Sabtu, 18 November 2017

4 Penyebab Etika Semakin Luntur


Hari ini ngomongin ETIKA??? Mana ada yang tau. Miris ya? Banget. Seberapa penting etika diera sekarang sih? Sampai-sampai banyak yang sengaja mengabaikannya. Kalau sudah seperti ini, siapa yang paling pantas disalahkan? Meski sepele, ternyata etika memiliki pengaruh besar. Sayangnya, sopan santun memang sudah hilang dan bukanlah hal yang penting lagi.


Kelakukan orang-orang yang seenaknya saja dengan orang yang lebih tua memang kadang bikin geleng-geleng kepala. Sebagai pendengar yang baik (ciyeehhh), saya seringkali mendengar keluh kesah seseorang yang diperlakukan tidak baik dengan orang yang ternyata lebih muda. Miris banget sih. Sopan santun memang benar-benar sudah luntur.


Lantas apa yang membuat orang seenaknya saja tak bisa menghargai orang yang lebih tua? Banyak faktor yang ternyata mempengaruhinya. Apa saja kah? Kalau menurut saya, penyebabnya seperti berikut ini,

1.Kurangnya didikan dari orangtua.

Nah...buat para calon orangtua, ini penting banget nih. Mengajarkan etika sejak kecil sangat berpengaruh saat besar nantinya. Bukannya saya sok tau. Tapi memang benar adanya. Orangtua yang mengajarkan etika sejak kecil menghasikan anak-anak yang memiliki empati tinggi. Entah Cuma perasaan saya saja atau memang benar adanya.


Saya bisa membandingkan sendiri, bukannya bermaksud membanding-bandingkan sih, hanya sebagai contoh saja. Sebut saja si A, sejak kecil sudah mengajarkan bagaimana harus berbahasa yang halus pada orang lain, cara bersalaman dan lain sebagainya. Maka anak tersebut tumbuh menjadi anak yang santun. Beda lagi dengan anaknya si B yang kurang bisa menghargai orang yang lebih tua, ternyata waktu kecil emang kurang perhatian dari orang tua. Terbukti kan, kalau nggak diajari sejak kecil emang susah.


2.Kurang pendidikan.

Maaf banget, bukannya saya merendahkan. Kurang pendidikan yang saya maksud disini adalah kurangnya pendidikan moral pas masih SD. Seingat saya, masih ada mata pelajaran PPKN pas saya masih SD. Dan itu mengajarkan bagaimana bersikap yang baik pada sesama dan menghormati orang yang lebih tua. Tapi sekarang rasa itu sudah jarang ditemui, ya karna itu tadi. Kurang pendidikan.


Bukan soal pendidikan tinggi yang membuat orang punya rasa empati lebih, bukan. Awalnya saya pribadi perpendapat seperti itu. Ternyata salah. Bahkan beberapa orang terpelajar juga banyak yang kurang memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Itulah mengapa pendidikan karakter sangatlah penting. Menyekolahkan anak setinggi langitpun akan sia-sia jika tak diimbangi dengan etika yang baik sejak kecil.


3.Lingkungan sekitar.

Yap, faktor ini memang paling akurat. Lingkungan sekitar yang kurang memililki etika yang baik dapat mempengaruhi seseorang. Meski hanya beberapa orang saja yang sulit terpengaruh, tapi memang lebih banyak yang mudah terpengaruh. Apalagi kalau sejak kecil tidak diajarkan sopan santun, tentu akan sangat mudah mempengaruhinya.


4.Teman yang salah.

Memilih teman yang baik itu perlu, tapi bukan berarti harus pilih-pilih dalam berteman. Jangan sampai berteman dengan orang yang etikanya rendah. Karna akan menyulitkanmu sendiri. Secara otomatis, kamu akan bersikap seperti orang yang benar-benar tak punya sopan santun. Dan ini lama-kelamaan akan menyulitkanmu. Kalau kamu lebih banyak dikelilingi orang-orang yang santun, maka otomais kamu bisa lebih menghargai orang yang lebih tua.


Beda lagi kalau kamu masuk dalam lingkungan orang-orang yang tak punya etika. Bukannya menuduh, tapi yang saya tau, mereka yang masuk dalam satu kelompok minim etika, jangan heran deh kalau kelakuannya “begitu”. Amat sangat disayangkan sebenarnya, tapi gimana donk? Semua tergantung diri kita sendiri. Kalau kita ingin menjadi pribadi yang santun, bergaulah dengan  orang-orang yang punya etika tinggi.


Saya pernah liat orang lebih muda yang cara ngomongnya nggak enak banget ke seorang Ibu yang lebih tua. Heran,  apa yang ada diotak mereka. Sekilas memang tampangnya ramah, pada kenyataannya justru sikapnya kasar. Ya memang sih, tampang kadang bisa menipu. Yang terlihat ramah taman bisa jadi jahat. Dan yang terlihat jutek bisa jadi dia sangatlah baik. Jangan mudah ketipu ya.


Kalau ngeliat masih banyaknya orang yang minim etika, saya jadi ancang-ancang buat ngajarin anak saya (nantinya) agar lebih beradab. Ya, setidaknya punya etika dan sopan-santun terhadap orang yang lebih muda. Mikirin masa depan anak juga nggak ada salahnya lho (meski nikah aja belum). Hidup tak semata-mata hanya menjalaninya saja, tapi juga harus punya rencana yang kuat. Meski tak semua rencana terwujud, setidaknya kita punya rencana yang baik.

 #MissAnt


Jumat, 17 November 2017

The Worst Year Ever


 Hello SAMPAH, how are you??


“4102”


Tahun tersebut menjadi tahun terbaik Saya untuk tau kebusukan tentang sesuatu. Yang orang katakan tentang banyak orang bermuka dua ternyata terbukti pada tahun tersebut. Sebenarnya udah malas ngungkit-ngungkit lagi, toh sekarang saya sudah jauh lebih bahagia dibandingkan dengan pekerjaan yang dulu, Shit job, No...lebih tepatnya Shit people. Halah...apalah itu pokoknya. Tapi terima kasih banyak lho, berkat semua itu, saya punya banyak cerita untuk diceritakan. Jadi punya pandangan berbeda tentang “seorang teman”.


Pandangan berbeda maksudnya gimana? Awalnya saya anggap semua teman itu baik, nyatanya salah 1000000000000000000000000000000000000000000000%. Nggak Cuma ada di sinetron aja sih. Dunia nyata aja juga. Keren yak. Waktu itu terlalu muda untuk saya, ya waktu itu usia masih mudah banget. Lah.....emang sekarang udah tua? No......sekarang tambah muda. #Loh.


Setiap akhir tahun, Saya selalu berpikir apa yang bikin hepi dan jengkel. Alhamdulillah banyak hepinya. Hanya saja, teringat sesuatu yang bikin muak sama mereka. Who are they? Yap. Sebut saja, mereka makhluk-makhluk yang tak pantas disebutkan namanya. Kok aku jahat banget nyebutnya ya. Nggak papa sih, toh sikap mereka justu lebih jahat dari saya. 


Wahahahahhahaaaaa...balas dendam membenci itu norak banget Ta. You Should not do that.


Bodohnya saya, kenapa setelah sakit hati atas  sikap mereka, saya justru block akun sosmed mereka. How stupid I am. Bodoh banget sih. Seharusnya nggak usah di block, biar mereka tau kalau saya yang sekarang lebih bahagia. Eh tapi ada yang nggak diblock, Cuma unfollow kok. Nggak temenan sama mereka juga lebih hepi. Justru saya lebih tau banyak hal setelah nggak temenan sama mereka. Keren ya. Semua memang ada hikmahnya.


Entah kenapa, mendadak pingin nulis hal ini. Mungkin karna sedang nggak ada topik buat nge-blog. Lagi buntu nih otaknya. Lah emang kesumpelan apa Ta? Entah. Kayakanya kurang piknik. Akhir-akhir ini emang kurang jalan-jalan, iya seringnya naik motor soalya. Lah........


Sebenarnya sudah males bahas ini, Cuma geli aja sama sikap mereka. Dulu kalau bahas ini, rasanya pingin lempar taik sapi ke muka orang-orangnya. Hahaha...biar yang busuk ngga Cuma hatinya. Tapi juga muke nye. Tapi itu dulu ye. Sekarang bodo amat. 


Dulu mungkin saya bego banget buat gampang percaya sama omongan orang yang udah kita kenal, sekarang No. Butuh waktu sebulan saya untuk bangkit dan menemukan teman-teman baru dengan pemikiran yang lebih “terbuka”. Nggak kayak mereka yang otaknya Cuma mikir bagaimana cara menjatuhkan orang. Yah....that’s why, mereka memang pantas disebut sampah.


Loh...berarti kamu gampang banget ngelupain temen donk Ta? No. Saya bukan orang seperti itu. Capricorn kan paling setia kawan (ciyeh......bawa-bawa bintang segala). Hanya saja, liat dulu orangnya kayak apa. Kalau jahat sama kita, ngapain musti diingat sih. Sampah kayak mereka memang pantes buat dibuang jauh-jauh. Sampah. Ya, sekarang saya menyebutnya sampah. Udah kayak dikebon tuh, enaknya dibakar, tinggal abu dan kemudian ilang tanpa jejak. Bye.


Kenapa mereka layak disebut sampah? Karena sikap berikut inilah yang bikin mereka layak disebut sampah.

Pertama, Si sampah ini mengenal kita dengan baik. Tapi karna suatu hal demi popularitas, mereka justru memilih pura-pura nggak kenal. Popularitas? Lo pikir lo selebritis. Prestasi kamu apa sih? Cuma “kayak gitu’ aja bangga. Yang lain yang lebih berprestasi dari kamu juga banyak. Dan mereka nggak ngorbanin temen juga.


Kedua, kepo abis. Yap, ngedeketin hanya karna ingin tau lebih banyak. BUT, jangan kira saya bego ya. Karna saya nggak bego-bego amat soal ini. Dari sorot matanya aja udah keliatan mata-mata sampah yang mau cari bahan untuk memperngaruhi sampah lain yang percaya sama omongan sampah. Gila ya. Tu sampah keterlaluan, udah tau sampah, tapi dipercaya. Hahaha.....*ThumbsDownForThem


Ketiga, empati yang dibuat-buat. Pura-puranya care, padahal Cuma fake. Cerdas banget ya. Tapi, sayangnya saya nggak mudah terbuai. Sok nggak tau apa-apa padahal tau segalanya. Emangnya saya bego. Semuanya sudah terpancar sejak awal masuk ke kandang sampah waktu itu. Yakali sampah punya kandang.


Dan masih banyak hal buruk yang saya alamui saat berada di kandang sampah. Bayangkan saja, waktu itu saya seorang diri menghadapi para sampah. Serius, saya nggak punya satupun teman yang ada disamping saya. Yang dulu saya kenal baik saja menjauh dan ikutan jadi sampah. Sayang ya, mereka terlalu gampang banget masuk ke perkumpulan sampah.


Tapi yang saya salut dengan diri sendiri waktu itu adalah, saya sempat mengucapkan terima kasih pada sampah yang membawa saya masuk ke kandang sampah. Karna bagaimapun, saya bisa masuk kandang sampah karna sampah. Hihihi....tak baca ulang kok ketawa ketiwi sendiri. Kasian juga mereka disebut sampah. Tapi ya memang pantas. Salah sendiri punya sifat kayak sampah.


Dari semua kejadian itu saya bisa mengambil banyak hikmahnya. Sejak bertemu orang-orang baru setelah keluar kandang sampah, saya jadi lebih bahagia. Nggak tau gimana cara mengungkapkannya, pokoknya berasa dapet ganti teman-teman yang baik. Kenapa saya bisa dengan mudah mengatakan mereka baik? Karna orang yang tulus dan tidak tulus dalam berteman itu keliatan banget.


Harapan saya buat kedepan dan kedepan dan selamanya selalu sama, yaitu nggak kepingin nemuin sampah kayak mereka. Cukup tahun tersebut saja, anggap saja saya apes terjebak masuk ke kandang sampah. Meski dari kandang sampah tersebut, ada beberapa mutiara yang indah. Ya memang ada, hanya 5% dari mereka.


Saya udah nggak pedului bagaimana pendapat para sampah dengan sikap saya. Karna saya tau, sekalinya benci ya tetep benci. Sampah memang gampang banget diprovokatori. Saya melihat semuanya dari penglihatan saya selama berada di kandang sampah. Yang tulus baik sama saya juga ada. Terima kasih sudah kenal kalian, Para sampah dan beberapa mutiara yang anggun.


Menghilangkan rasa benci pada para sampah memang nggak mudah, dulu saya benci banget sama sampah itu. Dan pada saat itu, saya sadar. Untuk apa berkepanjangan. Toh sekarang saya sudah lebih bahagia dengan kehidupan saya dan saya nggak mau tau seperti apa kehidupan para sampah setelah saya keluar dari kandang sampah.


Hingga akhirnya tak ada lagi rasa benci, yang ada hanya geli pada sikap mereka. Makanya saya tulis lagi. Biar bulu mereka rontok karna dibahas lagi. Emang bener kata Bang Raditya Dika dalam salah satu stand up nya, “balas dendam itu norak”.  Bedanya, kalau di saya bukan balas dendam tapi “mengungkit sejenak”. Ngapain balas dendam, toh saya dapat karmanya. Iya, karma.Yang dulu saya di kandang sampah nggak punya teman, sekarang saya punya teman yang jauh lebih berkualitas dibanding sampah.


Intinya, Cuma mau ngucapin makasih buat para sampah. Karna kalian, kehidupan saya jadi jauh lebih baik dibanding saat terjebak di kandang sampah. Sekali lagi Terima kasih ya, SAMPAH. Dan untuk para MUTIARA, Terima kasih sudah kenal kalian, tetap jadi orang baik ya.

#MissAntTerjebakDiKandangSampah


Kamis, 16 November 2017

Yang berlebihan biasanya tidak tahan lama

Sudahlah jangan terlalu caper hanya demi mendapatkan perhatian dari orang lain. Jangan terlalu sok peduli dengan cara yang norak kalau sebenarnya cuma penjilat. Kalau memang tulus, biasanya tidak menunjukkan sesuatu yang berlebihan. Jangan sampai kebalik. Yang tulus tak selalu berlebihan. Karna saat kamu mendengar pujian, maka kamu sudah teracuni omongan penjilat. Karna pernah ada yang bilang begini, "Pujian adalah Racun"

Sayangnya masih banyak orang yang terlena dengan pujian. Ada seorang teman yang gampang banget luluh sama pujian. Kemudian, ia memakai cara tersebut untuk memuji orang lain yang ingin dia dekati. Hanya karna apa? Ya itu tadi, ingin lebih dekat. Sayang dia salah sasaran. Saya paling Anti sama pujian, karna saya sudah belajar banyak hal. Yang awalnya meninggi-ninggikan hanya akan menjatuhkan.

Perlu diketahui bahwa orang baik belum tentu ikhlas. Bagaimana bisa? Ya,Mereka baik, tapi mereka tidak legowo berteman dengan kita. Karna selalu ada sebab akibat. Namun, seiring berjalannya waktu, segalanya akan terungkap dan kamu hanya bisa ...... *sigh

See?

Cepat atau lambat, yang berlebihan akan ketauan. Bukan. Bukan orang lain yang mengungkapkannya. Ini cuma soal waktu. Yang tak pantas untuk kita akan dijauhkan. Dan yang baik akan selalu "stay". Kedatangan mereka juga akan memberimu banyak pelajaran berharga. Dan mereka yangbersikap seperti itu hanya akan bersikap seperti itu pada orang lain yang akan jadi targetnya.

Nggak ada orang yang merasa nyaman jika diperlakukan berlebihan. Kecuali orang yang gila pujian. Orang kayak gini maunya di agung-agungkan meski hal sekecil apapun. Dan yang lebih parah lagi, mereka ini gengsian. Pokoknya lebih susah dalam hal jujur dengan diri sendiri.

Kenapa harus gengsi dengan diri sendiri? Meski didepan orang lain bisa berkata "merendah", tapi kenyataannya justru gengsinya gede. Nah,,,kalau udah kayak gini, jadi terbukti kan? Jadi nggak perlu berkata serendah mungkin hanya untuk menarik simpati orang, kalau kenyataannya gengsinya gede. What do you get about this? Nothing kan?

Kalau mau hidup hepi, ya sewajarnya aja. Kalau mau bikin orang simpati, lakukan dengan cara yang benar, Jangan dengan cara yang lebay ah. Apalagi nggak iklas. Keliatan kok. Nanti juga baliknya di kamu. You know, Karma does exist. Percaya yang percaya sih. Yang jelas, apa yang kita perbuat ke orang lain akan berbalik pada kita. So, be good and do good, but don't too much "act".



#MissAnt

Minggu, 12 November 2017

Everything is Easy, Humans Make it Difficult



Katakan semuanya mudah...
Maka akan dipermudah.
Katakan semuanya lancar...
Maka akan lancar.

Sesimple itukah? Iya. Pada dasarnya, segala sesuatu itu mudah. Hanya saja manusia yang mempersulit. Kalau kamu bilang ini rumit, hasilnya juga akan rumit. Tapi kenapa beberapa orang lebih suka menceritakan hal-hal yang rumit. Bukannya semakin dipikir maka akan semakin menguasai pikiran? Kalau dipikir-pikir, kekhawatiran dalam diri seseorang memang selalu ada. Namun semua itu tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.


Tuhan menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang wajar-wajar aja dan ada yang rempong. Nah, yang rempong ini yang kadang bikin gedeg banget. Kenapa harus memperumit hal-hal yang nggak perlu dirumitkan? Ada lho orang yang mau posting di Instagram aja pakai bolak-balik mikir kayak mau tanda tangan minta surat pengantar ke Pak RT. Padahal kan tinggal posting, selesai. Udah kan? Apa yang dirumitkan coba? Ah...namanya juga rempong. Semuanya kudu PERFECT abezzz.


Dulu Saya pernah punya teman, dia orangnya mudah banget down. Hatinya kecil. Tapi bukan beneran hatinya bentuknya kecil lho. Kecil hati disini maksudnya gampang kepikiran gitu. Apa-apa dikit kepikiran, dikit-dikit tersingung. Yaelah, mainnya kurang jauh tuh. Sebenarnya simple aja sih, kalau Cuma becanda ngapain juga tersinggung trus kepikiran dan baper. Lagian becandanya juga wajar, nggak bawa-bawa fisik atau ada unsur merendahkan tapi ya gitu deh. Karakter manusia emang beda-beda.


Segalanya sebenarnya mudah, hanya saja manusia yang (sengaja) merumitkannya. Contohnya seperti ini, bisa beli ini itu yang terbilang tidak murah, sebut saja motor. Yap, punya banyak motor keluaran terbaru (maksudnya masa habis plat nomer motor masih 2022). Kalau habisnya tahun itu, berarti belinya baru kemarin. Harusnya bersyukur bisa beli cash lagi, (((((CASH))))) lho. Kenapa harus diperjelas? Karna belinya nggak usah kredit. Kalau Cash kan at least, ya mampu lah. Sayangnya dia ngeluh nggak punya duit buat ini lah itu lah. Bla...bla...bla....

*Sigh

Ada-ada aja sih. Mampu tapi kebanyakan ngeluh. What the......Kalau udah mampu ngapain ngeluh? Are you okay?!

Kadang orang mengajarkan anak dengan pola asuh yang salah. Loh...kok saya jadi sotoy soal ngurus anak? Emang udah pengalaman? Boro-boro deh. Nikah aja belom. Saya bisa bilang begini karna pernah mendengar obrolan Ibu-ibu zaman now yang juga pernah saya tulis disini. Mungkin begitulah hasil dari didikan sejak kecil. Mampu beli ini itu tapi nggak lupa juga untuk ngarep pemberian orang. Kurang bersyukur itu namanya, toh masih banyak orang yang kurang mampu yang lebih membutuhkan.


Nah, situ mampu kenapa masih ngarep belas kasihan orang lain. Kalau nggak cukup buat menuhin kebutuhan sehari-hari kenapa nggak jual motor aja buat makan? Simple kan? Bagian mana yang rumit? Humans. Yap. That humans that makes everything difficult. Kadang orang lebih menomorsatukan gengsi. Lebih baik kelaparan, yang penting motor baru zaman now.


Kadang masalah ada karna kita menyebutnya masalah. Kalau tidak menyebut masalah ya bukan masalah. Just enjoy your life and makes everything easy. Jangan dibuat rumit lah ya. You just need to enjoy it.

#MissAnt


Popular Posts