Kamis, 26 September 2019

5 Manfaat Yang Kamu Dapat Dari Naik Gunung





Dengan membaca dari judulnya, jangan pernah mengira kalau aku udah naik gunung yang tinggi banget ya? Sebenarnya aku Cuma naik gunung api purba yang ada di Nglangeran itu kok. Meski hanya berketinggian 700 mdpl (C.M.I.I.W), tapi berasa udah seperti naik gunung yang tinggi buanget. Oke, aku lebay. Nggak papa, mending lebay daripada drama. #Uhuk...

Baiklah, dengan naik gunung kemaren, banyak pelajaran yang aku dapat. Sebenarnya udah lama banget pingin naik gunung. Kata temanku, naik gunung harus punya persiapan yang matang. Nggak hanya asal-asalan. Ya paling enggak, lari-lari gitu udah termasuk pemanasan kok. Sayangnya aku kemaren mengabaikan pemanasan itu. Nggak pernah olahraga, nggak pernah lari-lari (pernah sekali tapi ngos-ngosan banget) , tiba-tiba naik gunung. Ugh....berasa banget rasanya. Malu sama diri sendiri. Ternyata aku selemah ini.

Kenapa aku ngebet banget pingin naik gunung? Karena pemandangan pasti bagus banget. Seo;ah lebih dekat dengan awan dan menikmati birunya langit, belom lagi nanti kalau ada senja. Uwuwuwuu...pasti cakep banget deh. Tapi semua itu nggak bisa dilihat tanpa kita harus bersusah payah dulu, yaitu mendaki. Jangan pikir mendaki itu gampang ya? Eh tapi kalau udah biasa emang gampang kayaknya. Beda sama yang baru pertama kali kayak aku.

Ngomongin soal naik gunung, aku jadi mendapatkan banyak pelajaran nih. Ciee elahh....Setiap jalan kehidupan memang selalu memberikan pelajaran bagu kita semua. Walau hanya gunung yang tidak terlalu tinggi, tapi aku mampu merenungkan beberapa hal, antara lain;

1.Lebih banyak bersyukur.

Iya bersyukur masih bisa diberi kesempatan bisa melihat indahnya semesta. Mungkin aku lebay. Tapi ya namanya baru pertama kali naik gunung dan bisa melihat pemandangan dari atas, rasanya beda banget. Pokoknya bersyukur banget bisa melihat ciptaanNYA dari ketinggian 700 mdpl.

2.Jangan menyepelekan hal kecil.

Sebelum naik gunung, ada teman yang mengingatkan, sebaiknya pemanasan dulu sebelum naik gunung, tapi aku mengabaikannya. Dan akhirnya setengah jalan rasanya mau semaput. Hahaha....kalau inget rasanya malu sama diri sendiri. Kadang hal kecil yang kita sepelekan bisa sangat berpengaruh. Iya kan, ngeyel banget akutu. Kalau tau naiknya SUPER SEKALI, aku bakalan lari-lari tiap pagi.

Kadang kita belum paham banget sebelum kita merasakannya sendiri. Ya sama seperti ketika orang bilang, “Udahlah....yang sabar, Ibu kamu udah tenang di sana”. Mungkin mereka belum tahu rasanya ditinggal Ibu. Oke aku jadi baper.
Yang jelas, jangan pernah menyepelekkan hal kecil. Kalau hal kecil aja udah kamu anggap remeh, gimana nanti kalau dapet yang besar. 

Hayoloh.....semangat...semangat olahraga.

3.Lebih menghargai sesama makhluk lain.

Kalau biasanya aku suka ngusir semu yang suka jalan-jalan di kamar kost, tapi pas ndlosor kecapean, aku jadi mikir, ini kan semut juga hewan yang perlu jalan-jalan. Jadi biarkan saja, toh mereka sebenarnya nggak menganggu kita. Hanya saja kita yang risih.

Dari pas aku dlosoran karena lelah, aku liat kanan kiri sampai nunduk ke bawah dan banyak semut lagi jalan-jalan, tapi aku biarin aja. Karena mereka juga nggak nggremet di kaku. Selain itu aku juga ketemu sama lebah. Pas temen bilang, “Nanti dulu ada lebah”, itu aku mikirnya udah macem-macem. Jangan-jangan ini lebah hutan bakalan ngeroyok neeeh.....Hahaaaa....emang suka lebay akutu.

4.Lebih bisa mengalah dengan sesama makhluk hidup.

Temenku bilang, “Nanti dulu, tunggu sebentar. Kita yang ganggu mereka. Jadi kita harus berhenti dulu. Toh ini kawasan mereka, kita yang berkunjung ke mereka”. Iya benar juga ya, jalan menuju ke puncak gunung api purba kan berliku-liku dan harus menyelusuri bukit, jadi wajar kalau banyak lebah toh itu rumah mereka. Kita yang sedang berkunjung, jadi ya kita harus mengalah dengan berhenti sejenak. Membiarkan mereka menyingkir dan memberi jalan untuk kita.

Lalu kenapa tidak diusir? Sekarang gini, kita datang ke gunung kan untuk menyatu dengan alam sekitar dan makhluk yang ada di sana, jadi ya kita harus mengalah karna itu kawasan mereka. Aku juga pas jalan sempet denger krusak-krusek dan aku mikirnya itu ular. Tapi aku stay cool aja biar aman, toh itu kawasan mereka. Selama niat kita baik dan tidak mengganggu, maka mereka tidak akan menganggu kita. Simple kan?

5.Lebih mudah menerima keadaan.



Iya nggak sih? Buat kalian yang udah naik gunung yang tinggi, apakah kalian pernah merenung kalau segalanya akan baik-baik saja kalau kita bisa lebih mudah menerima keadaan. Kalau aku pribadi sih, dari naik gunung, aku lebih bisa menerima keadaan.

Aku pribadi memang masih dalam tahap pemulihan. Bukan, aku nggak sakit kok. Hanya saja mentalku agak kurang santai. Kenapa? Karena aku baru kehilangan Ibuku Juli 2019 kemarin. Tentu tidak mudah bagiku. Amat sangat nggak mudah. Butuh waktu untuk pulih. Perasaan ini hanya bisa dirasakan oleh anak perempuan yang sudah sangat dekat dengan Ibunya, lalu harus merelakan Ibu pergi meninggalkan dunia ini. Dan aku hancur banget.

Tapi ada banyak pelajaran setelah aku mencoba untuk naik gunung, toh ini pertama kalinya aku naik gunung meski tidak tergolong tinggi. Dan aku sangat menikmatinya. Sebenarnya udah lama janjian sama temen. Bahkan sejak Ibu masih ada, aku pernah bilang kalau pingin banget naik gunung.





Dalam lelahku saat menuju ke puncak, aku sempat termenung sejenak. Aku nikmati pemandangan sekitar. Aku lihat kanan kiriku. Aku rasakan desiran angin yang panas. Dedaunan yang kering dan mereka tetap bisa bertahan karena memang itu takdirnya. Dedaunan kering tak pernah menyalahkan kemarau berkepanjangan. Mungkin memang sudah harus seperti itu.

Semua yang terjadi memang sudah jalannya begitu. Tidak ada orang yang baik-baik saja ketika ditinggal oleh orang terkasih, terutama seorang Ibu. Yang harus dilakukan adalah dengan berdamai dengan keadaan karena memang ya seperti inilah.

6.Lebih menghargai apa yang sudah kita capai.

Yang namanya manusia, pasti tidak pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Aku sih nggak munafik karena aku juga begitu. Sudah punya ini tapi tetep aja pingin itu. Wajar sih. Semua orang butuh kepuasan. Tapi setidaknya tahu batasan.

Pas nyampai di puncak gunung api purba, rasanya aku bangga banget sama diriku. Ya bukan bangga yang membangga-banggakan diri banget sih. Intinya lebih bangga karna sebuah pencapaian. Lalu aku lihat sekitar. Berasa aku sudah naik gunung yang paling tinggi karna bisa melihat semuanya dari atas. 

Tapi...tapiii dan tapi....semua itu hanya sebuah pencapaian kecilku saja. Masih banyak gunung tinggi yang pastinya pemandangannya lebih indah. Aku baru kayak gini aja udah seneng banget.

Lantas apa ini sebuah kebanggan terhadap diri sendiri? Iya. Tapi ini bukan bangga yang kesannya sombong. Ada kalanya kita harus mengargai apa yang sudah kita capai. Seperti halnya masalah pendapatan, seringkali kita mengeluh karena gajinya kurang, tanggal segini sudah habislah inilah...itulah. Oke, sesekali saja coba renungkan. Kita sudah bekerja dengan apa yang kita mau, hargai apa yang sudah kita capai. Kalau kamu tidak bisa menghargai apa yang kamu capai, dari mana kamu bahagia?

Jika kita melihat ke bawah, masih banyak orang yang lebih kekurangan dari yang kita keluhkan. Jadi,adalah penting ketika kita bisa menghargai apa yang sudah kita capai. Jadi, orang yang tidak bisa menghargai pencapaian orang lain, sudah bisa dipastikan kalau mereka juga tidak bisa menghargai pencapaiannya sendiri. Note this!!

Gimana? Kok aku tumben bijak yak? Efek naik gunung kali. Semakin tinggi gunung yang kamu  daki, maka kamu akan semakin bijak dan rendah hati, kataya begitu.Semoga bisa seperti itu.

Kira-kira ada lagi nggak? Kalau kalian punya pengalaman tentang naik gunung, bisa dishare di kolom komentar donk, supaya kita tahu banyak pelajaran dari setiap perjalanan.


~MissAnt~

Kamis, 19 September 2019

6 Cara Mudah Mengatur Keuangan Bagi Yang Borosnya Nggak Ketulungan

Sumber gambar : Google



Ngomongin soal boros, aku jadi tersingung banget. Ya emang aku boros banget. Sungguh sebuah pengakuan yang memalukan. Biasanya orang baru kerasa boros kalau sudah bokek. Iya nggak? Iya bangeeet.

Semakin ke sini, aku ngerasa banyak banget artikel maupundari youtube yang ngebahas soal keuangan. Sebenarnya sudah ada dari dulu sih, tapi aku baru nyadar dan sudah seharusnya memikirkan nasib keuanganku.

Dua bulan terakhir ini aku emang boros banget. Hidup kayaknya nggak ada tujuan gitu. Tapi lama-lama aku sadar. Kalau terus-terusan kayak gini, aku bakalan nggak punya tabungan. Padahal  ya, jadi perempuan harus pandai-pandai mengatur keuangan.

Beberapa waktu aku juga pernah nulis soal tips menata keuangan ala Raditya Dika. Aku suka sama konten Youtubenya Radit dan waktu itu lagi bahas keuangan. Jadi, sekalian aku review aja. Nah....kemarin ternyata ada konten yang baru dan bahas financial gitu, dari situ aku mulai mikir kalau mengatur keuangan ternyata penting banget. Telat banget yaaa....baru sadar. Nggak papa, nggak ada kata terlambat kok.

Sebenarnya pernah ngobrol sama temen dan ngasih solusi gimana cara biar nggak boros. Dia bilang cara yang paling mudah adalah dengan menyisihkan uang dalam amplop. Aku tanya, “Loh kenapa harus amplop? Kenapa nggak pakai dompet emak-emak aja”, lalu dia jawab, “Ya kan kalau pake amplop lebih keliatan meyedihkan nggak punya duit gitu, jadi memaksa kita buat irit”.

*GREAT  ANSWER*

Dari artikel yang berseliweran, aku jadi paham banget gimana pentingnya mengatur keuangan. Semua memang dimulai dari yang kecil dulu. Biar nanti kalau sudah berkeluarga nggak kaget. Gimana mau ngatur keuangan keluarga kalau ngatur keuangan sendiri aja masih berantakan. Aje gileee......

Buat kamu yang juga boros sama kayak aku, marilah kita sama-sama belajar mengatur keuangan agar kedepannya bisa lebih baik dalam mengelola keuangan. Lalu gimana cara mudah mengatur keuangan khusus buat yang boros?

Beginilah caranya

1.Sisihkan uang khusus untuk biaya hidup.

Biaya hidup yang dimaksud di sini meliputi, bayar kost (bagi yang ngekos), uang bensin, uang makan dan kebutuhan sehari-hari kamu. Lalu, masukkan ke dalam amplop. Aku juga udah beli amplonya. Ternyata manjur juga pake metode amplop.

Usahakan agar kamu membuat perincian dengan tepat. Jadi kalau abis gajian, ambil uang secukupnya. Pokoknya yang kira-kira cukup untuk biaya hidup sebulan. Ingat ya, ini udah termasuk beli sabun, shampoo, isi ulang galon, peralatan badan dan wajah. Buat itung-itungan yang benar dan tepat biar nggak nombok.

2.Buat catatan pengeluaran.

Setiap ada pengeluaran, entah itu jajan es teh ke angkringan, usahakan agar tetap dicatat. Supaya kita tahu apa aja pengeluaran kita. Jadi biar jelas uangnya lari ke mana. Kalau males bikin catatan, manfaatkan notes di smartphone kamu.

Kalau aku sih, lebih suka nyatet pake buku kecil gitu. Pakai cara kuno soalnya anak jadul. Hahaha...Mencatat pengeluaran akan membuatmu mikir, “oh ternyata aku beli ini itu yang nggak berguna banget”. Begitulah kira-kira. Kalau sudah begini, jadinya nyesel dan bakal hati-hati buat ngeluarin duit.

3.Jangan mudah terpengaruh gaya hidup orang lain.

Kalau aku sih, sebenarnya nggak mudah terpengaruh sama gaya hidup orang lain. Yang bikin nggak bisa ngerem itu piknik. Tiap liat akun yang posting foto-foto liburan bawaannya pingin ke sana. Meski begitu ya wajarlah...namanya orang pingin liburan itu wajar. Asal nggak sering-sering aja. Kalau sering-sering ya bangkrut, apalagi kalau gaji pas-pasan .

Liburan itu penting. Pastikan kamu nggak terpengaruh buat liburan terus-terusan. Kalau ada duitnya sih nggak papa. Nah....kalau pas-pasan kan kalau bokek jadi bingung mau makan apa. Lah....malah curhat. Hahaha

4.Usahakan selalu menyisihkan uang untuk kebutuhan darurat.

Nah....ini yang susah. Jangan berpikir kalau semua bakalan tercukupi tanpa kamu ada tabungan sedikit. Kebutuhan darurat di sini misalnya, ban bocor, tas mendadak sobek di tanggal tua, dan masih banyak lagi. Ini memang sering terjadi. Meski kita nggak bakal nyangka, tapi siap-siap aja. Misalnya kayak aku gini, udah tanggal tua tapi tas merahku rusak, sepatu udah mau jebol. Nah....kan....nah...kan....ada ada aja sih.

Di sinilah dana darurat bisa dimanfaatkan. Makanya kita harus pinter-pinter mengelola dana darurat. Cara paling mudah untuk menyisihkan dana darurat adalah dengan meletakkan di dompet lain. Selipkan di sela-sela dompet dan buat dirimu lupa seakan kamu punya simpenan itu. Tapi jangan lupa beneran. Pura-pura lupa aja.

5. Investasikan sebagian gaji.

Aku pribadi emang agak susah sih buat ngelakuin hal ini. Tapi jangan terus-terusan berpikir kalau ini sulit. Cara termudah buat investasi adalah beli emas. Kalau gajian, usahakan kamu bisa beli emas. Nggak perlu emas batangan dulu. Cari emas setengah gram dulu aja kalau mampunya segitu.Itung-itung buat tabungan. Nanti kalau ada uang lagi, kamu bisa nambah beli emas lagi. Nggak papa, sedikit demi sedikit lama-lama kamu jadi raja emas dan kaya raya. Aamiin.

6.Mulai pikirkan mana yang menjadi prioritas untuk dibeli.

Semakin dewasa pasti lebih bisa mikir mana yang harus banget  dibeli dan mana yang harus ditekan. Jangan apa-apa dibeli semua dan akhirnya hanya akan useless. Kalau masih sulit, setiap mau beli sesuatu. selalu ingat-ingat, kira-kira ini nanti buat apa? Berguna banget atau enggak.

Begitulah cara paling mudah mengatur keuangan biar nggak boros banget. Kalau kamu baru belajar menata keuangan, nggak papa ada temennya kok. Mungkin di luar sana masih banyak yang keuangannya berantakan dari kita. Optimis aja pokoknya.

Kalau kalian nemu cara lain biar gampang menata keuangan yang masih berantakan, jangan lupa share di kolom komentar yak? Berbagi pikiran tak akan pernah rugi. Betol?

~MissAnt~

Beda Anak Kost Pas Masih Kuliah dan Anak Kost Pas Udah Kerja



Siapa di sini yang pernah merasakan jadi anak kost? Kalau belum, buruan noh....ngekost. Biat tahu suka duka anak kost. Ngomongin soal ngekost,  kali ini aku mau bahas soal perbedaan jadi anak kost ketika masih kuliah dan jadi anak kost pas udah kerja. Emang ada bedanya ya? Ada donk.

Aku terakhir ngekos kira kira 2010. Yap udah lama banget. Dan dari sini jadi ketahuan angkatan berapa. Hahaha.....angkatan zaman old. Oke nggak papa lah ya.

Aku kira nggak bakal ada bedanya selama ngekost pas zaman kuliah dan ngekost pas udah kerja, ternyata ada bedanya. Aku baru sadar ketika memutuskan buat ngekost lagi. Sebenarnya udah males jadi anak kost, secara emang deket sih. Cuma Jogja-Klaten. Tapi behubung something happen in ma life , demi ketenangan diri, aku memutuskan untuk kost sementara.

Ternyata dari ngekost lagi, aku punya sedikit cerita yang bisa jadi bahan buat blog. Kali ini aku mau share tentang pengalaman ngekost zaman kuliah dan suasana ngekost pas udah kerja. Langsung aja deh daripada kelamaan.

Yang pertama

Kost zaman kuliah lebih suka nimbrung ke kamar temen daripada di kamar sendiri. Sementara pas udah kerja lebih suka langsung ke kamar daripada nimbrung.  Ini yang aku rasakan saat ini. Tiap pulang kerja bawaanya pingin langsung ke kamar buat rebahan. Udah males nimbrung gitu. Rasanya kayak useless banget buat nimbrung ke kamar orang.  YA mending rebahan sama mainan hape atau buka leptop donk.

Kalau pas zaman kuliah emang pulang kost bawaannya pingin ke kamar anak kost lain. Entah itu nebeng nonton TV, ngerumpi, atau ngomongin anak kost lain. Hahaha....jadi kangen ngekost pas masih abege neeh.....masih asyik banget.

Yang kedua.

Ngekost zaman kuliah masih sering kenalan (itung-itung) nambah temen kalau ada anak kost baru, sementara pas kerja udah males banget. Ada anak kost baru udah bodo amat. Mungkin ini yang namanya langkah menuju pendewasaan yang sebenarnya, di mana kamu udah males sama orang sekitar yang nggak ada manfaatnya. Hahaha.....maksudnya gimana nih?

Jadi gini, dalam hidup, lama-lama kamu akan dihadapkan dengan orang-orang yang perlu kamu seleksi. Nanti kamu bakalan bisa menyeleksi, mana yang kira-kira penting dan yang biasa aja. Nah, kalau sekarang ini kamu nggak excited sama orang-orang yang gitu-gitu doang, artinya ya udah, berarti cukup tahu aja. You just need to know them, not to understand them.  Paham kan?

Tapi ini beda sama orang-orang yang kamu temui di luar sana, misalnya saja di dunia kerja atau kenalan pas ada event. Kalau ini kamu wajib cari kenalan baru. Siapa tahu bisa berbagi ilmu, saling bertukar pikiran dan pada akhirnya menemukan hal baru. Asyik kan?!

Yang ketiga

Pas masih kuliah suka banget becandaan sama temen kost sampai teriak-terika, kemudian diomelin ibu kost dan mengganggu ketenangan anak kost lain. Tapi beda kalau udah kerja, kamu bakalan terganggu sama becandaan tetangga kost (apalagi kalau tetanggaan sama anak kost yang masih kuliah). Lalu, apa ini yang disebut karma? Dulu teriak-teriak sekarang merasa terganggu. 

Hahaha....Maybe that’s the KARMA works.

Yang Keempat

Ngekost pas masih kuliah kayaknya runtang-runtang banget, sedangkan pas udah kerja jadi lebih mandiri. Btw tahu kan, runtang-runtung maksudnya gimana? Runtang-runtungitu semacem bergerombol. Jadi kemana-mana masih pingin barengan. Yang beli makan 1 orang aja yang nganter 5 orang. Norak sih, tapi asyik. Heheee

Menjadi anak kost pas udah kerja lebih mandiri banget. Mau makan ya tinggal beli sendiri. Mau nongki-nongki nggak ada temen yang diajak ya tinggal pergi sendiri. Gitu aja sih. Intinya lebih mandiri gitu.

Hmmm....apalagi ya, aku rasa sih cukup itu dulu. Kalau ada yang mau nambahin tinggal share ke kolom komentar aja yak. Biar saling tahu bedanya ngekost zaman kuliah dan ngekost pas udah kerja.

Okee...okee....See yaa

~MissAnt~


Rabu, 04 September 2019

Kasih Yang Tak Pernah Tergantikan, Kini Kau Telah Berpulang, IBU.




Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas
Ibu.....

Bahkan sampai saat aku menulis ini, aku masih nggak percaya kalau Ibu sudah tidak ada. Sebenarnya udah lama banget pingin nulis ini. Tapi susah banget. Banyak sekali yang ingin aku tulis. Sampai bingung mau mulai dari mana. Rasanya masih seperti mimpi.

Oke, ini nggak lebay. Di sini aku mau nulis apa yang aku mau. You know lah, it’s not easy to be me RIGHT NOW. Mungkin banyak orang yang bilang, “Udah jangan sedih lagi. Semuanya sudah takdir. Ibumu sudah tenang di sana”. Tapi kata-kata itu nggak bisa mengembalikan Ibuku lagi kan? Iya mungkin aku masih belum percaya kalau memang seperti ini takdirnya. Tapi semakin ke sini, aku sadar. Kalau aku terus-terusan kayak gini, nanti di alam sana Ibu juga bakalan sedih.

Tidak mudah untuk bangkit setelah kehilangan orang yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi aku ada di dunia ini. Ibu memang wanita yang kuat, baik hati, suka mengalah sama orang (khususnya yang jahat sama Ibu), tidak pendendam. Iya Ibuku memang baik. Selalu mengajarkan kalau jadi orang tidak boleh dendam pada siapa yang menyakiti karena nanti ada balasannya sendiri.

“Tugas kita kepada sesama adalah harus selalu berprasangka baik. Meski ada yang menyakiti kita, usahakan jangan jadi pendendam. Jadilah orang baik, nanti kebaikan akan menyelimuti kita. Jangan jadi jahat karena hanya akan menyulitkan hidupmu. Yang penting baik saja sama orang, kalau orang itu memang nggak suka sama kita, biarkan saja, itu urusannya sama Alloh”. Inilah kata-kata yang sering Ibu lontaran padaku. Singkat tapi penuh makna. Iya, baru terasa banget ketika ibu sudah tidak ada lagi.

12 Juli 2019

Pagi itu memang tidak ada yang beda. Seperti biasa, Ibu selalu menggoreng kentang untukku. Untuk bekal makan siangku. Aku makan kentang di jam makan siang agar Ibu paginya nggak repot masak ini itu. Seperti biasa. Aku berangkat kerja. Kebetulan aku nggak kost. Laju dari Jatinom – Jogja.

“Wes ya buk, aku mangkat”
“Iya, ati-ati ya. Bismillah”.

Hampir setiap aku pamitan selalu kata-kata itu yang muncul. Sebelumnya memang ada yang aneh. Kalau pagi aku pas berangkat, Ibu selalu mengantarku sampai depan rumah. Tapi pagi itu tidak. Ibu hanya di dalam, tepatnya di sisi sebelah timur. Ini adalah tempat aku ngeluarin motor. Biasanya ibu langsung nyusul sampai depan dan ngliatin aku sampai  berangkat. Akan tetapi, Jumat pagi tanggal 12 Juli 2019 itu ibu memang tidak sampai keluar mengantarkanku. 

Dan yang bikin aku kaget emang pas pulang nyampai rumah, keadaan rumah masih gelap gulita. Biasanya Ibu tidak mengunci pintu sebelah timur. Bahkan pintu rumah bagian tengah juga dikunci. Kemudian aku telponlah, sayanya pulsa tidak mencukupi karena ternyata pulsa telponku habis. Lalu aku keluar dan cari pulsa. Pikiranku mulai nggak enak. Udah mikir macem-macem. Kalau Ibu pergi kok nggak ada sms atau telpon? Biasanya kalau mau ke mana Ibu selalu sms. Mau pengajian dan pulang kemaleman saja sms, takutnya aku ndak nyampe rumah kaget nggak ada orang.

Setelah aku beli pulsa, ternya ada Mas depan rumah yang tadi naruh Syukuran (ulang tahun anaknya, namanya Wijang. Wijang kalau sama Ibu udah deket banget. Ibu gemes banget sama Wijang.  Kalau main ke rumah suka diuyel-uyel sama Ibu) dan bilang kalau pintu barat ternyata nggak dikunci. Lalu aku buru-buru masuk ke dalam dan nyari Ibu. Lampunya gelap semua. Salah satu lampu aku nyalakan dan aku menuju ke dalam. Sesampainya di tengah, aku sudah melihat Ibu tergeletak jatuh di depan kamar mandi dengan muntahan yang sudah kering.

Aku langsung Speechless. Teriak nggak jelas. Aku bingung mau gimana? Pikiranku udah kacau banget. Pingin telpon ambulanlah inilah itulah. Sumpah. Nggak bisa dibayangkan. Aku nggak nyangka bakalan melihat Ibu untuk terakhir kalinya dalam keadaan jatuh. Yang aku sesalkan adalah, Kenapa aku nggak ada di samping Ibu di saat saat terakhirnya. Lalu Ibu bagaimana pas jatuh? Yang aku lihat Ibu sudah tidak sadar. Aku mau teriak-teriak juga nggak bakal bikin Ibu kembali. Sampai pada akhirnya ada Bu Dokter yang bilang kalau Ibu sudah meninggal. “Mbak, Ibu sudah nggak ada, yang sabar, yang Ikhlas ya”. Seketika aku nggak tau aku ngapain. Rasanya aku nggak terima. Aku marah juga sama siapa.

Untuk aku sendiri yang sudah melihat kejadian tersebut, terima kasih karena sudah mencoba tegar, mencoba tabah dan mencoba Ikhlas. Meski sulit banget. Tapi aku harus menerima, aku harus Ikhlas kalau semua memang milik Alloh dan bisa memanggilnya kapan saja. Termasuk saat itu yang aku sendiri nggak nyangka bakalan kehilangan sosok Ibu. Aku nyangka kalau ibu meninggal secepat itu. Banyak hal yang belum aku lakukan untuk membahagiakan Ibu. Tapi setidaknya aku selalu mengajak Ibu makan di luar kalau aku habis gajian. Meskipun hanya makanan sederhana, tapi Ibu udah seneng banget.

Hal yang menjadi pengingat

Katanya, setiap orang punya firasat kalau akan ditinggal orang terdekatnya. Kalau aku lebih ke hal-hal tertentu. Soalnya aku setiap hari memang selalu bersama Ibu, jadi aku lebih mengingat kembali apa saja saat-saat terakhir bersama Ibu yang seolah menunjukkan kalau Ibu sudah ingin berpulang.
Aku inget banget, Kamis malam Ibu bikinin aku teh manis banget. Pokoknya tehnya rasanya beda. Entah Cuma perasaanku atau memang Itu teh terakhir Ibu untukku. Rasanya enak banget. Setiap malam Jumat, Masjid samping rumah selalu ada pengajian dari Magrib sampai Isya’. Kebetulan hari itu Ibu ada jatah buat menyediakan teh manis untuk semuanya. Sepulang kerja, Ibu bilang sama aku,

“Nyoh...teh e ndang dimimik, mumpung iseh anget”. Kata Ibu sambil ngasih segelas teh untukku yang baru saja masuk rumah. Aku masih pakai helm. Lalu aku buka helmku dan menyeruput tehnya,

“Uenakke reeek.....enak tenan e buk teh e. Legine manteb banget”. kataku seperti biasa yang selalu bilang begitu sama Ibu. Lalu kami ngobrol ngalur ngidul seperti biasa.

“Aku bar iki arep pengajian yo”. Kata Ibu.

“Nggak usah aja Bu, nanti kalau jalan jauh ndak kakinya sakit lagi lho”. Pintaku yang kasian kalau nanti Ibu ngleluh kakinya pegel-pegel lagi.

“Halah ora lah. Cuma di situ kok Nggak jauh. Aku ya pingin kumpul konco”. Pinta Ibu yang pingin banget berangkat.

Akhirnya Ibu berangkat pengajian. Biasanya memang Ibu agak mikir dua kali kalau aku udah bilang, jangan. Tapi aku bukannya nggak ngebolehin Ibu buat pengajian lho. Aku Cuma nggak mau lihat Ibu ngeluh kakinya pegel-pegel  tiap pulang pengajian. Tapi entah malam itu aku membolehkannya. Dan tau nggak? Malam itu ibu memakai Tas yang aku beliin. 

Aku baru ngeh kalau pas pulang pengajian, Ibu bilang, “Tasnya aku pakai buat pengajian. Buat tempat Al-quran, ternyata muat ya” Kata Ibu sepulang pengajian. 

Isi tas sepulang pen gajian adalah arem-arem dan sosis yang biasa Ibu bawa pulang untukku. Kalau inget rasanya pingin  nangis. Iya. Rela pengajian nggak makan snack hanya untuk diberikan padaku. Sedih ya Alloh.

Mungkin malam itu memang malam terakhir Ibu ikut pengajian dan memakai tas item pemberianku yang belum pernah dipakai sama sekali. Ibu orangnya begitu, selalu nggak enakan kalau udah dibeliin sesuatu. Kalau ditanya, kenapa nggak dipakai, jawabnya, “Nggak enak sama orang-orang, nanti ndak diliatin”. Terlalu rendah hati banget. Itulah Ibuku. Tak akan pernah terganti. Nggak ada yang sebaik Ibu.

Yang aku ingat-ingat lagi, pas aku pulang kerja sebelum hari kepergiannya, Ibu Sms kalau suruh beliin Soto karena males masak. Dan alhamdulillah kesampaian beli soto. Yang  nggak kesampaian adalah ketika minta jagung rebus. Hari yang biasanya banyak orang jualan jagung rebus, entah mengapa pas hari itu nggak ada orang jualan satupun. Lalu aku bilang ke Ibu;

“Buk, aku dah muter-muter ternyata nggak ada yang jual jagung. Depan Alfamart nggak ada. Depannya Dokter Hari juga nggak ada Buk”. Kataku sambil masukin motor.

“Yowes rapopo”. Kata Ibu.

Dan yang papling aku ingat adalah, hari Jumat pagi itu aku memakai baju dan celana yang paling Ibu sukai. Ibu sempat bilang, “Baju itu sama celana itu cocok kok. Kamu bagus pakai itu”. Ternyata itu pujian terakhir. Pujian terakhir sekaligus aku menyaksikan kepergian Ibu. Baju dan celanannya udah nggak aku pakai lagi. Aku nggak mau keinget kejadian paling menyedihkan dalam hidupku ini. Sebenarnya sayang, tapi aku kalau pakai baju itu selalu inget Ibu.

Bukannya aku lebay. Tapi ini memang berat. Tak mudah menjadi aku yang mendadak kehilangan Ibu di waktu yang aku sendiri nggak bakalan nyangka. Tapi sudahlah. Semenyesal apapun tidak akan membuat Ibu kembali. Semarah apapun juga aku malah jadinya dosa. Iya. Semuanya milik Alloh. Ibu juga milik Alloh. Jadi, Alloh juga berhak mengambil Ibu kapan saja. Akhirnya aku hanya bisa Istigfar. Mohon ampun karena kurang Ikhlas menerima semua ini. Harus bisa tegar. Harus bisa sabar. Yakin kalau aku bisa tanpa Ibu. Insya Alloh bisa. Hanya saja butuh waktu buat bangkit.

Akhirnya perlahan bisa dan aku mulai menguatkan hati buat nulis ini. Kalau aku tidak menulisnya, aku tidak bisa fokus dengan apa yang ada di depan. Siapa tahu dengan menumpahkan segalanya di sini, bisa meringankan unek-unek yang ingin aku sampaikan.

Pada akhirnya, aku harus melangkah ke depan tanpa omelan Ibu lagi. Tanpa teh manis buatan Ibu. Tanpa kentang goreng buatan Ibu. Pulang ke rumah tanpa sambutan dan senyuman hangat seorang Ibu. Pergi tanpa diantar Ibu dengan kata-katanya, “Hati-hati ya, jangan lupa baca Bismillah”. Tidak ada lagi yang ngingetin, udah makan belum? Jangan tidur kemaleman, jangan mainan hape terus, ndang bobok sesuk kan kerja tangi isuk.

Sekecil apapun omelan Ibu akan sangat terasa ketika Ibu sudah tidak ada. Kadang aku dulu suka kesel kalau Ibu bilang, “Mbok jangan hapenan terus, mending bobok biar besok bisa bangun pagi. Biat seger gitu. Daripada maian hape mbok bobok aja to yo”. Tapi sekarang rasanya kangen banget. Nggak ada lagi yang ngomelin kayak gitu. Kerasa banget. Sedih? You never know what I feel.

Tanpa seorang Ibu

Kira-kira bagaimana keseharian aku tanpa Ibu? Bahkan aku nggak bisa menjelaskan seperti apa. Ada yang beda. Banyak sekali. Yang biasanya Ibu selalu rempong ini itu, mendadak sudah tidak ada sama sekali. Awalnya aku masih mikir kalau Ibu nggak ada di rumah karena pergi ke pasar. Anggap saja begitu. Sebagai penenang hati, nyatanya nggak bertahan lama. Memang sudah tidak ada. Iya, Ibu sudah meninggal. Tolong sadarkan saya. Kadang aku masih nggak percaya.

Lebay??? Iya aku lebay banget. Belum terbiasa. Tapi semakin ke sini semakin sadar kalau memang Ibu milik Alloh. Suatu saat jika Alloh menghendaki, Ibu akan dipanggil. Ternyata waktunya terlalu cepat. Sejauh ini aku nggak pernah nyangka kalau Ibu akan meninggalkan aku secepat ini. Mungkin aku terlalu EGOIS untuk tidak terima. Tapi akau akan sangat sangat sangat berdosa kalau aku terus-terusan larus dalam rasa kehilangan yang tak mungkin kembali lagi.
Bagian yang tersulit dari kehilangan adalah kenangan setiap harinya. INI HANYA BISA DIRASAKAN OLEH ORANG YANG SUDAH KEHILANGAN IBU, terlebih aku sama Ibu sangat dekat. Ke sana ke sini selalu aku yang nganter. Gimana kalau jadi aku? Nggak bakal pernah merasakan apa yang aku rasakan.

Sudahlah, menangis boleh-boleh saja. Merasa kehilangan juga boleh-boleh saja. Teringat-ingat juga wajar. Tapi satu hal yang harus aku lakukan, yaitu Bangkit dari keterpurukan. Bangkit setelah jatuh. Iya rasanya nggak mudah. Apalagi aku harus mencuci baju ibu yang terakhir di pakai. Tau nggak rasanya gimana? 

HANCUR.

Semakin hari aku harus bangkit. Aku harus mengurus ini itu. Harus ngurus surat-suratnya Ibu dan mau nggak mau harus bongkar-bongkar lemari Ibu, harus melihat kenyataan baju-baju Ibu yang biasa dipakai dan aku nggak tahu lagi ini nantinya harus dibagaimanakan? Harus pelan-pelan menata hati.

Kalau aku cerita panjang lebar juga nggak bakalan selesai. Yang jelas aku harus pelan-pelan menata hati. Butuh waktu untuk membiasakan diri tanpa seorang Ibu karna sosoknya tak pernah tergantikan. Tak perlu disesali. Kalau aku sedih terus juga Ibu nggak tenang di alam sana. Memang tak mudah. Tapi harus bisa.

Di akhir kepergian Ibu, tenyata waktu memang tak mengizinkaku untuk menemaninya. Aku sudah terlambat untuk melihat Ibu di hembusan nafasnya. Tapi di satu sisi aku masih bisa memandikan Ibu untuk yang terakhir kalinya. Aku gosok tubuh Ibu dan ini sebagai pertanda bakti sama Ibu. Aku menyaksikan Ibu dibungkus kain kafan untuk pulang ke Alloh. Aku melihatnya seakan nggak percaya kalau hari itu aku melihat Ibu untuk terakhir kalinya.

Ibu dimakamkan keesokan harinya karena menunggu Adikku pulang dari Bandung. Malam itu aku hanya bisa bersimpuh di bawah jenazah Ibu. Aku menemaninya sebelum akhirnya dikebumikan. Mungkin malam Itu aku hanya bisa menemani Ibu dengan membacakan Surat Yasin. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Sudah pasrah dengan semuanya. Semua sudah jalan Alloh. Harus Ikhlas.

Yang aku penasaran sampai sekarang, bagaimana Ibu melihat aku yang nangis teriak-teriak saat aku sampai rumah menyaksikan Ibu sudah nggak ada untuk selamanya. Bagaimana Ibu melihatku hancur seperti itu?

Semua memang sudah digariskan. Apa yang akan terjadi di dunia ini memang sudah digariskan. Semua  sudah tertulis. Berat jika harus berpisah selama-lamanya dengan orang yang memberikan separuh jiwanya untuk kita, orang yang mati-matian berjuang demi kita terlahir di dunia.

Ini adalah baju terakhir yang dipakai Ibu, yang akhirnya digunting pas dimandikan. Sehari setelah pemakaman, aku cuci semuanya. Dan yang bikin aku nyesek adalah ketika selimut yang aku pakaikan terakhir kali adalah selimut hadiah pernikahan yang sering disebut ibu. 

Tiap pake selimut ini, Ibu selalu bilang, Ini hadiah pernikahan lho. Umurnya lebih tua dari kamu. Sedih emang. Ternyata semua memang sudah digariskan sebegitunya. Aku baru ngeh pas nulis ini. 


Ini selimutnya. Dulu sering diselimutkan ke aku. Trus dipakai Ibu lagi hingga saat terakhirnya.


Ini baju yang dipakai Ibu pas terkahir kali. Ini juga aku belikan pas Ibu minta, "Aku mbok titip daster satu aja". sedih aku nek inget. Nggak nyangka ini jadi baju terakhirnya.




Ini baju rangkepan Ibu. kalau lagi dingin, biasanya ibu pake dua baju. Katanya, biar lebih anget. Soalnya kalau pakai jaket sumuk"





Ini yang dateng nyolatin Ibu pagi-pagi setelah jamaah sholat subuh. Aku dapet ini dari status WA kakakku trus tak skrinsut. 






Masih banyak sandal Ibu yang sering banget dipakai. Aku simpan ke dalam kardus. Tadinya mau aku biarkan di rak sepatu aja. Tapi aku kok inget-inget terus. Aku nek inget masih suka nyesek. Jadi aku masukin ke kardus aja. 






Ibu,

Rasa terima kasih saja kiranya tidak cukup

Aku bersyukur masih bisa membelikan barang-barang untuk Ibu dari hasil kerjaku

Tapi semua nggak akan cukup buat membalas perjuangan Ibu selama ini







Ibu,

Hatimu sangat baik dan bersih

Siapapun yang nggak suka sama Ibu selalu Ibu balas dengan kebaikan

Siapapun yang menyepelekan Ibu selalu ibu balas dengan senyuman

Aku tahu, Alloh pasti memberikan tempat yang paling Indah untuk Ibu






Ibu,

Kini bila aku kangen, aku sudah tidak bisa pulang melihat senyummu

Yang bisa aku lakukan hanya berdoa semoga Ibu selalu berada di tempat paling mulia

Terima kasih Ibu, sebagai anak mungkin aku belum sepenuhnya membuat Ibu bahagia

Masih banyak yang belum bisa aku lakukan untuk Ibu

Tapi semua sudah kehendak Alloh







Ibu,

Semoga Ibu mendapatkan tempat paling Indah di sisi Alloh

Aku hanya bisa berdoa dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik dan lebih baik

Karna yang menjadi penyelamat bagi seorang Ibu yang sudah tiada hanyalah doa anak yang sholeh dan sholehah






Sudah lama aku pingin nulis ini dan baru bisa sekarang. Bukannya tidak sempet tapi aku kudu menyiapkan hati lagi agar tidak jatuh karena sedang dalam proses menata hati menjadi seseorang yang lahir kembali, kali ini TANPA IBU.

Dari anak perempuan yang belum sepenuhnya bisa membahayakan Ibu
Semoga mampu mewakilim perasaab soorang anak yang kehilangan Ibunya, karna pada akhirnya semua akan kembali ke Alloh, sang pemilik jagad raya.

~MissAnt~

Selasa, 03 September 2019

8 Pesan Tersirat Dari Film Gundala (Review Film Gundala 2019)




Akhirnya yang ditunggu-tunggu tanyang juga. Sebenarnya aku pingin ikutan kuis Bikin meme-meme H-7 penayangan  Gundala, tapi aku maju mundul soalnya nggak pandai desain. Lagian aku liat-liat hasil merek-mereka yang ikut meme ini aku jadi minder, soalnya bagus-bagus semua. Tapi nggak papa lah, yang penting hari ini aku udah nonton Gundala.

Kalau sebelumnya banyak berseliweran orang-orang udah nonton premier dan dapet tiket presale, sementara aku masih sabar buat nonton hari pertama tayang yang bertepatan dengan hari ini 29 Agustus 2019. Dan akhirnya aku juga mau mengulas banyak hal tentang berbagai pesan yang disampaikan dalam film karya pak Joko Anwar tersebut.

Sebelumnya aku sempet baper pas masih di awal-awal. Kenapa? Inget nggak pas adegan di mana Sancaka jatuh sakit sendirian dan manggil-manggil nama Ibunya. Itu aku sedih banget. Jadi inget beberapa waktu lalu aku nggak enak badan dan kangen sama Ibu. Pertama kalinya nggak enak badan tanpa Ibu itu nggak enak. Makanya harus bisa jaga kesehatan biar nggak gampang sakit.


Oke lanjut ke Gundala.


Film superhero ini memang beda dari yang lain. Ini juga merupakan film superhero yang terlihat natural. Lebih ke Jagoan-jagoan yang masih Indonesia banget. Selain itu, pemilihan kostumnya juga sederhana tapi ngena banget. 

Pokoknya pas banget. Sepanjang film ini aku jadi pingin jadi Sancaka yang punya kekuatan petir sehingga nggak takut lagi kalau pas hujan gede di jalan dan tiba-tiba ada petir. Hehehe.....

Sepanjang cerita seolah membuatku manggut-manggut sambil bergumam, “Oh...gitu ya”, “Wah....keren”, “Hmmm.....ternyata” dan masih banyak hal yang bakalan bikin penonton berdecak kagum. Hal ini juga tak lepas dari sang penulis yaitu Pak Joko Anwar. Ceritanya mengalir enak dan menghidupkan karakter Superhero yang Indonesia banget. Pokoknya Negeri ini memang butuh seorang Sancaka. Nanti kamu bakalan bengong ketika ada adegan dengan dialog bahasa jawa yang ternyata itu merupakan bahasa jawa yang tak biasa. Penasaran kan? Makanya nonton. Hahaha.....

Kalau kamu udah nonton, nanti kamu bakalan mikir, ooh....ternyata....oh...ternyata dan oh....ternyata. Eh tapi tidak semua orang punya pemikiran yang sama ding. Bisa jadi aku doang yang mikirnya Cuma, Oh....ternyata...oh ternyata dan oh ternyata.

Setiap film tentu punya makna yang tersirat, seperti halnya Gundala. Di film ini, menurutku banyak sekali pesan yang ingin disampaikan. Dan ternyata emang benar sih, mau tau apa sajalah pesan yang tersirat tersebut?

 Beginilah versiku...

Pesan tersirat di film Gundala

1.Jangan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, karna nanti kita juga yang bakal susah.

Yang udah nonton pasti tahu donk adegan ini. Kalau aku sih, tiap nonton film terlalu nyimak banget, jadi nggak masalah kalau harus nonton film sendirian, karna emang tujuannya NONTON, bukan NGOBROL. Iya nggak?

Dalam hidup, sebaiknya kita tidak perlu mencampuri urusan orang lain. Biarlah menjadi urusan mereka. Bukan berarti tidak peduli karena kehadiran kita hanya akan membuat mereka terganggu bahkan menyusahlan diri kita sendiri. Catet ya catet.

2.Jangan mudah percaya dengan orang lain.

Terlalu negative thinking sama orang tidak baik, terlalu mudah percaya dengan orang lain juga tidak bagus. Jalani sewajarnya saja. Dekat bukan berarti kita harus tahu segalanya tentang seseorang. Percaya sama orang boleh, asal janghan berlebihan. Paham maksudnya, kan?

3.Ujian kemanusiaan adalah ketika kita tak mampu melawan ketidakadilan di depan kita.

Yang satu ini sebenarnya aku simpulkan dari salah satu adegan yang dialognya begini, “Kalau kita tidak melawan ketidakadilan di depan mata, maka kita sudah tidak punya rasa kemanusiaan”. Ini keren banget. Iya juga sih. Kalau masih punya hati nurani, lantas mengapa kita masih membiarkan rasa ketidakadilan berlanjut?Kalau benar-benar diresapi memang ada benarnya juga sih. Pak Joko memang keren, memberi pesan tersirat yang dalem banget.

4.Musuh manusia yang paling berbahaya adalah kebenaran yang disembunyikan.

Nah....kalau ini,  adegan siapa lagi bicara sama siapa cobak? Tebak...tebak. Nggak tau ya? Makanya nonton dulu. Ajak aku lagi juga boleh. Mau nonton berulang-ulang juga nggak bakalan bosen. INI SERIUS DAN AKU NGGAK LAGI LEBAY.

Manusia kadang memang banyak yang munafik. Mereka tahu kebenaran tapi selalu menyembunyikannya untuk kepentingannya sendiri. Sebenarnya memang ada yang lebih membahayakan dari musuh yang menyamar sebagai teman, yaitu kebenaran yang disembunyikan. Indonesia memang harus lebih banyak lagi bikin film-film yang menyelipkan pesan yang tersirat. GREAT JOB, Mr. Joko Anwar.

5.Hal yang tidak bisa dihentikan adalah kedamaian.

Ketika seorang ksatria berkata, “Semua sudah aman, sekarang Aku ingin hidup damai”, maka sebenarnya masih banyak hal yang harus dia jaga. Seperti dalam salah satu adegan yang menyebutkan bahwa di Dunia ini, hal yang tidak bisa dihentikan adalah kedamaian.

6.Apa gunanya hidup jika tidak peduli dengan orang lain.

Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Jika kita memang tidak suka ikut campur urusan orang lain, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Karena ada saatnya seseorang membutuhkan bantuan kita atau sebaliknya, karna hidup akan lebih bermakna dengan tolong menolong.

7.Yang terlihat jahat tidak selamanya jahat.

Kalau kalian nonton dengan seksama, pasti ada pandangan tentang ini. Terkadang orang yang dianggap jahat memang belum tentu jahat. Mungkin saja prang tersebut berbuat jahat sama orang lain karena dirinya merasa diusik orang lain, tapi di balik itu semua, orang itu adalah penyelamat bagi anak yatim sekaligus mengangkat derajatnya. Nah....loh....ini lagi ngomongin siapa cobak? Kalau kamu udah nonton pastinya tahu donk.

8.Yang sembunyi kini telah muncul.

Ini sebenarnya diucapkan dalam bahasa jawa, kalau diartikan dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti itu. Kalau kamu nonton dan ngeh, ini adalah dialog antara Ghazul dan Ki Wilawuk dan pakai bahasa jawa yang asing.

“Yang selama ini sembunyi kini telah muncul”,

Sebenarnya adalah sebuah pesan tersirat yang hanya dipahami oleh beberapa orang saja. Coba kamu renungkan sejenak, nanti juga kamu paham kok. Pokoknya film ini ngena banget sama apa yang terjadi di Indonesia. Mungkin makna pesan yang tersirat tersebut adalah, akan ada orang yang membawa pengaruh positif untuk negeri ini. Mungkin iya mungkin tidak. Yaa...namanya pendapat.

Penasaran? Langsung tonton filmnya ya. Aku sebenarnya maju mundur mau review film Gundala. Di satu sisi memang akun suka banget mengulas film yang sudah aku tonton, tapi di sisi lain aku malu sama pak Joko Anwar, takutnya ulasanku ini kurang bagus di mata sang penulis. 

Secara kan film Gundala sudah bagus banget dari segi apapun, jadi aku agak malu mau review. Hehe.....tapi akhirnya aku memutuskan buat melanjutkan review dan jadilah ini.

Oiya, di akhir ending, udah ada juga spoiler tentang para ksatria bumi langit yang bakal bikin kamu nggak sabar buat nonton. Sri Asih udah ada tuuuh. Cantik banget. Pantas aja pas kemunculan Sri Asih ini penonton cowok-cowok pada heboh. Hahaaa....

Di akhir nonton film ini mendapatkan Applause meriah dari penonton. Ya emang pantas. Keren banget.

HADEEHHH KOK JADI SPOILER GINI. *Maapkan

Kalau menurut kalian yang udah nonton? Kira-kira ada lagi nggak pesan yang tersirat selain yang aku sebutkan? Kalau ada share yak?

Sampai jumpa di review film yang lain.

~MissAnt~

Popular Posts