Senin, 29 Mei 2017

Suka Duka Freelancer


Bagi beberapa orang, Freelancer selalu identik dengan kerjaan yang paling enak. Paling enak? Sebenarnya nggak juga. Bahkan setiap profesi yang kita jalani selalu ada plus minusnya.Disatu sisi, orang beranggapan bahwa menjadi pekerja paruh waktu atau Freelancer merupakan pekerjaan yang menyenangkan karena tidak begitu terikat oleh waktu. Tapi disisi lain orang masih memandang rendah seorang pekerja paruh waktu. Pekerja paruh waktu masih dianggap belum benar-benar sebuah profesi, lebih tepatnya masih seorang pengangguran.

Okay, kalau gitu mending baca tulisan berikut tentang suka duka menjadi pekerja paruh waktu. Yuk...ah....

Kelebihan menjadi Freelancer

1.Tidak terikat waktu.

Meski kamu tidak terikat oleh jadwal seperti jam Kantor, tapi jika tidak bisa menghandle dengan baik, kamu bakalan “keteteran” juga. Maka dari itu, kamu perlu management waktu yang baik sebelum memutuskan menjadi freelancer.

2.Bisa dikerjakan dimana saja.

Hal yang paling disukai oleh kebanyakan Freelancer adalah bisa mengerjakan pekerjaan dimana saja, termasuk di kafe (paling nggak modal duit buat beli minuman doang, minimal kopi).

3.Tidak ada target tertentu.

Berprofesi sebagai freelancer tidak akan membuatmu diburu deadline. Kamu bebas mau mengerjakan berapa banyak. Semua bisa kamu atur sendiri.

4.Bisa ngambil lebih dari 1 job.

Enaknya jadi freelancer ya gini nih. Kamu bebas ngambil job yang sesuai sama passion kamu. Asal kamu bisa ngatur waktu, kamu bisa ngambil banyak job. Seru kan?

Tapi dibalik kelebihan menjadi Freelancer, kamu pastinya akan mengalami hal sedikit mengecewakan berikut.

Duka seorang Freekancer

1.Kerjaan datang tidak menentu.

Buat kamu yang nggak punya tanggungan apa-apa, menjadi Freelancer masih oke-oke aja. Tapi untuk orang yang punya tanggungan, sebut saja “tulang punggung”, maka ini jadi masalah besar. Soalnya kerjaan dateng suka nggak tentu. Kalau pas ada ya ada, kalau nggak ada ya nggak ada. Jadi nggak bisa diandalkan banget.

2.Tidak punya banyak teman.

Berhubung kerjanya nggak stay di Kantor, jadinya kamu nggak punya temen kantor. Mau nggak mau hanya berhubungan lewat sosmed.

3.Terkadang merupakan profesi yang tidak diakui.

:Kamu kerjanya apa sih?
:Aku Freelancer gitu, pekerja paruh waktu.
:Jadi bukan pekerja tetap ya. Itu mah semacem pengangguran.

Emang sih seorang Freelancer seringkali denger kata-kata kayak gitu. Walau sedikit sakit hati, tapi setidaknya penghasilan yang didapat Halal tuh. Nggak korupsi #Eh...

4.Modal sendiri.

Berhubung Freelancer merupakan pekerja lepas yang nggak harus ke kantor. Maka kamu harus modal sendiri. Misalnya kamera, leptop, dan lain-lain.


Nah...itulah beberapa plus minus menjadi Freelancer. Beberapa emang menyukainya dan tidak sedikit yang memandang sebelah mata.  But, it’s okay lah. Bagaimana menurutmu?

6 Ujian Kedewasaan


 “Anak-anak----------Alay------------Dewasa”

Segala sesuatunya emang  membutuhkan proses. Termasuk juga saat menuju masa kedewasaan. Rasanya seperti ada yang kurang kalau seseorang belum mengalami masa “alay”. Kalaupun ada banyak, tapi itu wajar kok. Nanti suatu saat kalau sudah Dewasa, mereka bakal malu banget ngeliat tingkahnya waktu masih alay. Serius deh. Dan, kalau sudah Dewasa, kamu bakalan rindu banget sama masa-masa ke-alay-an mu yang ternyata juga bikin diri sendiri ilfeel.

Well, saat kamu sudah benar-benar Dewasa, kamu bakal nerima ujian. Bukan ujian sekolah maupun ujian skripsi. Yang pasti ini bakalan lebih sulit dari keduanya. Lalu bagaimana seseorang bisa dikatakan Dewasa? Yaitu ketika mereka mampu melewati ujian berikut ini.

Beberapa Ujian Kedewasaan

1.Punya temen munafik dan bisa memaafkan kesalahannya.

Pernah nggak punya temen munafik? PERNAH. Ya emang nyebelin banget. Tapi nggak selamanya kamu harus jengkel sama orang-orang yang pernah nusuk kamu dari belakang. Kalau dibilang jahat ya emang jahat banget. Tapi akan ada masanya kamu melupakan kesalahannya dan menganggap, “Yang sudah sudah ya sudahlah”. E buset kek lagunya Ayu ting-ting. Pokoknya gitu deh. Kamu dalam sekejap bisa melupakan segalanya. Just Forgivie and Forget them. It’s simple.

2.Mengatasi masalah tanpa mengumbar di Sosmed.

Anak alay emang doyan ngumbar masalahnya ke sosmed. Berasa penting banget kali ya. Kakinya kena knalpot aja di upload ke sosmed. Yah...namanya juga belum Dewasa. Beda sama orang yang udah Dewasa. Mereka justru malu kalau masalahnya diumbar. Bagi orang-orang Dewasa, mengumbar masalah di Sosmed hanya akan membuat orang lain bertepuk tangan atas penderitaannya. So...tunjukin kalau kamu kuat. Walaupun sedang jatuh.

3.Tidak menggubris omongan orang.

Namanya juga orang rempong. Kita yang jalanin tapi mereka yang sibuk ngurusin. Jangan ambil pusing dengan omongan orang yang selalu menjatuhkan. It’s okay lah. Kamu makan nggak minta mereka. Anggap aja Anjing menggonggong. Karna semakin kamu menaggapi, maka mereka akan lebih sering menggonggong.

4.Bersikap baik pada semua orang.

Dalam hidup memang tidak selamanya orang yang kita anggap baik juga benar-benar baik sama kita. Semakin kamu Dewasa, kamu akan tau bahwa kita nggak perlu mendapatkan hal yang sama dari apa yang telah kita perbuat ke orang lain. Saat seseorang sangat menyebalkan saat kita ajak bicara, maka kitab tidak boleh memperlakukan hal ini kepada orang lain. Karna kita tau, dicuekin itu sakit.

5.Bisa menerima saat berada dititik paling rendah.

Nasib tiap-tiap manusia tidak selalu sama. Kadang berada pada titik tertinggi. Dan ada saatnya juga berada pada titik paling rendah. Berada pada titik paling tinggi akan mengajarkan pada kita bagaimana cara bersyukur. Sedangkan saat kita berada dititik paling rendah mengajarkan pada kita untuk selalu bersabar. Jangan merasa paling menderita saat berada di titik paling rendah, karna Tuhan selalu punya cara untuk menaikkan lagi.

6.Bisa menerima kelebihan orang lain.

Menerima kelebihan orang lain bukan berarti kita kalah. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihannya masing-masih. Kamu juga pasti punya kelebihan yang luar biasa. Hanya saja kamu belum sadar apa kelebihanmu. Jangan iri melihat kelebihan orang lain. Karna kamu juga memilikinya.


Gimana? Gimana? Kira-kira bisa nggak mengikuti ujian kedewasaan seperti diatas. Bagi beberapa orang memang sangat mudah. Namun sebagian orang juiga marasa sulit. Tapi semua itu pilihan. Dewasa pun juga tidak tergantung dengan usia. Yang sudah “berumur” tapi masih kekanak-kananan juga banyak. Nah....kalau kamu sudah bisa melewati ujian dengan baik, maka kamu layak menjadi lebih dewasa. 

Rabu, 24 Mei 2017

8 Tanda Berakhirnya masa alay menuju kedewasaan


Tak dipungkiri, semua orang pasti pernah mengalami masa-masa alay. Meski banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya alay, tetap saja ini akan "gentayangan" dalam diri mereka. Kadang memang kita tidak sadar dengan tingkah ke-alay-an kita hingga merugikan orang sekitar. 

Bagaimana tidak, coba saja buka status-status sosmed atau poto jaman dulu. Beberapa mungkin sangat memalukan dan membuat kita bertanya dalam  hati, "Kenapa dulu Aku bisa bikin status kayak gini? kenapa Aku dulu se-alay ini? kenapa dan kenapa". Nyesel? Iya banget. kalau masa alay punya semacam "rem cakram" pasti akan lebih memilih untuk tidak mempostingnya. 

Okay, katanya sebelum dewasa, kita akan memasukin masa-masa alay terlebih dahulu. Bahkan kita sendiri tidak sadar kalau saat itu kita sedang dalam masa alay. Tapi nggak papa sih, namanya juga masih labil. Nanti lama-kelamaan sifat alay itu akan tergantikan oleh kedewasaan. Alay memang tidak mengenal umur. Bukankah umur itu hanyalah sebatas angka saja. Tapi perilakulah yang mencerminkan tanda kedewasaan seseorang. 

Nah...kalau kamu sudah memiliki sifat seperti ini, selamaaaatttt!!!! Itu tandanya kamu akan meninggalkan masa ke-alay-an mu dan siap menuju gerbang kedewasaan. #HallahNgomongApaSih

1.Kamu mulai bisa membedakan mana teman yang pantas diperjuangkan dan mana yang hanya "musiman". 

Percayalah, tidak semua orang yang hadir dalam hidup kamu itu tulus berteman sama kamu dan akan selalu ada. Ya...walau masih ada palingan cuma sekitar 15% lah.

2.Kamu merasa malu nulis status yang mengumbar masalah pribadi.

Tiap orang pasti punya masalah. So....it's okay lah. Kamu nggak harus mempostingnya ke dunia maya supaya orang tau. Karna hal sepeti itu hanya dilakukan oleh para alayers saja. 

3.Kamu sudah jarang share berita tentang sang idola.

Semua emang akan sadar pada waktunya. Dulu pas zaman alay emang hobi banget posting apa aja yang ada hubungannya sama sang idola. Tapi sekarang rasanya udah nggak pantes.

4.Lebih bijak dalam memahami hidup.
Dulu emang nggak begitu mikir banget tentang masalah yang dialami. Yah...namanya juga alay. Mana sempet mikir hal kayak gitu. Yang ada hanya menganggap semua itu sepele. Tapi saat kamu udah dewasa, secara nggak sadar kamu bisa lebih bijak dalam mengatasinya.

5.Lebih Mentingin Keluarga. Family is Everything.

Karna yang selalu ada untuk kita saat jatuh hanyalah keluarga. Nggak ada temen yang mau sama kita saat sedang jatuh. Kebanyakan pada kabur dan nunggu kamu ada diatas lagi. Emang bener kata keluarga cemara, "Harta yang paling berharga adalah keluarga".

6.Udah nggak peduli lagi sama yang namanya kekinian.

Kalau ngeliat sosmed dan mereka posting hal-hal masa kini, tapi bagimu itu sudah nggak penting. Ada masanya kamu posting hal yang lagi trend saat kamu masih labil. Tapi lama kelamaan juga sadar diri kok. 

7.Cenderung Lebih Cuek Dengan Omongan Orang.

Namanya manusia pasti ada saja sis buruknya. Dan pastinya kita pernah ngrasain yang "dikit-dikit diomongin". Ya emang capek sih, pas masih labil kadang lebih milih buat ngebales. Tapi nantinya kamu akan sadar bahwa itu cuma buang-buang tenaga doang. 

8.Kamu sudah memaafkan kesalahan temen-temen yang menyakitimu.

Tiap orang pasti punya masalah sama temen-temen dimasa lalu. Kalau Aku pribadi sebenarnya nggak ngerasa punya musuh. Tapi kadang temen seenaknya saja "nusuk" kita dari belakang. Sekarang Aku bakalan ngelupain hal itu. Dear Friends, I forgive you. So....I will forget you. Thanks for all that bad moment. Bye....

Kira-kira kayak gitu lah, tanda seseorang mengakhiri masa k-alay-an nya. Kira-kira ada lagi nggak ya? kalau ada tambahin sendiri yaaa~





~Misa_Ant~

Senin, 22 Mei 2017

Menunggu atau Menjemput Jodoh?




“Jodoh Nggak Bakal Dateng Kalau Nggak Dijemput”

Sekilas memang terdengar aneh. Kebetulah kata-kata ini Aku dapet setelah nonton film “Koala Kumal” karya Raditya Dika. Kalau dibilang ngefans sama Raditya Dika, ya emang suka banget. Dari film dan bukunya selalu ada moral value yang dapat diambil. Salah satunya “Koala Kumal”. E..tapi ini bukan tentang binatang Koala lho. 

Menurutku, Radit emang cerdas ngambil dari sisi hewan buat jadi perumpamaan, seperti kambing jantan, manusia setengah salmon, cinta brontosaurus hingga marmut merah jambu. Ah...ini Aku jadi bingung, mau nulis tentang buku-buku Raditya Dika atau nulis perkara jodoh. Ceilee....ngomongin jodoh. 

Ya kadang kita musti mikirin  siapa yang bakal jadi temen hidup kita nantinya. Bagi beberapa orang, jodoh emang masih misteri. Iya...misteri....serem banget...nggak tau kapan datengnya. Walau udah banyak pertanyaan “Kapan Kawin” tiap hari taun.

Pas pertama nonton, udah tertarik sama kata-kata yang kurang lebih seperti ini, “Kalau patah hati sampai nangis, berarti itu bukan cinta yang tulus, karna cinta yang tulus itu patah hatinya justru hanya diam saja”. Intinya gitu lah. Dari situ udah bisa ditebak. Kalau emang kita sayang sama seseorang dan berakhir, kita tidak perlu larut dalam keputusasaan. 

Seolah paling sakit hati sedunia. Seolah enggan membuka hati. Enggan membuka hati biasanya identik dengan susah move on. Kadang emang kita terlalu sakit hati banget karena ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya, tapi salah besar kalau kita membenci orangnya. 

Ya emang benar sih, saat hubungan berakhir, yang kita benci adalah orangnya, bukan perpisahannnya. Karena yang salah adalah perpisahannya.

Orang yang sudah lama sendiri atau single, biasanya selalu dikait-kaitkan dengan susah move on, susah pindah kelain hati, udah tau dia udah bahagia sama yang lain, kitanya masih aja sendiri. Omongan orang emang macem-macem, tanpa tau apa yang sebenarnya ada dihati.  

Saat orang belum menemukan pasangan yang cocok, bukan berarti ia pilih-pilih. Ketika ia masih asyik sendiri, bukan berarti juga ia nggak ada niat buat menikah. Siapa sih yang nggak kepingin nikah? Bukankah manusia diciptakan berpasang-pasangan? 

Yang paling penting bagaimana kita menyikapinya. Emang banyak yang bilang sih, kalau jodoh itu dijemput, bukan hanya ditunggu. Jodoh emang sudah diatur Tuhan, tapi kalau kita nggak berusaha membuka hati, tentu juga akan sulit bukan?

Tapi yang nggak tau juga sih, “Jodoh harus dijemput dan nggak Cuma ditunggu” ini berlaku untuk cowok-cowok doang atau cewek juga. Serba salah salah emang jadi cewek, minta kepastian dikira terburu-buru, nggak ada kepastian juga nyesek juga. 

Eh tapi ini tergantung cowoknya sih, banyak juga cowok yang peka yang tidak mau membiarkan hubungan terlalu lama. Karena intinya Cuma satu, keseriusan. Ah...elah deh...(sok) bijak banget kata-katanya. Lagipula (menurut survey entah siapa) hubungan yang terlalu lama juga tidak menjamin ke hubungan yang lebih serius, buktinya Raisa sama Babang Hamish baru beberapa hubungan menjalin hubungan saja udah berani melangkah ke jenjang yang lebih serius. 

Dan ini karena Babang Hamish yang keren abis, nggak mau berlama-lama pacaran karena sudah merasa cocok dan nyaman. Duh.....Beneran Relationship Goal. 


Okay baiklah. Pantes saja ada trending topic #HariPatahHatiNasional. Secara cowok ganteng sama cewek cantik yang nggak terlalu lebay dalam menjalin hubungan. Suka banget pasangan kayak gini.

Jodoh emang udah ada yang ngatur, pacaran sama siapa, ke pelaminan sama siapa. Dan yang harus diingat adalah, jangan pernah menutup hati untuk siapapun. Walaupun kamu pernah kecewa berat soal cinta. Karna jodoh bisa dateng dengan cara apapun, jangan sepelekan pertemuan kecil karena bisa menjadi sangat berarti dalam hidup. Duileee......sok bijak abezzz.



~MissAnt~

Jumat, 19 Mei 2017

Petasan Korek dan Awal Pertemuan Kita


*Sahuurrrr....Sahhuuurrrrr
*Sahur......Sahuuuurrrr

“Jandi...Jandi....ini sudah jam berapa nak? Mau sampai kapan kamu  dibangunin tiap sahur”

“Jandi.....Geum Jandi.....kamu puasa ndak?

*SambilNarik SelimutJandiBerwarnaPinkBermotifBunga

“Iya Bu, 5 menit lagi”

Geum Jandi merupakan anak gadis yang mandiri walaupun ia susah bangun saat sahur. Yang paling nggak bisa hilang saat makan sahur adalah, selalu minta disuapin Ibunya. Walau begitu, tapi ia bukan anak yang manja.

“Telor ceplok sama teh manis udah Ibu bawakan Nak, ayo bangun  bentar biar Ibu suapin. Keburu imsyak”

*Geum Jandi pun bangun sambil ucek-ucek matanya.

“Jandi, mau sampai kapan kamu disuapin terus. Udah lulus jadi mahasiswa juga”. Kata Ayahnya dari ruang makan yang telah selesai menghabiskan makan sahur.

“Nggak papa, Yah. Daripada dia nggak sahur”. Balas Ibunya sampin nyuapin Jandi.

“Tuh...kan kata Ibu nggak papa Yah”

“Hmm....emang kamunya aja yang malas”.

*Imsyaaakkkk.....
*Imsyaaakkkk.....
*Imsyaaakkkk....

“Itu teh nya cepetan diminum, masih ada waktu”, Kata Ibunya sambil menyingkirkan piring yang dipakai untuk menyuapinya.

*Jandi pun terburu-buru minum. kemudian membaca niat puasa.
Hal yang paling menyenangkan di bulan puasa adalah jalan-jalan pagi usai sholat shubuh. Masa kecil Jandi memang sangat menyenangkan. Bahkan, sosial media pun juga belum banyak seperti sekarang.  Rumah Jandi yang kebetulan hanya belakang masjid membuatnya rajin sholat berjamaah, walau hanya pas bulan puasa doang.  Bersama dengan teman kecilnya, Sim Chung, Ia selalu menyempatkan untuk jalan-jalan pagi usai jamaah sholat shubuh.

“Chung, tar ku samperin ke rumahmu ya, Aku balikin mukena dulu”. Kata Jandi sambil belok kearah rumahnya.
“Oke, jangan lama-lama lho...tar keburu siang”

Jandi dan Chung merupakan sahabat baik sejak taman kanak-kanak. Saat bulan ramadhan tiba, mereka selalu taraweh bersama sampai jalan-jalan pagi yang selalu bikin kangen. Yang paling berkesan di bulan puasa adalah pertemuan dengan Lee dong wook dan kini menjadi kekasih Geum Jandi. Jodoh memang nggak kemana. Buktinya, ini dialami sendiri oleh Jandi. Tak heran jika bulan ramadhan selalu menjadi bulan yang paling dinantikan karena ada kenangan tersendiri bagi Jandi.

“Ayo Chung, jangan lupa bawa korek ya....Tar kita beliu petasan di deket Jalan raya”. Ajak Jandi sambil berjalan menuju Kampung sebelah.

Mereka pun akhirnya menuju seberang Desa yang masih banyak anak-anak bermain petasan. Jandi dan Chung seringkali patungan beli petasan korek. Petasan korek gampang banget dipakai dan hasil ledakannya juga lumayan bangunin orang tidur.

“Wah....udah ramai aja nih...” Kata Jandi yang udah tak sabar ingin beli petasan.

*Dorr.....pletok...pletok....

Suara petasan korek yang meledak spontan membuat kedua gadis itu kaget.
“Eh,,,iseng banget sih nyalain petasan di belakang kita”. Bentak Jandi sedikit emosi karena sedikit kaget

“Ah....gitu aja kaget. Huuuuuu...puasa marah-marah batal lho”.Sahut pria bertubuh jangkung dan bergigi gingsul tersebut.

“Loh...kam...kamu bukannya Lee dong wook ya? Anak kelas 1D SMP 1, iya kan? Iya kan?”. Tanya Jandi dengan terbata-bata.

Rupanya Lee dong wook adalah cowok yang selama ini mencuru perhatian Jandi. Walaupun beda kelas, tapi selalu ada jendela belakang kelas yang dipakai Jandi untuk sekedar curi-curi pandang.

“Kok tau sih? Kamu anak SMP 1 juga ya?”. Jawab Dong wook sambil memasukkan kembali petasan yang akan dinyalakannya.

“Ya sering banget liat kamu pas mau ke kantin, Aku anak kelas 1F yang deket kantin itu loh”. Kata Jandi sambil sesekali mengibaskan rambutnya yang terkena angin.

“Pantesan aja, eh iya nanti sekolah masuk jam berapa sih? Ini hari pertama masuk sekolah pas bukan puasa kan?”. Tanya Dong wook.

“Iya nanti masuknya jam 8”. Jawab Jandi dengan nada lirih dan gemetaran karena sedikit grogi.

“Oiya, nama kamu siapa”. Tanya Dong wook sambil memainkan korek api.
Yaelah masa satu sekolah nggak tau namanya sih?”. Sahut chung dengan anda mengejek.

“Ya kamu tau lah, secara Aku ini anaknya pemalu banget jadi nggak banyak dikenal”. Jawab Jandi dengan nada yang penuh pembelaan.

“Uhm...nama Aku, Geum Jandi. Panggil aja Jandi”

“Ooh....eh btw, kamu mau nyebrang ke toko depan mau beli apaan Jan”?. Tanya Lee dong wook.

“Itu...Aku mau cari petasan korek. Bentar ya. Yuk...chung kita beli petasan bentar”

“Eh...nggak usah beli aja, ni aku ada banyak. Butuhnya berapa sih”. Kata Dong wook sambil membuka wadah kecil yang berisi petasan.

“Haa....yang bener nih? Nggak banyak kok, Cuma beberapa aja. Buat seru-seruan aja kok”. Jawab Jandi dengan malu-malu.

“Yaudah nih....”. Sambil menyodorkan sekantong plastik petasan korek miliknya.

Merekapun sangat menikmati bermain petasan dipinggir sawah dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang bagus. Hingga mereka lupa, waktu sudah hampir menunjukkan pukul 06.30.

“Eh iya, udah jam setengah tujuh nih. Pulang yuk Jan, tar Aku takut ketinggalan angkot”. Ajak Chung yang jarak sekolahnya lebih jauh hingga harus naik angkot.

“Wah...iya ya. Nggak terasa kalau mainan gini. Yaudah yuk. Doong wook, kita duluan ya. Makasih buat petasannya”. Kata Jandi sembari mengakhiri jalan-jalan pagi itu.

“Santai aja lagi, Aku punya banyak petasan kok”. Kata Dong wook.

Dalam perjalanan pulang, Jandi terus-terusan bercerita tentang Lee dong wook yang ternyata adalah pria yang disukainya dan sering diceritakan pada Chung. Pertemuan pagi itu membuat Jandi berbunga-bunga kerena bisa ngobrol bareng dengan laki-laki yang selama ini ia sukai. Ia pun tak sabar untuk sampai ke sekolah hanya karena ingin melihat Lee dong wook.

Sesampainya di rumah, kemudian Jandi mandi dan beres-beres lalu berangkat sekolah naik sepeda onthel warna merah hadiah dari Ayahnya waktu dia menang baca puisi. Tepat jam 07.45, Ia berangkat menuju sekolah yang tak jauh dari rumahnya.

Pelajaran di sekolah saat bulan puasa biasanya tidak full. Kalau biasanya 1 jam pelajaran memakan waktu 90 menit, nah...kalau pas puasa 1 jam pelajaran hanya 30 menit saja. Lumayan kan, ini juga yang paling ditunggu-tunggu saat puasa.

Saat istirahan Jandi mulai tengak-tengok di jendela pojok kelas. Ia menunggu Lee dong wook lewat. Tapi Dong wook pun tak kunjung lewat. Bahkan dalam hati dia bergumam. “Jangan-jangan Dong wook  nggak masuk. Apa dia ketiduran ya”. Berhubung bulan puasa, jadinya pulang sekolah juga lebih awal. Jandi kemudian pulang. Lee dong wook pun tak terlihat batang hidungnya.

“Jam segini udah pulang Nak”.Tanya Ibu Jandi sambil mengangkat jemuran.
“Iya Bu, berhubung bulan puasa ada pengurangan jam gitu”. Jawabnya sambil memasukkan sepeda onthel merah kesayangannya.

Sesampainya di kamar, ia hanya baca komik sisa kemarin yang belum selesai. Kadang, waktu memang terasa lebih cepat sata bulan puasa. Hingga tak terasa ia ketiduran saking terlalu banyak komik yang sudah dibacanya.

*Ibu Jandi berulang kali mengetuk pintu kamar Jandi

“Jandi.....sholat ashar dulu Nak, udah jam 17.00 itu, bentar lagi persiapan bantuin Ibu ya”

“Hah...udah jam 5 aja nih”

*Jandi pun akhirnya lari ke kamar mandi untuk ngambil air wudhu dan sholat ashar.

“Ibu kok nggak bangunin Jandi dari tadi?”. Tanya Jandi sambil mengambil pisau dan membantu Ibunya memotong tempe yang akan dibuat mendoan untuk Buka puasa.

“Tadinya Ibu pikir kamu masih asyik baca komik, eee...nggak taunya komiknya udah berserakan kemana-mana dan kamu ketiduran”.

Rutinitas Jandi sore hari menjelang buka puasa adalah membantu Ibunya menyiapkan menu buka puasa. Berbagai menu khas saat bulan puasa pun selalu tersaji di meja makan mungil itu. Dan menu wajib yang nggak pernah terlewat adalah kolak pisang.  Selain itu ada mendoan anget kesukaannya.

*Allahu akbar.....Allahu akbar.....

Akhirnya adzan magrib pun tiba. Jandi pun segera mengambil teh manis yang dibuatkan oleh Ibunya. Sambil berdoa, ia menyeruput teh manis dari gelas mini kesayangan yang merupakan kado ulang tahun dari sahabatnya, Chung.

Kemudian Jandi segera mandi dan persiapan sholat magrib. Sambil menunggu sholat taraweh, ia menikmati kolak pisang bersama dengan keluarganya. Moment yang paling menyenangkan setelah buka puasa adalah ngumpul bareng keluarga sambil menunggu taraweh di masjid. Nggak terasa asyik bercanda dengan anggota keluarga sambil menikmati kolak pisang, akhirnya adzan isyak pun berkumandang. Mereka pun bersiap untuk wudhu dan berangkat ke masjid.
Sesampainya di masjid, Jandi bertemu dengan Chung. Seperti biasa mereka selalu ikut sholat isya doang. Kemudian mereka diam-diam meninggalkan taraweh dan pergi ke rumah Chung untuk cerita-cerita. Memang terlihat aneh sih, tapi masa-masa itu sangat menyenangkan.

“Psst....pstt...ayo kita pergi sekarang aja”. Ajak Jandi secara diam-diam supaya tidak ketahuan Ibunya yang duduk tepat didepannya.

“Bentar lagi deh....”. Bisik Chung dengan lirih.

Lalu mereka pun mengambil sandal dengan perlahan dan jalan pelan-pelan menuju rumah Chung yang tak  jauh dari masjid. Dan akhirnya sampai ke rumah Chung dan mereka saling curhat.

“Eh..gimana tadi ketemu Lee dong wook kan? Trus dia gimana?”.Tanya Chung sambil melepas mukena dan melipatnya.

“Tau nggak sih? Tadi Dong wook nggak masuk. Biasanya tu dia lewat depan kelas. Nah...tadi kutungguin nggak ada”. Jawab Jandi dengan nada kecewa.

“Lah...ini kan puasa, ya jelas aja dia nggak ke kantin. Paling di kelas aja tu anak”. Sahut Chung memberi hiburan pada Jandi.

“Ah...masa iya. Tapi kan.....”. Jelas Jandi dengan wajah manyun yang kemudian pembicaraannya disela oleh Chung.

“Udah positif thinking aja. Paling dia males keluar kelas biar nggak kelaperan kali. Hemat energi gitu.” Hibur Chung.

“Iya sih....tapi...ah...kenapa...ih...sebel deh. Kenapa juga aku seharian nungguin dia lewat.” Sahut Jandi kesal dengan dirinya sendiri.

“Yah...gitu lah nama nya juga orang kasmaran. Gini deh jadinya. Nggak keliatan sehari aja udah kayak nggak ketemu setahun”. Goda Chung.

“Ah...apaan sih Chung”. Jawab Jandi sambil melempar boneka doraemon kewajah Chung.

“Besok jalan-jalan lagi yuk. Ke tempat biasa. Main petasan lagi”. Ajak Jandi penuh semangat.

“Mau main petasan apa mau ketemu Lee dong wook nih”. Lagi-lagi Chung menggoda Jandi.

“ehmmm....dua-duanya...”. Ahahahhahaa...

*Keduanya kemudian tertawa kencang.

Enaknya bulan puasa memang gitu. Sesekali mereka “bolos” taraweh hanya untuk curhat-curhat hal-hal yang mereka alami di sekolah. Ini semakin asyik karena sekolah mereka berbeda. Jadi lebih asyik berbagi cerita. Tak terasa obrolan tersebut berlangsung lama hingga jam menunjukkan jam 21.30. Kemudian Jandi segera pulang.

“What??? Udah hampir jam 10 aja nih. Aku balik dulu Chung. Inget ya, besok ku samperin abis shubuh”.

“Siap Boss”

Sesampainya di Rumah, Jandi langsung ke kamar. Ibunya kemudian memanggilnya.

“Jandi! Darimana kamu? Tadi nggak ke masjid taraweh kan?”.Tanya Ibunya dengan wajah marah.

“Ke...ke....ke...Masjid kok Bu. Beneran deh”. Jawab Jandi gemetar.
“Bohong, tadi pas kultum kamu nggak ada. Chung juga nggak ada. Jangan bohong sama Ibu”.

“Tadi Aku abis sholat isya ke rumah Chung Bu..”.

“Nah...kan? kamu nggak boleh gitu Jandi. Selesaikan dulu tarawehnya baru ngobrol. Taraweh setahun sekali lho. Kalau ngobrol kan kapan saja bisa”. Jelas Ibu Jandi dengan penuh nasehat.

“Iya..Bu...Iya...besok nggak kabur lagi deh. Besok Jandi selesaikan tarawehnya baru ngobrol”. Jawab Jandi sambil meyakinkan Ibunya.

“Awas kalau bohong lagi ya. Yasudah sana tidur. Biar besok bisa bangun sahur lebih awal”.

Jandi kemudian masuk kamar dan tidur. Tak sabar menunggu pagi dan jalan-jalan untuk bertemu Lee dong wook. Bagi Geum Jandi, Lee dong wook adalah cinta pertamanya. Dia pun nggak nyangka kalau bulan puasa justru membuatnya semakin mengenal Dong wook. Bahkan mereka semakin akrab dan rasa cinta itu tumbuh semakin besar.

*tok...tok...tok....

“Woe...lama banget datengnya. Kirain ketiduran abis shubuh”. Kata Chung sambil membuka pintu dan siap-siap untuk jalan.

“Ya enggak lah...kan kita main petasan. Eh iya jangan lupa bawa korek”. Pinta Jandi setiap pagi.

“Iya...deh..iya....nih...”. Jawab Chung sambil menunjukkan korek gas warna merah dari saku nya.

Mereka pun berjalan dengan tergesa-gesa karena Jandi ingin segera bertemu dengan Lee dong wook.

“Jandi....pelan-pelan donk jalannya. Buru-buru amat sih”. Pinta chung sambil ngos-ngosan.

“Iya..ya. perasaan tadi pelan deh. Bisa buru-buru gini sih”. Ujar Jandi sambil memelankan langkahnya.

Dan akhirnya sampai ke tempat tujuan. Jandi melihat sekitar.

“Aku beli petasan dulu ya”. Kata Chung sambil meninggalkan Jandi.

Sementara itu Jandi masih sibuk melihat sekitar dan mencari Lee dong wook. Dan tiba-tiba...

*Doorr...pletok..pletok....

“Hah..ngaketin aja sih”. Kata Jandi dengan kaget dan jantung berdebar kencang. Dia grogi jika bertemu dengan orang yang dicintainya.

“Lagian kamu pagi-pagi gini melamun. Mikir apa sih?”.Tanya Lee dong wook sambil mengeluarkan petasan korek dari wadah kecil yang dia bawa.

“Heh...disini kalian rupanya ya. Eh iya, petasannya abis Jan. Di toko sebelahnya juga abis nih”. Sahut Chung sambil ngos-ngosan karena muter-muter nyari petasan.

“Kenapa musti beli sih. Ini aku ada banyak kok. Nih ambil aja”. Kata Dong wook sambil menyodorkan petasan korek.

Mereka akhirnya bermain petasan bertiga. Seru banget. Rasanya detik itu nggak pengen cepet berlalu. Terlebih untuk Jandi yang lagi kasmaran. Siapa sangka berbagi petasan saat jalan-jalan pagi ketika bulan puasa justru menjadi waktu yang paling indah.

Awalnya memang nggak mikir terlalu jauh. Dua gadis yang suka jalan-jalan usai sholat shubuh sambil main petasan, kemudian bertemu dengan lelaki yang memberinya petasan, kemudian main bersama-sama. Kejadian tersebut berlangsung setiap puasa. Hingga akhirnya mereka beranjak dewasa. Siapa sangka sekarang mereka menjalin hubungan yang serius. Pasalnya, sejak saat itu mereka menyempatkan untuk berkomunikasi lewat smartphone.

Dan, kisah itu sekarang tinggal menunggu kabar baik. Geum Jandi kini sudah bekerja di perusahaan swasta. Begitu juga Lee dong wook yang juga menjadi teman satu kantornya. Kenangan saat awal bertemu Lee dong wook di bulan puasa selalu membuat Jandi berpikir positif. Ia berharap ramadhan tahun ini akan menjadi kabar baik bagi dirinya dan Lee dong wook. Karna keduanya akan memutuskan naik ke pelamainan usai lebaran tahun ini. Nggak nyangka banget ya, dari petasan korek bisa berujung ke pelaminan. Jodoh emang nggak kemana.


#MissAnt

Popular Posts