Kamis, 17 Agustus 2017

Filosofi Sepatu


Hari gini masih ada orang setia? Kalaupun ada, paling Cuma ada 4 atau 5 orang termasuk Aku. Ciyeehhhh...
Eh...tapi seriusan lho? Kalau dipikir-pikir, Aku pantas dapet penghargaan orang paling setia dalam hubungan kasih dan pertemanan. #Elah....Bukannya sombong lho. Tapi cuma sombong dikit aja boleh lah ya.
Tapi sayang seribu sayang, kesetiaan ku berakhir penghianantan. *Walah kenapa malah curhat.
Kalau dipikir-pikir, sikap baik kita terhadap seseorang memang tidak selalu dihargai. Terlalu baik seringkali disalahartikan (Pengalaman pribadi cuy...). Bukannya kita minta pamrih, setiadaknya, bersikap baiklah pada orang yang sudah bersikap baik terhadapmu. Kenyataannya tidak begitu, saat kita berbuat baik pada seseorang, kita justru dapet balesan dari orang lain. Adil kan? Tapi ini bukan tentang adil atau enggaknya. Tapi lebih ke KESETIAAN saja.
Kesetiaan itu layaknya sepatu yang kita pakai. Meski hanya itu-itu saja, tapi sepatu itu telah memberikan kenyamanan pada kita. Nggak peduli olokan setiap orang. “Kok sepatunya itu-itu saja”, “Kenapa nggak beli sepatu baru? Sekarang sepatu murah-murah lho”. Iya. Murah. Tapi sepatu lama yang sudah nyaman jauh lebih antik dan tak tergantikan jika dibandingan dengan sepatu murah yang banyak dijual. Ini hanya tentang kesetiaan. Seberapa orang bisa merawat sepatu dan membuatnya merasa nyaman saat dipakai.
Orang kalau sudah nyaman emang susah berpaling. Lihat saja, saat seseorang sudah nyaman dengan sepatunya, sejelek apapun, seburuk apapun, sejadul apapun, baginya adalah yang paling bagus diantara yang lain.
Begitu juga dengan seorang teman, tak perlu banyak teman. Jika punya satu saja yang paling setia dan menerima apa adanya, itu sudah lebih dari cukup. Buat apa punya banyak teman yang pada akhirnya hanya saling menusuk dari belakang. Karna tidak ada yang tau, yang hari ini berteman baik, bisa jadi suatu saat nanti tidak saling mengenal. Itulah pertemanan, memang kadang lucu. Bisa amnesia mendadak. Yang kemarin tertawa bareng bisa mendadak nggak kenal.
Tapi pastinya itu bukan Aku donk, dan tentu bukan kalian-kalian (yang entah siapa) ya. Berhubung sering mengalami hal itu, makanya bisa nulis kayak gini. Yah...itung-itung buat bahan tulisan. Jadi, ucapkan terima kasih buat teman-teman yang pernah mengkhianati mu, karna dengan begitu, kamu jadi punya bahan untuk ditulis, sekaligus pelajaran bahwa yang baru belum tentu nyaman. Yang tadinya sahabat juga belum tentu tentu awet sampai tua.
Yang jelas, bertemanlah dengan siapapun. Tanpa mengaharapkan akan menjadi teman selamanya. Karna teman seperti itu sudah sangat jarang ditemukan. Dan, kita nggak pernah tau, kapan seorang teman akan berubah Mending nyari temen hidup deh, Insya Alloh dapet yang setia dunia akhirat. Aaamiiin.
Oke, teman-teman penghianat. Terima kasih atas sikap kalian. Lain kali bakal bikin buku tentang ini. Buat pelajaran anak cucu, agar hati-hati dalam milih temen. Nyari yang mau nrima apa adanya. Jangan hanya berteman pas masih susah, lalu kabur saat punya segalanya.
Jadilah seperti sepatu. Meski buruk, jelek, modelnya jadul, tapi selalu memberi kenyamanan pada pemakainya. Tak perlu beli yang baru jika sepatu lama masih layak pakai dan bisa bikin nyaman.
#FilosofiSepatuByMissAnt


~MissAnt~

Halo Senja


Apa yang membuatmu suka dengan senja? Warnanya? Atau kehadirannya? Atau mungkin, caranya yang mengucapkan selamat tinggal tanpa pamit. Ia pergi begitu saja. Meski ia selalu muncul tiap sore, tapi tak selalu sama. Yang kemarin dilihat, tentu berbeda dengan apa yang kita lihat hari ini maupun esok. Begitulah senja, banyak hal kecil yang diajarkannya.
Senja layaknya seseorang yang pernah dekat dengan kita. Mereka perlahan pergi tanpa pamit. Entah karena bosan atau akan datang yang baru yang pastinya lebih baik. Karna kita nggak nggak pernah tau, apa yang ada dihati seseorang. Boleh jadi sekarang baik-baik saja, tapi tak akan pernah tau apa yang terjadi besok. Sama seperti senja, yang hari ini terlihat indah, belum tentu besok akan sama.
Senja layaknya harapan. Karna yang datang terlambat belum tentu buruk. Yang datang diawal juga belum tentu yang terbaik. Semua sudah diatur dengan sangat rapi. Tak perlu merasa paling buruk. Tak perlu merasa paling baik. Karna semua akan  “mendapatkan” tepat pada waktunya.
Senja mengajarkan pada kita, bahwa yang indah pada akhirnya akan pergi.Bahkan saat kita masih ingin memandanginya. Begitulah, ini seperti kecantikan wajah perlahan akan hilang seiring usia. Yang akan selalu dikenang hanyalah ketulusan hati. Seperti senja, meskipun hilang dan tak banyak yang menanti keindahannya, namun orang akan tetap jatuh cinta dengan ketulusannya yang muncul setiap sore.



~MissAnt~

Minggu, 06 Agustus 2017

Ciye...yang Dulu Like-Like an Sekarang Kenal Aja Enggak

Ekstresi lo ketika ngejek temen yang dulu suka "like" di IG dan sekarang enggak kenal sama sekali


*Posting*
*Dapet like*
*Posting*
*Like balik*

Gitu-gitu terus sampai lebaran kuda. #Eh...
Kalau dipikir-pikir emang lucu. Tapi sayangnya kemarin nggak pernah mikir ginian. Yah..begitulah kalau temenan di sosmed. Awal-awalnya saling like postingan, trus dilike balik, trus hilang kontak, trus nggak kenal, nggak penting lagi, postingan di sosmed udah ngga dilike. Lebih sering diskip. Begitulah rutenya. Kalau udah begitu, jadi kita tau bahwa pertemanan di sosmed akan lancar jaya sampai lebaran kuda kalau kita ngasih like terus.
Yah....namanya juga sosmed. Kalau ngga kuat mainan sosmed ya mending nggak usah main. Seiring berjalannya waktu (Buseeet waktunya bisa jalan, ada kaki nya ya) sosmed hanya akan dipenuhi orang-orang kreatif. Yang nggak bener-bener bagus nggak bakalan dapet like. Kecuali dilike sama temennya sendiri ,sodaranya sendiri, dan Emaknya sendiri.
Sebenarnya, ada banyak cara buat dapetin like di IG tanpa ngandalin temen dan sodara-sodara setanah air. Salah satunya, pinter-pinter aja milih caption dan hastag yang menarik. Kalau Aku lebih suka orang-orang yang postingannya pakai caption yang “Greget”. Postingan sosmed emang macem-mecam. Ada yang asal posting tanpa pakai caption. Ada juga yang postingnya selfie muke die semue. Nah...ini yang bikin males. Kalau nemuin kek gini, mending langsung unfoll. Haha....zaharaaa dehhhh
Oiya, Cuma mau nanya. Sebenarnya posting ke sosmed karena apa? Pingin punya banyak like atau sekedar asal posting aja. Tapi ini udah bisa ditebak sih. Keduanya emang beda. Kalau asal posting biasanya nggak butuh banyak embel-embel (red:hashtag). Nah...beda kalau “pengemis” like, mereka cenderung menyertakan hastag segambreng demi dapetin like, iya ngga sih? (CMIIW).
Tapi semua kembali ke diri masing-masing. Mau posting apa aja bebas. Asal tau batas lah ya. Karna yang nggak banyak posting di sosmed juga belum tentu nggak bahagia di dunia nyata. Dan yang banyak posting di sosmed juga belum tentu kalau nggak bahagia di dunia nyata. (Lah...ini kok dibolak-balik kek mendoan).





~MissAnt~

Kamis, 03 Agustus 2017

Apa yang Kamu Khawatirkan?

Duduk sendiri jauh dari keramaian. Hanya ditemani bintang abal-abal. Entah kenapa bisa sefokus itu memandanginya. Mungkin karna terpana dengan bintang yang sudah berada diatas dan bersinar. Sementara Kamu, masih saja berada di tempat yang sama. Atau Kamu hanya terpana dengan rasa es teh yang kurang tambahan gula?
Apa yang kamu pikirkan? Bukankah semua orang punya kekhawatiran yang sama. Mereka selalu ingin beranjak dari tempat yang itu-itu saja. Bosan tak hanya melandamu seorang. Jangan merasa paling dihantui oleh rasa bosan. Bosan saja juga sebenarnya malas mengikutmu. Hanya saja kamu sudah terlalu nyaman diikuti. Dan membuatnya betah berada disisimu.
Lantas, apa lagi yang kamu khawatirkan? Soal jodoh? Bukankah Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan? Kalau belum datang sekarang bukan berarti kamu tak punya gandengan. Ini hanya soal waktu. Karna yang terbaik bukan datang yang tercepat. Semua akan indah pada waktunya. Kapan? Ya tunggu aja.
Kamu boleh saja merenung duduk sendiri. Tapi jangan pernah mengkhawatirkan sesuatu yang justru sudah ada yang mengatur. PERCUMA. Buang jauh-jauh kekhawatiran itu agar kamu bisa lebih fokus dengan hal lain yang mengahdirkan banyak kejutan.


~MissAnt~

Aku Lebih Merindukan Secangkir Kopi


Kamu tak perlu menyebutku aneh karena Aku lebih merindukan secangkir kopi. Kenapa? Aku punya banyak alasan kenapa kopi tak pernah menghianati. Beda dengan kamu. Yang penuh dengan penghianatan. Kopi memang tak semanis kamu, tapi pahitnya bisa membuatku selalu merindukannya.
Bahkan kopi lebih bisa membuatku kecanduan. Sehari saja Aku tidak menikmatinya, Aku seperti hampir gila. Tak seperti kamu. Meski aku tak melihatmu sehari saja, sudah biasa. Meski senyummu sekilas menyambar bagai petir di siang bolong. Tapi Aku bisa mengabaikannya. Mungkin Kamu sudah tak semenarik secangkir kopi pahit yang selalu menemaniku setiap hari.
Pernahkah kamu mendapatkan penghianatan dari secangkir kopi? Pernahkah kamu dikhianati seorang kekasih? Pernahkan kamu menjadi korban pengkhianatan seorang teman? Lalu, siapa yang paling setia? Bukankah hanya secangkir kopi. Meski pahit, hitam, kotor tapi selalu setia dan memberi pelajaran tentang arti hidup.
Hati yang terkhianati merupakan kesalahan mata yang sangat lemah. Bagaimana tak lemah? Kalau ia terlalu cepat tertarik dengan hal yang indah. Sementara tidak sedikitpun melirik rasa pahit dan ampas yang membekas dalam gelas namun memiliki kesetiaan yang luar biasa.
Aku tak pernah salah memilih kopi. Bagi mereka, kopi tidaklah menarik. Tapi Aku banyak belajar darinya. Karna yang hitam dan pahit tak selalu buruk. Buktinya, Aku lebih tertarik dengan secangkir kopi dari pada seorang penghianat bertopeng sepertimu.

~MissAnt~


Popular Posts