Senin, 30 Mei 2016

Hidup kadang seperti sebuah Emoji

Pernah ngga merhatiin emoji yang ada dalam wasap dan Bbm? Cuma ada dua pilihan sih, soalnya gue makenya Cuma itu. Hihihi...Btw emoji dalam line sama juga kan ya? Soalnya gue kaga make, aahhh...entah lah yang penting maknanya sama aja. Emoji dalam wasap ataupun Bbm memang hampir sama sih. Paling Cuma beda dikit dikit, intinya sama lah.

Menurut gue pribadi, kadang hidup itu seperti emoji. Iya ngga sih? Kalau kalian gimana? Ngerasa gitu juga ngga? Gini deh  kalau gitu, gue kemarin sempet skinsut emoji emoji yang ada di wasap dan bbm. Haha...kurang kerjaan banget ya?? iyaaa....

Coba deh perhatikan bentuk benuk emoji wasap pada gambar diatas. Adakalanya kita tertawa, tertawa sampai terbahak bahak, pokoknya hepi hepi dan melupakan sejenak beban  pikiran yang berat. Ada waktunya kita jatuh cinta, ada saatnya juga kita kecewa. Setelah kita berpikir, kadang kita merasa konyol dengan hal hal yang membuat kita jatuh cinta. Tapi sudahlah, kita lupakan sejenak tentang jatuh cinta. Dalam hidup, ada saatnya kita punya banyak uang, kita memang kadang merasa diri kita “wah” saat banyak uang? Iya kan? Ngaku deh. Seneng banget sih kalau pas pegang duit. Apalagi kita bisa jajan sepuasnya, beli apapun yang kita inginkan dengan uang hasil kerja kita. Bukankah ini menyenangkan? Tapi setelah uang habis, kemudian kita berfikir dan berfikir. “Lah..duit gue yang kemaren kok tiba tiba abis gitu aja sih, cepet banget abisnya, ilang kemana nih”. Akhirnya jadi shock karena dompet mendadak tipis dan Cuma bisa gigit jari.



Mood pada seseorang tentunya berbeda dengan orang lain. Ada yang bisa mengontrol dengan baik, ada juga yang tak bisa mengendalikannya. Apalagi kalau seorang wanita yang lagi “dapet”, kadang mood nya memang suka aneh dan ngga jelas banget. Tapi hal ini memang wajar. Seperti emoji diatas misalnya, kadang kita bisa jatuh sakit karena terlalu lelah dan memaksa. Terlalu memaksa dalam hal yang tidak seseuai kadang malah membuat kita jatuh sakit. Jangan terlalu serius dalam menghadapi hidup, santai sajalah, bukankah semua sudah ada yang mengatur? Tidak seharusnya saat kita sakit, kita harus teriak teriak di media sosial. Buat apa sih? Apa mau nyari simpati dari orang lain. Ya memang gue sering liat status status yang bunyinya seperti ini, “Ini media sosial, bukan Dinas sosial, jadi katakan apa yang kamu rasakan, bukan apa yang orang lain ingin dengar”. Begitulah status status yang sering guw liat di medsos. Nah kalau menurut gue nih ya, iya guwe tau media sosial memang mengizinkan pemakainya untuk update sesuai apa yang mereka inginkan dan bodo amat tentang apa yang orang lain dengar. Tapi tolong deh, update nya yang CERDAS dong ya, yang sekiranya terlihat wajar saja lah. Apa manfaatnya update status pas kita sendiri dalam keadaan sakit. Apa ngga ganggu waktu istirahat yang sedang sakit. Jujur ya, gue kalau sakit malah males pegang hape, kecuali ada hal penting yang harus gue sampein lho ya. Misalnya Izin tidak masuk kerja. Tapi kalau update ke sosmed kayaknya males deh, gangguin aja deh, begitu update sakit, pastinya banyak yang komen, “eh sakit apa sih, bla...bla..bla...” gue mah ogah digituin. Hal itu menurut gue hanya fake care aja. Hihihi...apaan sih fake care?? Itu loh orang yang pura pura peduli pada kagak. Gue nyebut istilahnya “Fake care”. Eh iya, kenapa bahasnya jadi kayak gini ya, perasaan mau ngebahas tentang emoji deh. Tuh kan jadi bahas kemana mana, gue memang kayak gitu, imajinasi nulisnya suka mencar kemana mana. #ElahDeh. 





Yah...kira kira gitu deh, emoji dalam wasap atau bbm menurut gue adalah lambang dari hal hal yang dialami dalam hidup. Kadang ketawa, kadang merasa konyol, kadang berfikir serius, kadang merasa terharu, kadang kita ngga perlu mendengar nasehat orang lain yang terlihat menjatuhkan kita. Yakin kalau apa yang kita lakukan bisa membuat orang lain bangga dan ngga bosan dengan karya kita. Kadang merasa jengkel, kadang nangis kenceng banget, kadang juga tertawa sampai terbahak bahak. Ya..begitulah hidup, so..enjoy it.



 


Esensi Mendengarkan Musik





Kadang orang masih belum bisa membedakan antara “mendengarkan musik dan mendengarkan musik sambil nyanyi”. Mendengarkan, berarti seseorang hanya mendengarkan tanpa ikut komat kamit mulutnya, mending kalau ngga ada suaranya, nah ini komat kamitnya kencengan banget, hahaha. Seperti seseorang ketika sedang mendengarkan sesuatu, maka ia hanya mendengarkan saja tanpa ikut bicara. 

Kecuali nantinya ada kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, baru deh boleh bicara. Nah..kembali bahas tentang ngedengerin musik. Serius deh, entah apa yang ada dipikiran orang orang ketika mereka mendengarkan musik. Kalau menurutku nih ya, ketika kita sedang mendengarkan musik, berarti kita hanya mendengarkan dan menikmati apa yang kita dengar aja dong, ngga perlu ikutan teriak teriak nyanyi.

Orang yang sedang mendengarkan musik biasanya sebagian ada yang ikutan cuap cuap juga. Entah deh. Kadang heran sih.Aku ngga tau ding, apa arti sebenarnya dari mendengarkan musik. Apakah mendengarkan musik berati sambil ikutan cuap cuap karena menikmati jenis musiknya? Entahlah ya, kebanyakan orang yang mendengarkan musik dan memakai earphone agar sekelilingnya tak merasa terganggu dengan musiknya, mereka masih cuap cuap ikutan nyanyi. 

Menurutku sih, justru yang mengganggu adalah karena mereka ikutan nyanyi, kadang orang berpendapat bahwa suaranya sendiri ngga mengganggu orang sekitar (ya walaupun suaranya bagus tetep aja berisik), padahal ini salah besar, pendapat diri sendiri belum tentu benar lho. Adakala seseorang harus mendengarkan pendapat orang sekitar, kalau ngga mau mendengar pendapat orang lain ya berarti egois. #Eh.

Sebagian orang yang aku temui soal mendengarkan musik, mereka selalu ikutan nyanyi. Bahkan di warnet pun ada juga yang ikutan nyanyi saat ngedengerin musik, waduh...konser deh. Entah deh, arti sebenarnya apaan? Tapi pernah juga nemuin orang yang lagi ngedengerin musik dan dia enjoy dan nggak ikutan nyanyi. Hmm...kayaknya yang kayak gitu deh yang ngerti bagaimana esensi dari mendengarkan musik yang sebenarnya.

Kalau aku pribadi sih, ngerasa keganggu sama orang yang ngedengrin musik dan dia ikutan  nyanyi. Okelah, kamu boleh ngedengrin musik sekenceng apapun saat memakai earphone, tapi tolong jangan ikutan nyanyi, kalaupun sedang sendiri dan orang sekitar ngga keganggu sih ngga papa. Aku sih sering gitu, suka banget ngedengrin musik kenceng banget, tapi aku ngga pernah teriak teriak ikutan nyanyi. Hahaha....

Mendengarkan kopi itu seperti minum kopi, kita cukup menikmatinya saja. Tak perlu berteriak, “kopinya enak banget woiii....enak banget kopinya woooii”. Ngga perlu gitu juga kan kalau kita minum kopi, cukup menikmati sruput demi sruput. Sama halnya dalam mendengarkan musik, kita cukup mendengarkan dan menikmati saja, ngga perlu ikutan nyanyi. Kalau mau nyanyi nyanyi, ada tempatnya sendiri kan? Karaoke bareng aja. Nyanyi sepuasnya tanpa ada yang keberisikan. Hihihi...

~MissAnt~

Selasa, 03 Mei 2016

Dear Calon Ibu Mertua



Sebenarnya aku sendiri juga nggak tau seperti apa sosok ibu mertuaku nantinya. Galak? Noo….Penyayang? Yess…I want. Tapi ya gimana ya? Lha Wong aku sendiri juga nggak tau seperti apa nantinya. Kadang kalau ngebayangin orang orang yang cerita, “eh..ibu mertuaku tuh la..bla..bla..bla..”. 

kalau denger kayak gitu kadang juga takut. Apalagi kalau pas liat di tipi, hmm…syerem abis. Tapi apapun itu, aku nanti bakalan punya yang namanya ibu mertua alias ibunda dari suamiku tercintah. #Cieh…


Kalau yang namanya anak cewek pastinya deket dong sama ibunya sendiri. Sudah tau seperti apa, udah tau gimana cara seorang ibu mendidik dan merawat kita dari kecil dengan penug kasih sayang. Nah..kalau Ibu mertua, kita pastinya belum tau bagaimana sebenarnya wataknya. Kita hanya akan bertemu saat kita memutuskan hidup bersama dengan anaknya. Kita harus menganggapnya sebagai ibu kandung kita. Bagaimanapun sifatnya, kita harus menerima.


Tapi menurutku, yang bermasalah di dunia ini hanyalah antara menantu perempuan dengan ibu mertua. Bener nggak sih? Atau hanya sekedar pengetahuanku saja. Kebanyakan film film dan beberapa cerita orang orang, yang bermasalah selalu antara Ibu mertua dengan menantu perempuan. Apakah ini membuktikan kalau wanita memang mahkluk paling ribet di Dunia?


Untuk Calon ibu mertua yang aku sendiri nggak tau siapa dan seperti apa. Bahkan membayangkan seperti apa saja aku nggak bisa. Untuk itu aku ingin menuliskan sesuatu untukmu, wahai calon ibu mertua.

1.      Jika nanti aku ikut suamiku dan tinggal serumah dengan Ibu mertua, tolong jangan anggap aku seperti orang lain ya. Aku rela meninggalkan ibuku di rumah demi kewajibanku ikut suami dan tinggal bersamamu, jadi tolong mengertilah, aku meninggalkan ibu yang mengandung dan merawatku sejak kecil demi ikut suami. Ini memang sulit sekali, tapi kewajiban seorang istri adalah ikut suami. Apapun itu, tolong jangan anggap aku seperti orang lain.

2.      Jika nantinya aku dan suami punya rumah sendiri, tolong percayalah. Aku kan menjaganya seperti ibu mertua yang menjaga dan merawatnya dari kecil. Saat kami memutuskan untuk tinggal berdua, aku bukan “mencuri” anak laki lakimu. Izinkan kami berdua mandiri dengan tinggal berdua.

3.      Jika ibu mertua merasa masakanku kurang enak, maka jangan langsung memarahiku, bukannya aku nggak becus mengerjakan pekerjaan rumah, tapi beri aku waktu agar aku bisa memasak seenak ibu mertua. Aku juga bisa menyertrika, mencuci, menyapu dengan baik. Tapi kadang apa yang telah aku kerjakan belum tentu baik dimata ibu mertua, untuk itu beri aku waktu ya. Tolong beri waktu untuk mengerjakannya dengan sempurna.

4.      Jika nantinya keluarga ibu mertua adalah orang yang punya segalanya, jangan pernah remehkan keluargaku seperti apa. Tolong jangan menbanding bandingkan. Kami memang tidak punya banyak harta, tapi kami juga nggak mau dibanding bandingkan dan diremehkan begitu saja. Apalagi ya, yang akan aku tulis? Mendadak jadi lupa. Ada banyak hal yang ingin ku sampaikan kepada calon ibu mertua. Yang paling penting adalah 4 poin diatas. Aku nggak minta yang macam macam. Mungkin hanya semacam penasaran saja dan akhirnya aku tulis untuk calon Ibu mertua yang nggak tau siapa. 

Mungkin tulisan ini nggak akan dibaca oleh calon mertua, tapi aku pingin menyampaikan ini. Apa aku harus print surat ini dan aku serahkan jika aku sudah bertemu dengannya??? Hmmm….iya nggak ya? Kalau memang memungkinkan ya bakalan aku kirim. Duh..malah jadi penasaran gini ya.


~MissAnt~

Sehari tanpa si lelep

Lelep (my leptop) sepertinya lelah. Dari kemarin dia ngeheng. Entah kenapa tiba tiba begitu. Tapi untuk leptop seumuran lelep, mungkin tergolong panjang umur dan jarang sakit. Ya meskipun pernah ganti hardisk sekali, tapi ia tergolong kuat. Kuat seperti pemiliknya dooonk, Strong girl alias wonder girl. LOL.
Hari ini lelep parah banget. Bikin ketar ketir, iyaaa guwe panik saat lelep tadi hampir sekarat. Sepertinya lelep memang segalanya. Kalah sama kesetiaan seorang temen. Temen dateng dan pergi itu biasa buat guwe. Udah sering guwe punya temen model gitu. But I dont care. Kalo disuruh milih saat ini, guwe lebih milih kehilangan temen yang datang dan pergi dari pada lelep rusak. Buat guwe, nyari temen yang stay itu susyah. Well...kok jadi ngomongin temen macam itu ya, ngga penting ahh. Kembali ke lelep.
Iya, tanpa lelep guwe bingung gimana guwe nyari duit. Gimana bisa seorang penulis ngga punya leptop. Sebenarnya guwe udah males ganti leptop. Sayang banget klo harus ganti. Pinginnya sih awet dan tahan lama. Tapi guwe ngga maksa lelep kok, klo memang nanti dia udah ngga kuat nyala, ya udah. Tapi tolong banget, guwe mohon lelep bisa normal seperti kemarin kemarin. Sumpah deh, sehari lelep ngeheng justru bikin guwe berantakan banget.Gila aja, I've nothing to do. Mendadak bete banget. Muter muter cari instalan tapi mahal banget. Bukannya ngga mau ngeluarin duit buat lelep, tapi jujur guwe lagi bokek. cuma ada 50 buat benerin lelep. Syukur ada temen nya temen yang mau dibenerin dibayar segitu. Agak lega sih, liat besok deh. Moga emang beneran normal. Tadi lega banget pas nyoba lelep terlihat normal. I wish the best lah ya.

Senin, 25 April 2016

My lepi, my henpon is my everything. . .







Kaulah segalanya, lepiku. Kenapa aku bilang segalanya pada mereka? Iya aku ngga salah untuk menjadikannya segalanya untukku. Kenapa harus lepi dan henpon yang jadi segalanya? Emang kamu ngga punya temen? Nah…demikianlah pertanyaan yang muncul. Teman sih banyak, tapi nyari yang  tetap bertahan memang sulit. Kadang yang kita anggap baik memang belum tentu baik. Aku ngga pernah sembarangan menilai orang. Setiap kenal dengan orang baru, yang aku inginkan hanyalah saling mengenal dan dia orangnya baik. Ngga mungkin donk, kesan pertama udah berani menilai bahwa seseorang tersebut tidak baik. Kebanyakan orang menilai seseorang dari pertemuan pertama. Tapi hal ini tak berlaku buat aku. Menilai orang yang benar adalah setelah kita kenal dengan orang tersebut, penilaianku terhadap orang yang pertama kali kenal adalah semuanya baik. Itu aja sih.
Okay, kembali ke leptop. Yappp, my lepi is my everything. Ada saatnya seorang teman berubah dan tak seperti yang kita kenal. Kalau uah kayak gini, mau bagaimanapun tetap saja ngga seperti dulu lagi. Kadang seseorang berubah tanpa ada alasan. Yang tadinya gini bisa jadi gitu. Walaupun kita tidak terima dengan perubahan seseorang, tapi ya mau gimana lagi. Kita ngga mungkin tanya tanya, “eh kamu kok gini sih sekarang? Kenapa? Kenapa? Kenapa??” Mau teriak teriak dan nanya berulang kali juga jawabannya tetep sama, “ngga papa kok, berubah gimana sih”. Yasudahlah. Kalau mereka bisa begitu, kenapa aku ngga bisa gitu juga ? #ThinkingOutLoud.
Pernah baca sekilas tulisan pendek semacam tweet bunyinya begini, “Orang kadang kabur ke dunia maya Karena muak dengan dunia nyata”. Hmm,, kata kata ini ada baiknya juga sih. Dunia maya emang asyik banget, tapi asal bisa memanfaatkan dengan baik lho. Misalnya saja, saat kamu ngga ada seseorang buat menumpahkan segalanya, maka kamu bisa nulis dan kamu posting di blog atau dimanapun. Sekarang teknologi juga makin canggih, seseorang bisa berjam jam memandangi gadgetnya dan lupa dengan dunia nyata. Walaupun kadang dunia nyata itu membosankan, tapi ingat donk, kita hidup di dunia nyata woyy!!
Aku memang munafik banget, iya jujur nih. Dulu aku sempat kesel banget, kenapa oang orang segitunya cuek sama dunia nyata saat udah menunduk kearah gadget masing masing. Sepertinya egois banget. Lupa dengan sekitar. Paling banyak yang aku menemui hal semacam ini di kota kota besar, terutama Jakarta. Sempet dapet Job di Jakarta dan kebanyakan penduduknya seperti sudah terikat sekali dengan gadgetnya. Dulu aku heran, bisa gitu banget ya mereka kecanduan gadget. Nah…sekarang aku juga kecanduan hal semacam itu dan ternyata asyik juga. #HadeeehGimanaInih. Tapi aku kabur ke dunia maya hanya untuk bersenang senang kok. Ada benarnya juga sih, kita seringkali lari kedunia maya karena kita merasa suntuk di Dunia yang sebenarnya.
Sejak saat itu aku sudah memutuskan kalau aku lebih baik kehilangan teman yang berubah entah karena hal apa dari pada harus jauh jauh dari lepi. Kenapa harus pusing mikirin orang yag berubah dan menjauh dari kita? Biarlah saja, kalau mereka memang mau nyari yang lebih dari yang bisa kita lakukan, Ya sokk atuh. Ngga papa, masih ada lepi untuk mencurahkan semuanya. Meskipun benda mati, tapi ini bisa menjadi saksi semuanya. Kita bicara tak harus dengan seseorang kok, mungkin bisa dengan benda mati seperti tembok. “Gila ya? Ngga kok, ini ngga gila”. Ini lebih baik dari pada kamu ngomong sama mahkluk yang bisa bicara tapi tak memahaminya dan bisa berubah kapanpun.
Tulisan ini untuk seorang teman yang selalu berubah kapanpun tanpa alasan yang jelas. Mungkin saja bosa dengan kita, atau mau nyari yang lebih dari kita. Antara yang bikin nyaman dengan yang lebih baru memang beda. Perbedaanya hanya kamu sendiri yang dapat merasakannya. Terima kasih telah menjadi teman yang mudah sekali berubah.
Dan selamat datang teman baruku, lepiku, henponku. Kaulah segalanya. Tanpamu aku tak bisa berkarya. #Hasyeekkkk.

Popular Posts