Sabtu, 09 Desember 2017

No More Private Message



“Hey, when will you come back from Paris?”

“Didn’t you see my instagram stories?”

“No.....”

“Oh Babe, please, use your social media account to know anything. And it will be fun”

....


It is not the first time, I heard or read about that. I don’t know what I can say about that. By the presence of modern technology will make the people easier to get communication. Yes, very EASIER. But, some of them didn’t know how exactly using the modern technology.  

For now, the people aren’t using SMS anymore. There are many app as a substitute SMS such as, line, whatsapp, BBM, We chat, and etc. Of course, you will get this app only from your smartphone.

By using smartphone, everything will be easier.You just need to download from playstore and get all the app that you want.  You can chat with your friend or join some group. Each of the app is also provide something new, and you can get it by update your app. For example, whatsapp can used for making stories. Now, it same with instagram.

I use whatsapp for communication with others and it very useful. Unfortunately, some people use this with something useless. How can I say that it is disturbing?  Because there are many people who feel “important”. When someone ask you, “where will you go tonight”, then they will say, “I think you must see my whatsapp recently updates”. It’s like no more talking privately. You just see their updates and you will know anything about them. *Sigh

What they get from that? Showing something to others that maybe not making others interest? You know that not everyone sees your stories and want to know more about you. And the bad thing is, when they start to send you a message privately, you just say “check my stories”. It means that, private message isn’t useful anymore. So, if you want to know what happen about your friends, you just need to see the instagram stories. See???? LOL.


 ~MissAnt~


Just Enjoy Your Own World



I always think that not all the conversation is important They just spend  their useless time.


Stupa       : Are you jobless? Why are you not looking some job?
Brillie       : Im not jobless. Just enjoying my “own world”.
Stupa       : Your “own world”? What kinds of that?
Brillie       : I just enjoy something that makes me happy.
Stupa       : Happy? Happy for what? Did you produce some money by enjoying your own world?
Brillie       : No.
Stupa       : what!!!! How come???? Are you happy by not produce some money? Are you crazy?
Brillie       : No. I think you are crazy. LOL
Stupa       : what the......

Sometimes, the people just don’t understand about other’s opinion. Then, they judge as they want. Yeah....that’s life. Even you do something that makes you happy, there will be someone who don’t like. And, remember that enjoying your “own world” that can’t produce money doesn’t mean you don’t need money. Everything needs money, right?


 ~MissAnt~


Senin, 04 Desember 2017

Yang Selalu Menjadi Penyemangat


Bicara soal penyemangat, kira-kira apa yang selalu membuatmu semangat setiap hari? Pastinya beda-beda dong. Bagi saya,  semangat bisa datang dari secangkir kopi. Ya, sesederhana itu. Pilihan kopi sekarang ini juga sangat banyak. Pokoknya jangan sampai salah memilih kopi. Kalau saya, pilihan kopi yang paling mantap ya cuma kapal api, pas dengan slogannya yang “jelas lebih enak”.




Sebagai orang yang duduk berjam-jam di depan leptop, rasanya ada yang kurang kalau belum menikmati secangkir kopi. Hal ini juga mengingatkan saya pada almarhum ayah saya. Saat masih duduk dibangku SD, ayah selalu menikmati secangkir kopi pagi di teras rumah. Dan kopi itu adalah kopi kapal api. Kemasannya masih sama sampai sekarang.


Yang selalu ada dalam ingatan saya adalah, saat sedang memakai sepatu untuk pergi ke sekolah, saya melihat ayah sangat menikmati secangkir kopi hangat yang masih berasap. Dari jauh saya penasaran dan bergumam dalam hati, “Minuman jenis apa sih yang membuat ayah sangat menikmatinya?”. Sambil membaca koran, ia sesekali menyeruput kopi yang masih mengepul tersebut.


Dan sekarang rasa penasaran saya terjawab.  Rupanya aroma kopi kapal api memang beda. Cocok dengan slogannya, jelas lebih enak yang ternyata benar. Saya nggak nyangka, pertama kali saya menikmati secangkir kopi kapal api, terlintas moment ketika ayah menyeruput secangkir kopi di teras rumah sambil membaca koran. Meski hal itu sudah beberapa tahun lalu, namun secangkir kopi ternyata mampu menjadi pengingat atas kenangan masa kecil yang paling saya rindukan.
  

Sejak saat itu, saya jatuh cinta sama kopi kapal api. Apalagi profesi saya yang mengharuskan saya berada di depan leptop selama berjam-jam, tentu saya butuh “teman” agar lebih semangat dalam menjalani aktivitas. Ya, saya memilih kopi kapal api sebagai “teman terbaik” sekaligus penyemangat saya. Tak hanya aromanya yang semakin memudahkan saya menemukan ide-ide baru, tetapi juga rasanya yang pas dan aman bagi lambung.


Awalnya, saya memilih kopi kapal api sachet tanpa gula. Dengan memilih kopi bubuk tanpa gula, saya bisa menambahkan gula sesuai selera saya. Tapi lama-lama kurang praktis hingga akhirnya saya beralih ke kopi kapal api special mix kemasan sachet yang sudah ada gulanya. Selain takarannya pas, kopi kapal api sachet plus gula juga praktis dibawa kemana-mana.


Rasa pahit dan manis dalam secangkir kopi kapal api special mix memang pas untuk menemani kerja maupun sekedar bercengkrama dengan teman. Kopi juga sering menemani saya ketika membaca buku. Setiap orang pasti memerlukan ketenangan saat menikmati bacaan yang mereka sukai. Dan salah satu caranya adalah dengan ditemani secangkir kopi seperti yang biasa saya lakukan.


Bagi saya, kopi tak hanya sekedar minuman tetapi juga untuk masker wajah. Saya pernah membaca suatu artikel tentang manfaat masker kopi untuk wajah. Dan saya juga mencobanya karna cukup mudah untuk dilakukan. Tentunya dengan ampas kopi kapal api yang tersisa. Caranya, ambil ampas kopi dan usapkan pada seluruh wajah, kecuali seputar mata dan bibir. Diamkan hingga kering selama 10 menit. Kemudian bilas hingga bersih.


Kopi tak hanya berperan sebagai minuman yang nikmat tapi juga untuk perawatan wajah yang dapat menghilangkan komedo maupun jerawat. Ampas kopi juga bermanfaat untuk mencerahkan wajah serta membuat wajah senantiasa kencang. Daripada ampas kopi tidak terpakai, makanya saya pakai untuk masker kopi. Kopinya saya minum, ampasnya untuk masker. Praktis kan? Hal ini karna tekstur kopi kapal api special mix yang kental sehingga mudah menempel saat dipakai untuk masker.


Setiap orang tentu punya cerita tersendiri saat menikmati secangkir kopi. Bagi saya, kopi kapal api memiliki kualitas 3in1, yaitu sebagai pengingat kenangan, penyemangat dan perawatan wajah. Begitulah cara saya menikmati secangkir kopi kapal api, karna selalu ada cerita dibalik nikmatnya kopi. #KapalApiPunyaCerita


Minggu, 26 November 2017

When You Feel Down



Is everything okay?

No.

Life is unpredictable.

Yeah....


Pernah nggak kamu merasa down banget? Pernah.

Pernah nggak kamu putus asa? Pernah.

Ah...payah. Masa gitu aja down sih?

Bagaimana caranya bangkit setelah jatuh berulang-ulang?
Nah..

Memangnya sejauh mana kamu berjuang sehingga begitu cepat merasa jatuh?



“Hidup memang terasa kejam bagi siapa saja yang cengeng”  (Alitt Susanto)



Sebenarnya nggak ada orang yang benar-benar jatuh, kecuali orang tersebut memang sengaja enggan untuk bangkit. Kadang heran, orang begitu mudah berasa jatuh. Saya pun juga begitu, kesannya lebay banget. Masa Cuma”terpeleset” saja bilangnya “jatuh”. Sudahlah, jangan berlebihan dalam mendeskripsikan sesuatu. Bilang aja kamu sedang kesulitan mencari jalan keluar. Yap, dengan begitu akan lebih pantas didengar.


Tak dipungkiri, down memang wajar. Tapi bukan berarti kamu bener-bener ingin berhenti. Padahal disisi lain, hidup harus terus  berjalan. Bagaimana kamu bisa membeli kuota internet kalau kamu nggak berusaha. Padalah, kuota sekarang ini lebih penting. Karna kamu bisa tau segalanya hanya dengan duduk manis. Iya nggak?


Nggak Cuma mendadak bete aja, mendadak down juga kerap kali terjadi. Asal jangan dilebay-lebay in aja rasa down  nya. Mungkin rasanya seperti sedang menjalin asmara dengan seseorang yang sudah cocok, dan tiba-tiba kandas begitu saja. Sakit nggak? Iya banget.  kebanyang nggak sih, kalau tinggal selangkah lagi, eee nggak taunya gagal. Siapa yang nggak down?


Tapi ini nggak sedang ngomongin kandasnya cinta sih, Cuma perumpamaan saja. Yang jelas, rasa down kali ini bisa digambarkan seperti itu. Saya nggak munafik lah, kali ini saya merasa down. Rasanya tinggal selangkah tapi gagal dan harus mundur dengan sukarela. Yah...mungkin ini yang namanya ujian hati agar lebih tangguh.


Tanpa sadar kita akan terbiasa dengan keadaan. Yang sering dikecewakan akan lebih kuat. Hingga pada akhirnya kamu hanya bisa bergumam “Ah, kecewa mah udah biasa. Bahkan yang lebih kecewa dari ini juga lebih banyak and Im okay with this”. Sayangnya beberapa orang memilih keecewa berkepanjangan.


Kecewa berkepanjangan hanya akan membuatmu bodoh. Ya, kalau sudah tau menyakitkan, untuk apa harus mengharap lagi. Saya juga pernah seperti ini, kecewa dan akhirnya marah pada diri sendiri. Dan yang lebih parah lagi, enggan untuk memulai. Parah banget kan? Kalau sudah begini, siapa yang rugi? Kita sendiri kan? Karna kitalah yang paling berhak mengatur diri sendiri, bukan orang lain. Jangan mau diatur orang lain, this is your life. #Prinsip


Pernah ngrasain nggak? Down banget dan no one can support you? So how do you feel and what are you doing? Apalagi seperti yang sudah saya katakan diatas, tinggal selangkah dan akhirnya gagal. Tau nggak rasanya kayak gimana? Ibarat kamu sudah cocok dengan seseorang, tapi pada akhirnya kamu gagal naik pelaminan dengannya. Yeah....that’s what I feel right now.


#MissAnt



Pertemanan Sadis ala Ibu-ibu



*Terlalu sadis caramu.....

Loh malah nyanyi

Siang itu, Saya nggak sengaja nyimak obrolan Ibu-ibu. Serius, Cuma denger dikit-dikit aja dan akhirnya semakin nguping. Ah...apakah saya berdosa? Enggak aja lah ya. Cuma nggak sengaja kok. Jadi ceritanya begini. Nggak sengaja banget. Waktu itu saya jajan di suatu tempat. Nggak usah nanya saya makan sama siapa ya. Udah pasti tau kan? Yap....saya makan sendiri gaes. #NggakPentingTaa


Oke kembali ke topik. Siang itu saya makan di meja nomer 7. Pinginnya sih meja nomer 5, tapi ternyata sudah ditempati dua orang Ibu-ibu. Kalau diliat-liat, Ibu-ibu ini modern sekali. Tas ala Ibu-ibu masa kini dengan polesan make up yang tebal. Gincunya merah merona. Pokoknya masa kini banget. Ceritannya dimulai disini,

Bu Nani              : Seneng deh, bisa keluar bercdua sama Bu Neneng lagi.

Bu Neneng          : Iya ya Bu. Udah lama nggak kayak gini. Ngomong-ngomong ada apa sih Bu? Katanya kemarin pas wasapan mau cerita panjang lebar.

Bu Nani               : Eh iya sampai lupa, Aku tu sebel banget sama Bu Narti. Kok Dia lelet banget kalau kerja. Hah...pokoknya ngeselin banget liat dia. Kok nggak bisa cekatan gitu sih.

Bu Neneng           :Ya namanya udah tua Bu. Maklum. Ya wajar lah.

Bu Nani                : Tapi masa yang dia kerjakan salah muluk sih. 
Aku jadi jengkel. Tu orang kok bego banget.

Bu Neneng            :Astagfirullohal’aziim Bu. Mbok ya jangan gitu banget.

Bu Nani                 :Biarin lah, lha wong dikasih tau berulang-ulang tetep nggak peka.


*Sigh..



Tau nggak, saya dengernya jadi ikut emosi. Padahal ya, kalau dipikir-pikir udah nggak pantes buat ngomngin temennya. Ya secara mereka sudah Ibuk-Ibuk. Tapi ternyata sama saja. Ibuk-ibuk justru mulutnya lebih pedes. Saya pun geleng-geleng. Lalu mendengar omongan mereka lagi. Kebetulan ada lagi satu Ibu-ibu datang, keliatannya mereka teman satu geng deh. Dan Ibu-ibu ini datang dengan seorang gadis.


Bu Nani              :Eh itu ada Bu Narti deh, coba liat. Itu bukannya si Titin.

Bu Neneng         :Iya tu, panggil kesini aja biar gabung sekalian.

Bu Nani              : Tap...Tapiii...

Bu Neneng         : Bu Narti.....Haiiiiii.....duduk sini aja Bu. Gabung sinih...

Bu Narti              : Eh Bu Neneng sama Bu Nani sudah lama ya disini.

Bu Nani              : Iya, kemarin kita sebenarnya mau ngajakin Bu Narti sekalian buat ngumpul-ngumpul kayak gini. Kan seru ya kalau ada Bu Narti.

Bu Narti              : Wah....iya ya, saya juga seneng kalau diajak kumpul gini.


Kemudian anak gadisnya Bu Narti, si Titin  memangginya setelah selesai membungkus makanan.


Bu Narti                : Saya duluan ya Bu.

Bu Nani                 : Loh kok nggak makan sini sih Bu. Kan ramai kumpul-kumpul sama kita. Jarang-jarang lho bisa makan diluar.

Bu Narti                : Iya Bu saya juga seneng sebenere, tapi Titin nanti sore mau balik Semarang.

Bu Nani                 : Yaudah Bu, ati-ati dijalan ya. Tin, ati-ati ya. Jangan ngebut lho bawa motornya.

Titin                       : Iya Bu. Mari Bu Nani, Bu Neneng. Duluan ya.



Bu Nani yang daritadi diomongin, bisa mendadak dibaik-baikin. Akhirnya mereka akur lagi. Aku jadi agak adem liat yang barusan. Tapi..........


Bu  Nani               : Tuh kan, Anaknya sombong banget. Nggak ada sopan santunnya sama orang tua. Padahal kan dia mahasiswa, mbok ya nyapa sama yang lebih tua.

Bu Neneng            : Lah Bu Nani ini aneh. Bukannya tadi si Titin udah nyapa.

Bu Nani                : Halah bilang aja nggak  makan bareng kita. 
Ibunya juga nggak bisa ngajarin sopan santun ke anak. Emang tolol ya.

Bu Neneng           : Ibu kok ngomongnya gitu sih. Tadi aja pas ketemu baik banget. Terus terang, aku nggak nyangka Ibu segitunya sama Bu Narti. Emang dia salah apa sih?

Bu Nani                : Ya salahnya nggak ngajarin anak sopan santun.

Bu Neneng           : Gini ya Bu. Aku bilangin. Maaf kalau menyinggung. Jadi begini Bu, kita ini udah tua. Saatnya berbuat baik karna nggak ada untungnya membenci orang yang nggak salah apa-apa. Kalau Bu Nani  benci sama Bu Narti lantaran dia lelet dalam bekerja, ya wajarlah, beliau sudah tua. Bu Nani ngomong kayak gitu karna jauh lebih muda dari Bu Narti. Coba kalau udah seumuran sama Bu Narti, apakah Bu Nani bisa sekuat beliau?

Bu Nani              : Loh kok kamu jadi menyama-nyamakan si Bu. Sebenarnya kamu ada dipihakku atau pihaknya Bu Narti sih.

Bu Neneng         : Bentar-bentar. Kok pemikiranmu jadi kayak bocah ya? Jadi selama ini kamu merasa kalau aku ada dipihakmu ya? Astagfirulloh.......

Bu Nani              : Halah bilang aja kamu takut sama Bu Narti. Apa sih yang ditakutin dari dia. Orang nggak bener gitu.

Bu Neneng         : Cukup. Oke, aku sekarang tau siapa Bu Nani  sebenarnya. Kita ini udah nggak pantas musuh-musuhkan kayak gini. Udah tua jangan labil Bu. Mungkin sekarang Bu Nani merasa kuat, merasa punya segalanya  dan bisa ngomong seenaknya tanpa pikir panjang. Tapi ingat ya Bu, apa yang kita perbuat akan kita “panen” dikemudian hari. Karma masih berlaku sampai kapanpun Bu. Mungkin nggak besok, tapi suatu saat Ibu pasti diperlakukan sama dengan yang Ibu lakukan ke Ibu Narti. Ingat ya Bu. Maaf kalau terkesan menggurui.Aku duluan ya Bu, malas ngobrol kalau Cuma menggunjing yang memicu dosa besar.

Akhirnya Bu Neneng pun meninggalkan Bu Nani di meja itu. Bu Nani masih saja duduk di meja itu. Betah, ia masih asyik mainan smartphone dan sesekali meminum teh panas dari cangkir putih itu.


Oke, selama saya duduk disitu, saya  jadi ikut mikir. Ada benarnya juga omongan Bu Neneng. Karma berlaku sampai kapanpun. Dari situ saya makan perlahan sambil mikir, kok segitunya ya pertemanan Ibu-ibu. Ternyata menyakitkan sekali. Ada gitu orang yang secara lahir baik dan ramah didepan dan batinnya jahat banget. Saya kira Cuma anak labil aja yang kayak gitu, ternyata sampai ke level Ibu-ibu-ibu juga.


Saya nggak tau sampai kapan Bu Neneng duduk di meja itu. Oiya, nama yang saya pakai disini adalah nama samaran ya. Intinya, pertemanan dilevel manapun selalu saja sama, yaitu sama-sama sadis. But, this is life, babe. Kamu akan selalu menjumpai hal-hal yang terduga dimanapun berada.


Dan semuanya juga tergantung kamu. Mau membalas sendiri atau biar orang lain yang membalas. Karna Tuhan punya cara yang jauh lebih menyakitkan untuk orang yang sering menyakiti orang lain.


Mendengar obrolan tersebut, saya selalu ingat kata-kata Bu Neneng, “Apa yang kita perbuat akan kita panen dikemudian hari”. Yap. Kata-kata itu terus saja terngiang-ngiang. Memang sih, orang kalau sedang diatas, ngomongnya bisa seenaknya. Entah disengaja atau tidak, baginya menyakiti orang lain sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Tanpa memikirkan apa yang nantinya akan dialami.


Saya pribadi percaya kok, yang baik akan  selalu diperlakukan baik dan yang pura-pura baik juga akan diperlakukan begitu. Dan yang jahat, nantinya akan dijahatin balik. Ini hanya masalah waktu, mungkin nggak sekarang. Tapi suatu hari nanti. Just be a good one. Karna semua akan indah pada waktunya.

#ByMissAnt



Popular Posts