ini jadi baju terakhirnya.




Ini baju rangkepan Ibu. kalau lagi dingin, biasanya ibu pake dua baju. Katanya, biar lebih anget. Soalnya kalau pakai jaket sumuk"





Ini yang dateng nyolatin Ibu pagi-pagi setelah jamaah sholat subuh. Aku dapet ini dari status WA kakakku trus tak skrinsut. 






Masih banyak sandal Ibu yang sering banget dipakai. Aku simpan ke dalam kardus. Tadinya mau aku biarkan di rak sepatu aja. Tapi aku kok inget-inget terus. Aku nek inget masih suka nyesek. Jadi aku masukin ke kardus aja. 






Ibu,

Rasa terima kasih saja kiranya tidak cukup

Aku bersyukur masih bisa membelikan barang-barang untuk Ibu dari hasil kerjaku

Tapi semua nggak akan cukup buat membalas perjuangan Ibu selama ini







Ibu,

Hatimu sangat baik dan bersih

Siapapun yang nggak suka sama Ibu selalu Ibu balas dengan kebaikan

Siapapun yang menyepelekan Ibu selalu ibu balas dengan senyuman

Aku tahu, Alloh pasti memberikan tempat yang paling Indah untuk Ibu






Ibu,

Kini bila aku kangen, aku sudah tidak bisa pulang melihat senyummu

Yang bisa aku lakukan hanya berdoa semoga Ibu selalu berada di tempat paling mulia

Terima kasih Ibu, sebagai anak mungkin aku belum sepenuhnya membuat Ibu bahagia

Masih banyak yang belum bisa aku lakukan untuk Ibu

Tapi semua sudah kehendak Alloh







Ibu,

Semoga Ibu mendapatkan tempat paling Indah di sisi Alloh

Aku hanya bisa berdoa dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik dan lebih baik

Karna yang menjadi penyelamat bagi seorang Ibu yang sudah tiada hanyalah doa anak yang sholeh dan sholehah






Sudah lama aku pingin nulis ini dan baru bisa sekarang. Bukannya tidak sempet tapi aku kudu menyiapkan hati lagi agar tidak jatuh karena sedang dalam proses menata hati menjadi seseorang yang lahir kembali, kali ini TANPA IBU.

Dari anak perempuan yang belum sepenuhnya bisa membahayakan Ibu
Semoga mampu mewakilim perasaab soorang anak yang kehilangan Ibunya, karna pada akhirnya semua akan kembali ke Alloh, sang pemilik jagad raya.

~MissAnt~


Selasa, 03 September 2019




Akhirnya yang ditunggu-tunggu tanyang juga. Sebenarnya aku pingin ikutan kuis Bikin meme-meme H-7 penayangan  Gundala, tapi aku maju mundul soalnya nggak pandai desain. Lagian aku liat-liat hasil merek-mereka yang ikut meme ini aku jadi minder, soalnya bagus-bagus semua. Tapi nggak papa lah, yang penting hari ini aku udah nonton Gundala.

Kalau sebelumnya banyak berseliweran orang-orang udah nonton premier dan dapet tiket presale, sementara aku masih sabar buat nonton hari pertama tayang yang bertepatan dengan hari ini 29 Agustus 2019. Dan akhirnya aku juga mau mengulas banyak hal tentang berbagai pesan yang disampaikan dalam film karya pak Joko Anwar tersebut.

Sebelumnya aku sempet baper pas masih di awal-awal. Kenapa? Inget nggak pas adegan di mana Sancaka jatuh sakit sendirian dan manggil-manggil nama Ibunya. Itu aku sedih banget. Jadi inget beberapa waktu lalu aku nggak enak badan dan kangen sama Ibu. Pertama kalinya nggak enak badan tanpa Ibu itu nggak enak. Makanya harus bisa jaga kesehatan biar nggak gampang sakit.


Oke lanjut ke Gundala.


Film superhero ini memang beda dari yang lain. Ini juga merupakan film superhero yang terlihat natural. Lebih ke Jagoan-jagoan yang masih Indonesia banget. Selain itu, pemilihan kostumnya juga sederhana tapi ngena banget. 

Pokoknya pas banget. Sepanjang film ini aku jadi pingin jadi Sancaka yang punya kekuatan petir sehingga nggak takut lagi kalau pas hujan gede di jalan dan tiba-tiba ada petir. Hehehe.....

Sepanjang cerita seolah membuatku manggut-manggut sambil bergumam, “Oh...gitu ya”, “Wah....keren”, “Hmmm.....ternyata” dan masih banyak hal yang bakalan bikin penonton berdecak kagum. Hal ini juga tak lepas dari sang penulis yaitu Pak Joko Anwar. Ceritanya mengalir enak dan menghidupkan karakter Superhero yang Indonesia banget. Pokoknya Negeri ini memang butuh seorang Sancaka. Nanti kamu bakalan bengong ketika ada adegan dengan dialog bahasa jawa yang ternyata itu merupakan bahasa jawa yang tak biasa. Penasaran kan? Makanya nonton. Hahaha.....

Kalau kamu udah nonton, nanti kamu bakalan mikir, ooh....ternyata....oh...ternyata dan oh....ternyata. Eh tapi tidak semua orang punya pemikiran yang sama ding. Bisa jadi aku doang yang mikirnya Cuma, Oh....ternyata...oh ternyata dan oh ternyata.

Setiap film tentu punya makna yang tersirat, seperti halnya Gundala. Di film ini, menurutku banyak sekali pesan yang ingin disampaikan. Dan ternyata emang benar sih, mau tau apa sajalah pesan yang tersirat tersebut?

 Beginilah versiku...

Pesan tersirat di film Gundala

1.Jangan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, karna nanti kita juga yang bakal susah.

Yang udah nonton pasti tahu donk adegan ini. Kalau aku sih, tiap nonton film terlalu nyimak banget, jadi nggak masalah kalau harus nonton film sendirian, karna emang tujuannya NONTON, bukan NGOBROL. Iya nggak?

Dalam hidup, sebaiknya kita tidak perlu mencampuri urusan orang lain. Biarlah menjadi urusan mereka. Bukan berarti tidak peduli karena kehadiran kita hanya akan membuat mereka terganggu bahkan menyusahlan diri kita sendiri. Catet ya catet.

2.Jangan mudah percaya dengan orang lain.

Terlalu negative thinking sama orang tidak baik, terlalu mudah percaya dengan orang lain juga tidak bagus. Jalani sewajarnya saja. Dekat bukan berarti kita harus tahu segalanya tentang seseorang. Percaya sama orang boleh, asal janghan berlebihan. Paham maksudnya, kan?

3.Ujian kemanusiaan adalah ketika kita tak mampu melawan ketidakadilan di depan kita.

Yang satu ini sebenarnya aku simpulkan dari salah satu adegan yang dialognya begini, “Kalau kita tidak melawan ketidakadilan di depan mata, maka kita sudah tidak punya rasa kemanusiaan”. Ini keren banget. Iya juga sih. Kalau masih punya hati nurani, lantas mengapa kita masih membiarkan rasa ketidakadilan berlanjut?Kalau benar-benar diresapi memang ada benarnya juga sih. Pak Joko memang keren, memberi pesan tersirat yang dalem banget.

4.Musuh manusia yang paling berbahaya adalah kebenaran yang disembunyikan.

Nah....kalau ini,  adegan siapa lagi bicara sama siapa cobak? Tebak...tebak. Nggak tau ya? Makanya nonton dulu. Ajak aku lagi juga boleh. Mau nonton berulang-ulang juga nggak bakalan bosen. INI SERIUS DAN AKU NGGAK LAGI LEBAY.

Manusia kadang memang banyak yang munafik. Mereka tahu kebenaran tapi selalu menyembunyikannya untuk kepentingannya sendiri. Sebenarnya memang ada yang lebih membahayakan dari musuh yang menyamar sebagai teman, yaitu kebenaran yang disembunyikan. Indonesia memang harus lebih banyak lagi bikin film-film yang menyelipkan pesan yang tersirat. GREAT JOB, Mr. Joko Anwar.

5.Hal yang tidak bisa dihentikan adalah kedamaian.

Ketika seorang ksatria berkata, “Semua sudah aman, sekarang Aku ingin hidup damai”, maka sebenarnya masih banyak hal yang harus dia jaga. Seperti dalam salah satu adegan yang menyebutkan bahwa di Dunia ini, hal yang tidak bisa dihentikan adalah kedamaian.

6.Apa gunanya hidup jika tidak peduli dengan orang lain.

Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Jika kita memang tidak suka ikut campur urusan orang lain, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Karena ada saatnya seseorang membutuhkan bantuan kita atau sebaliknya, karna hidup akan lebih bermakna dengan tolong menolong.

7.Yang terlihat jahat tidak selamanya jahat.

Kalau kalian nonton dengan seksama, pasti ada pandangan tentang ini. Terkadang orang yang dianggap jahat memang belum tentu jahat. Mungkin saja prang tersebut berbuat jahat sama orang lain karena dirinya merasa diusik orang lain, tapi di balik itu semua, orang itu adalah penyelamat bagi anak yatim sekaligus mengangkat derajatnya. Nah....loh....ini lagi ngomongin siapa cobak? Kalau kamu udah nonton pastinya tahu donk.

8.Yang sembunyi kini telah muncul.

Ini sebenarnya diucapkan dalam bahasa jawa, kalau diartikan dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti itu. Kalau kamu nonton dan ngeh, ini adalah dialog antara Ghazul dan Ki Wilawuk dan pakai bahasa jawa yang asing.

“Yang selama ini sembunyi kini telah muncul”,

Sebenarnya adalah sebuah pesan tersirat yang hanya dipahami oleh beberapa orang saja. Coba kamu renungkan sejenak, nanti juga kamu paham kok. Pokoknya film ini ngena banget sama apa yang terjadi di Indonesia. Mungkin makna pesan yang tersirat tersebut adalah, akan ada orang yang membawa pengaruh positif untuk negeri ini. Mungkin iya mungkin tidak. Yaa...namanya pendapat.

Penasaran? Langsung tonton filmnya ya. Aku sebenarnya maju mundur mau review film Gundala. Di satu sisi memang akun suka banget mengulas film yang sudah aku tonton, tapi di sisi lain aku malu sama pak Joko Anwar, takutnya ulasanku ini kurang bagus di mata sang penulis. 

Secara kan film Gundala sudah bagus banget dari segi apapun, jadi aku agak malu mau review. Hehe.....tapi akhirnya aku memutuskan buat melanjutkan review dan jadilah ini.

Oiya, di akhir ending, udah ada juga spoiler tentang para ksatria bumi langit yang bakal bikin kamu nggak sabar buat nonton. Sri Asih udah ada tuuuh. Cantik banget. Pantas aja pas kemunculan Sri Asih ini penonton cowok-cowok pada heboh. Hahaaa....

Di akhir nonton film ini mendapatkan Applause meriah dari penonton. Ya emang pantas. Keren banget.

HADEEHHH KOK JADI SPOILER GINI. *Maapkan

Kalau menurut kalian yang udah nonton? Kira-kira ada lagi nggak pesan yang tersirat selain yang aku sebutkan? Kalau ada share yak?

Sampai jumpa di review film yang lain.

~MissAnt~

Jumat, 30 Agustus 2019








"EGO bisa menjadi Penghancur, tapi bisa juga menjadi Pemersatu"

Mungkin itulah yang paling ngena pas aku nonton Twivortiare. Tiap orang memang punya cara pandang terhadap sesuatu. Ya  memang harus gitu. Kalau sudut pandangnya sama, maka nggak akan ada cerita baru kan? Hehe.....

Oke langsung aja ke review tentang film Twivortiare deh.

Twivortiare adalah film adaptasi novel dengan judul yang sama. Dan ini merupakan novel ketiganya Ika Natassa. Dari awal film ini dimulai, aku salfok sama Raihaanun yang aktingnya bagus, tetapi juga cantiknya nggak ngebosenin. Sumpah cakep banget. Mukanya nggak ngebosenin. 

Kalau akting Reza Rahardian mah, aktingnya nggak usah diragukan lagi. Reza Rahardian ini bisa dibilang Johnny Deppnya n Indonesia. Seorang aktor yang serba bisa. Sekarang tahu kan? Kenapa banyak film yang dibintangi Reza, ya karna itu tadi. Dia adalah aktor yang serba bisa. Benar-benar cerdas dalam mendalami perannya.

Aku pribadi sih, sepanjang film ngeliat aktingnya Reza, sama sekali nggak terbayang dia main Stupid Boss yang konyol banget. Keren aktingnya. Benar-benar bisa keluar dari satu peran ke peran yang lain.

Sekarang, mari kita ambil hikmah dari sebuah film di atas. Setiap film selalu memberikan kesan tersendiri bagi penonton. Ada beberapa pelajaran penting yang aku dapatkan dari cerita cinta Beno dan Alex.

Meski temanya ini tentang perceraian yang akhirnya rujuk lagi, tapi bukan berarti yang belum nikah nggak boleh terkesan lho ya. Ini bisa jadi pelajaran buat semua orang yang sedang menjalin asmara maupun yang ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius, yaitu PERNIKAHAN. *ihirrrrr

Pelajaran penting dari kisah cinta Alex - Beno di Twivortiare

1.Komunikasi adalah segalanya.

Dalam menjalani sebuah hubungan, komomunikasi memang menjadi hal yang perlu diperhatikan. Mengapa ini aku kasih di poin nomer 1 ? agar semua orang tahu kalau yang paling penting dalam sebuah hubungan adalah KOMUNIKASI.

Sesibuk apapun seseorang, usahakan untuk selalu berkomunikasi meski hanya 5 menit saja. sekedar bertanya, "Lagi di mana? sudah makan atau belum". Sekilas memang terlihat aneh, "kok kayak anak SD aja mesti di tanya lagi di mana dan udah makan atau belum?". Tapi tahukah kamu, sebenarnya hal itu justru mempererat suatu hubungan.

2.Harus ada yang mengalah salah satu.

Hubungan Alex sama Beno memang real banget. Pada umumnya pertengkaran kecil bisa jadi panjang. Adegan ini (Yang mereka bertengkar di mobil gegara Beno kena encok....hahahaaa) memang bikin gemes sih. Kadang dalam suatu hubungan memang begitu, hal kecil aja bisa jadi besar dan bikin berantem berhari-hari. Ini bisa jadi pelajaran buat kita semua. Ada kalanya kalau lagi berantem kecil, salah satunya harus mengalah.

Sebenarnya kata maaf yang muncul dari salah satu pasangan bisa meredam pertengkaran. Hanya saja ini sulit dilakukan. Buat kita-kita nanti, kalau udah nikah dan ada pertengkaran kecil, sebaiknya ada dalah satu yang mengalah. Mengalah bukan berarti kita takut kehilangan, melainkan kita tidak ingin memperkeruh suasana menjadi lebih berantakan. See? Kalau udah nonton filmnya, pasti paham lah ya.

3.Tidak semua hal harus diselesaikan dengan "Kabur".

Melihat Alex yang suka kabur saat berantem memang mencerminkan seseorang masa kini ya. Kabur tidak membuat masalah selesai tapi malah bikin situasi makin menjadi-jadi. Untung saja di sini Beno nyusulin Alex  ke apartemen dan membawakan Pizza.

Hubungan percintaan memang tidak selamanya mulus. Kadang ada satu atau dua masalah sepele yang bisa jadi besar. Kalau sudah dalam situasi seperti itu, jangan ada yang kabur atau meninggalkan. Sebesar apapun harus harus langsung diselesaikan karena yang bisa menyelesaikan hanyalah mereka. Tinggal ngomong baik-baik saja, maka semuanya kelar.

4.Harus belajar mengendalikan EGO.

Hal kecil yang bisa merusak suatu hubungan adalah EGO. Iya bener. Semua orang sudah pasti punya EGO. Tapi hanya beberapa yang bisa mengendalikan dengan baik. Film ini memberikan kesan yang bagus, bahwa dalam sebuah hubungan, EGO bisa berakibat fatal, salah satunya adalah perceraian.

Jadi, kalau kita sedang  menjalin komitmen dengan seseorang, maka kita harus pandai dalam mengendalikan EGO. Yang aku lihat di sini adalah, EGO bisa menjadi Penghancur, tapi bisa juga menjadi Pemersatu.

Terbukti kan, Alex dan Beno bercerai karena apa dan rujuk kembali karena apa. Pokoknya film ini wajib banget ditonton. Alurnya dibuat Real banget.

5.Sesibuk-sibuknya orang selalu butuh SANDARAN.

Halah.... kenapa sandarannya harus pakai huruf besar sih? Ya nggak papa. . . . biar semua orang tahu kalau sandaran itu penting. Eh tapi kalau nggak ada sandaran kita bisa pakai sepatu kan ya? *Ngaco

Kalau kamu udah nonton film ini, pastinya tau donk, apa yang dirasakan Alex maupun Beno. Keduanya memang orang-orang yang super sibuk. Tapi dibalik kesibukannya, Beno selalu butuh Alex buat berbagi semua hal apa yang dia rasakan.

Demikian beberapa kesan yang bisa aku dapatkan setelah nonton Twivortiare. Kalau aku memuji terlalu buanyak, nanti dikira aku fake. Tapi serius. Filmnya bagus banget. Kena banget. Ini merupakan film cinta-cintaan yang realistis banget dan tentunya pembelajaran buat kita-kita yang ingin menuju ke jenjang pernikahan. Harus punya mental kayak Alex dan Beno.


~MissAnt~



Kamis, 15 Agustus 2019

Sumber gambar : Google 


Kalian yang bekerja kantoran, tentu sangat paham dengan istilah  Teng-Go. Iyaaa...Teng-Go itu bukan bagian dari wafer tango lho ya. Ini bukan sejenis makanan melainkan sejenis pulang tepat waktu ketika sudah waktunya pulang dan pekerjaan sudah selesai dikerjakan. Pulang Teng-Go ini juga bisa diartikan sebagai pulang tepat waktu, yang mana meskipun pekerjaan kalian belum selesai, kalian boleh pulang karena yang namanya pekerjaan biasanya nggak akan pernah selesai. Iya nggak?

Akan tetapi, masih banyak orang yang menganggap Teng-Go adalah keputusan yang salah. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa pulang Teng-go adalah sesuatu yang salah dan banyak diomongin. Mungkin saja yang ngomongin adalah seorang workaholic. Tapi ya workaholic sih nggak gitu-gitu amat.

Tapi kalau aku baca-baca artikel, banyak yang menganggap kalau pulang Teng-go alias tepat waktu itu tidak masalah. Ada beberapa alasan mengapa kamu harus pulang Teng-go. Dan ternyata, pulang tepat waktu juga memiliki banyak manfaat lho. Sayang banget kalau sebagai pekerja, kamu nggak mau pulang Teng-go.

Berikut beberapa alasan mengapa pulang Teng-go itu nggak ada salahnya.

1.Ada kehidupan di luar kantor.

Jangan mentang-mentang terlalu cinta sama pekerjaan lantaran kamu jadi nggak punya kehidupan lain selain di kantor. Ini sangat menyedihkan. Kalau hidupmu hanya seputar, rumah-kantor-rumah, maka hidupmu kurang maksimal gitu loh. Ada kehidupan lain di luar kantor yang tentunya bisa menambah moodboster kamu, misalnya nongki-nongki murah meriah. Hahaaa....

2.Lebih fokus kerja.

Pulang Teng-go bikin kamu lebih fokus kerja? kok bisa ? Menurut penelitian, orang yang pulang kerja lebih cepat tentu akan membuatnya semakin fokus di hari esok. Liat aja orang-orang yang suka lembur, mereka akan terlihat kurang bergairah gitu. Tapi ada benernya sih, yang aku rasain selama ini emang gitu. Aku kan termasuk orang yang suka pulang Teng-go, jadi bisa lebih fokus merencanakan besok mau ngapain gitu.

3.Melatih diri agar lebih disiplin.

Disiplin ternyata tak hanya berlaku untuk masuk kantor tepat waktu saja lho, tapi juga pulang kantor tepat waktu. Toh...kerja keras nggak harus pulang telat kan? Mulai sekarang coba ubah pola pikir deh. karna sedikit pola pikir yang berubah dapat mengubah pola pikir hidup kamu. Wedyaaann.....isoh ngomong ngene.

4.Refresing.

Rutinitas harian terkadang membuat seseorang merasa penat, entah dengan teman kerja ataupun dengan pekerjaan. Sesayang-sayangnya kamu sama temen kantor atau secinta-cintanya kamu sama pekerjaan tentu ada kalanya kamu akan merasa penat kan? Makanya pulang Teng-go itu nggak ada salahnya.

5.Lebih punya waktu untuk memanjakan diri.

Memanjakan diri itu penting, salah satunya dengan tidak mengulur-ngulur waktu pulang kantor. Dengan begitu kamu bisa lebih menyenangkan diri sendiri dulu. Kalau kamu masih mengulur-ngulur waktu buat pulang, maka kamu akan kehilangan waktu buat memanjakan diri. Nggak percaya? Coba deh mulai sekarang belajar manage waktu.

Bahkan dari pertama aku kerja ya, aku selalu pulang tepat waktu meski kadang datangnya agak terlambat. Hahahahaa.......*Ngaku.

Tapi itu nggak ada masalah selama kerjaan tersebut beres. Percuma juga kalau datang pagi-pagi dan pulang molor waktu tapi nyatanya nggak ngerjain apa-apa. Produktif nggak harus berlama-lama di kantor kan?

Itulah beberapa alasan mengapa kamu nggak salah kalau pulang Teng-go. Kalau kalian punya alasan lain mengapa harus banget pualng Teng-go, langsung share di kolom komentar yak.

Kerja cerdas....
Bukan kerja keras....
Salam Badass....


#MissAnt



Jumat, 09 Agustus 2019

Sumber Gambar : Google





Oke, kali ini aku bingung nentuin judul. kalau semacem Naavagreen itu namanya pakai krim Dokter atau Skincare. Ya emang sih, sebagai perempuan akau memang nggak begitu paham soal make up dan segala macemnya itu. Tapi aku dulu pernah memutuskan buat pakai krim Dokter. Dan krim itu adalah dari Naavagreen.

Langsung aja ya biar cepet.

Aku pakai Naavagreen kurang lebih 2 tahun lah. Soalnya aku pakainya pas bulan puasa tahun 2017. Berapa lamanya itung sendiri yak. Hahahahaaaa.......

Selama aku memakai krim, sebenarnya aku nggak ada masalah apa-apa. Soalnya aku pakainya teratur. Tapi aku hanya memakai Facial wash, krim pagi dan krim malam. Pas aku konsul ke Dokternya, sebenarnya bu Dokter tidak menganjurkan aku harus memakai toner , tirai dan segala macem karena memang kulitku nggak ada masalah.

Meski hanya memakai 3 produk saja, tapi alhamdulillah kulitnya nggak ada masalah sih. Lalu apa perbendaan dari aku sebelum memakai Naavagreen dengan saat aku memakai Naavagreen? Apakah ada perbedaannya? Apa hanya biasa-biasa saja? Mau tau nggaaaakkkk jawabannya????

Daaaan....jawabannya adalah aku nggak tambah putih. Hanya saja wajah terlihat agak bersih gitu. tapi aku emang nggak nyari krim wajah buat pemutih sih. Soalnya lebih suka memakai krim wajah yang bikin wajah halus, lembut, bebas jerawat dan komedo. Pokoknya nggak bikin kulit kering dan nggak jerawatan dan cara pakainya nggak ribet. Hahahaha...simple kan keinginanku.

Tapi semakin  ke sini, aku rasanya harus berhenti memakai krim Naavagreen. Bukan karena nggak cocok sih. Awalnya sih emang aku pernah selama 3 harinan nggak memakai krim malam. Lalu mukaku jadi agak kasar gitu. Pokoknya beda banget saat aku pas pakai. karna itulah aku jadi pingin memutuskan untuk berhenti saja. Cukup sampai di sini. *Lah.....

Tapi....tapi....dan tapi........setelah aku baca-baca review, berhenti dari krim Dokter ternyata nggak mudah. Dan yang jadi pertanyaan adalah, apakah kamu siap buat "lepas" dari krim dokter? Apakah kamu siap dengan segala konsekwensinya? *LahMalahkayakApaanAjaAdaKonsekwensinyaSegala

Jadi, aku secara resmi lepas dari Naavagreen sejak tanggal01 Agustus 2019. Di tanggal tersebut, aku resmi udah nggak pakai krim dan facial washnya. Sebenarnya sih aku mau lanjut pakai facial washnya saja, soalnya ebank banagte nnggak bikin kering. Aku biasanya kalau pakai facial wash trus kering banget, tapi pas pakai facial wash Naavagreen malah cocok. Tapi harus aku hentikan saja lah ya. Soalnya mau ganti krim juga.

Lalu....apa yang aku rasakan aku rasakan ketika memutuskan berhenti dari Naava? Simak nihh.....

1.Wajah jadi kasar.

Iya, yang biasanya mukaku tu lembut banget, setelah aku nggak pake krim malam saja trus berubah jadi kasar. Dan ini aku juga udah nggak pakai dua-duanya. Bisa dibayangin kayak apa donk ya? Muka udah kasar banget. Tiap aku wudhu, yang aku rasakan nggak kayak dulu. Aku merasa kayak kasar banget pipiku. Tapi ya itu resiko sih. Yang bilang berhenti dari Naava trus nggak ada efeknya mana suaranya? Aku pingin liat perubahan mukanya nih!

2.Wajah terasa gatal.

Kalau soal gatal di wajah ini aku rasakan di bagian pipi. Iya ini gatak banget. Apalagi kalau mau tidur. Bawaannya pingin tak garuk tapi kok ya masih mikir tar kalau luka gimana. Pokoknya rasanya gatel banget. Mungkin efek krim yang sudah tidak dipakai, jadi kulit berasa "menjerit gitu".

3.Terasa perih pada saat-saat tertentu.

Yang aku alami adalah, aku merasakan perih yang "pating clekit". Iya, pating clekit  berasal dari bahasa jawa yang artinya perih yang nggak enak banget. Biasanya aku merasakan ini saat mau tidur atau ssat santai.  Jadi, semakin aku nggak ada kerjaan atau hanya bengong aja, maka rasa clekit-clekitnya akan semakin terasa.


Baca juga :





4.Kusam.

Kalau ini sih sudah pasti dialami. Bayangkan saja, setelah wajah terasa halus dan kinclong dan mendadak berhenti dari krim Dokter itu biasanya akan nampak sekali kusamnya. Aku juga ngrasain kayak gini, bayangin aja, udah perih, gatal dan kusam. Ini nggak lebay sih. Bukannya aku menyalahkan krimnya jelek tapi emang itu efek yang akan terjadi jika kita memutuskan untuk berhenti dari krim Dokter.

5.Kering dan komedo.

Dua masalah kulita wajah ini memang menjadi hal yang mengerikan. Hahaaa...lebay nggak sih? Kalau aku sih nggak nyaman aja dengan keadaan muka yang kering dan muncul komedo. Bukannya gimana ya. tapi sangat menganggu aja sih. Lha wong pas ngaca ada komedo aja udah setres, gimana orang lain kalau ngeliat kita ?

6.Bruntusan di bagian wajah yang tersembunyi.

Nah, buat kalian yang pernah berhenti dari krim Dokter, tentunya akan merasakan bruntusan yang tersembunyi. Maksudnya tersembunyi ini bagaimana ya? Kalau aku sih, bruntusannnya di bagian pipi dalem. Itu udah gatel, perih dan bruntusan lagi. Hadeeeeh....komplit pokoknya.

Aku memang nggak terlalu tahu soal make up, tapi setidaknya aku pernah pakai krim. Jadi hal itulah yang aku rasakan ketika memutuskan untuk berhenti. CATET ya, aku berhenti pakai Naava bukan karna produknya jelek, tapi karna sesuatu hal.

Selain 6 masalah di atas, apa saja yang kamu alami ketika memutuskan untuk berhenti memakai krim Dokter? Share ya? biar sama-sama tempe....eh tahu.....





~MissAnt~


Seedbacklink

Categories

Pengunjung Hari ini

Cari Blog Ini

Translate

Tutorial Paling Mudah Daftar Freelancer di Projects.co.id

  Sumber Gambar: Pexel   Sebagai seorang freelancer, kamu tentunya sudah tidak asing dengan platform yang satu ini. Projects.co.id meru...

Tentang Penulis

Foto saya
Heloo..thank you for always visit and read my blog ^.^