Jumat, 21 Agustus 2020

Nengok (Tilik) Yang Berujung NYINYIR

 



Awalnya memang nggak ngeh kalau ternyata Tilik yang dimaksud di sini adalah menjenguk atau yang lebih populer dengan Nengok atau Jenguk. Berhubung sempat trending lantaran salah satu pemeran yang namanya Bu Tejo, akhirnya aku nonton donk. 

Daaan ternyata…..relate banget sama buibu yang suka nyinyir urusan orang lain. Apalagi yang dinyinyirin adalah seorang wanita yang udah kerja tapi nggak nikah-nikah. Hahaha…..pastilah jadi bahan gunjingan. Dikira kaga laku lah….banyak pilihan lah…ini lah…itu lah.

Budaya Tilik atau menjenguk orang sakit memang masih kental di masyarakat yang tinggal di desa. Meski begitu beberapa desa yang sudah agak kota juga masih memiliki budaya ini. Film ini menjadi gambaran yang “ngena” banget khususnya buat Ibu-ibu yang berbondong-bondong ingin mengunjungi warganya yang sedang sakit.

Pas nonton ini aku sih jadi geleng-geleng sendiri dan beberapa kali melontarkan kata, “haha…iya banget”, “hah…emang kampret banget sih Bu Tejo ini”. Pokoknya benar-benar relate banget sama rombongan Ibu-ibu yang kalau Tilik ujung-ujungnya Cuma ngomongin orang. Haha….iya nggak? Ngaku aja deh buibu.

Nggak ngerti lagi deh, ceritanya dibuat mengalir dan natural banget. Pemilihan gaya bahasanya juga pas banget sesuai dengan logat ibu-ibu kalau lagi nyinyir. Bisa bayangin nggak kalau kamu tetanggan sama Bu Tejo sementara kamu masih belum nikah. Hahaha…..abis noh dijulidin.

Setelah nonton film Tilik, aku jadi mikir kalau ternyata di semua kampung atau desa, yang namanya Ibu-Ibu kalau udah kumpul pastinya ngomongin orang. Kalau nggak kebaikan orang yang keburukannya. Pokoknya selalu ada aja yang dijadiin bahan omongan. Yaa….namanya juga hidup. Kalau nggak diomongin ya nggak populer donk?

Pesan tersembunyi dari Film Tilik

1.Tidak semua kabar dari Internet itu benar

Kalau kamu udah nonton, pastinya kamu paham sama adegan  di mana ada Ibu-ibu yang membenarkan omongan Bu Tejo. Kira-kira seperti ini,

Bu Tejo : Kabar seko Internet yo mesti ratau ngapusi. Wong sing gawe Internet ki wong pinter kok. (Kabar dari Internet ya nggak pernah bohong. Yang bikin internet kan orang pinter).

Ibu-Ibu lain yang nanggepin : Lha iyo wong gaweane wong pinter ki mesti bener to yo. (Ya iya kan bikinan orang pinter kan selalu benar).

Dari sini bisa disimpulkan kalau Internet tidak selalu membawa hal baik pada orang yang tinggal di desa. Mereka hanya asal percaya dengan satu sumber saja. Padahal kan berita Internet memang seharusnya disaring kebenarannya dulu. Tapi ya namanya Ibu-ibu, kebanyakan ya langsung percaya aja. Hihi…jadinya ya begitu.

2.Selalu ada “KOMPOR” untuk menyebarkan berita yang kurang benar

Jika salah satu orang menyebarkan berita yang kurang baik, maka akan ada orang lain yang jadi KOMPOR alias si tukang manas-manasin yang akhirnya semakin panas buat dinyinyirin. Yang namanya orang kalau sudah ngegosip, pastinya akan ada yang ikut manas-manasin biar semakin banyak orang percaya. Kalau nggak percaya, coba liat lagi adegan di bak truk selama perjalanan Tilik, ada aja orang yang bikin Bu Tejo semakin ngomongin si Dian.

3.Keroyokan selalu menang

Ya meski Cuma film, tapi aku gemes banget sama adegan di mana Bu Tejo dan Yu Ning adu mulu dan akhirnya nggak tau kalau kena tilang polisi. Dan apa yang terjadi? Pak polisi malah dikoroyok sama Ibu-Ibu. Pak polisinya kalah sama gerombolan Ibu-ibu yang sebenarnya salah. Mungkin mereka berfikir kalau dengan cara gerombolan seperti itu akan selalu menang meski salah di mata hukum.

4.Muka sok manis di depan orang yang sudah dinyinyirin

Orang kalau sudah ngomongin orang, pasti akan bermuka lebih manis di depan orang yang sudah diomongin tersebut. Liat sendiri kan Bu Tejo saat ketemu Dian di Rumah Sakit itu, ya begitulah. Sok tanya baik-baik pada di belakang Dian nyinyirnya udah kebangetan banget. Begitulah kalau orang sudah julid. Nggak ada obatnya.

Film ini mampu menguras emosi terutama kalau liat Bu Tejo dengan segala gaya khas kalau nyinyirin orang. Belum lagi cara pamer gelangnya. Haha…sumpah bisa banget gayanya senyebelin itu. Btw, yang bikin aku penasaran, sebenarnya siapa bapak-bapak yang ada di mobil sama Dian itu? Masa pak Lurah? Kan bu Lurah katanya single parent dan hidup sama anak lelakinya (Fikri) yang deket sama Dian.

Jadi bapak-bapak itu siapa? Jangan-jangan malah pak Tejo? Kalau beneran pak Tejo. Kagak kebanyang deh gimana nasib Dian di kampung itu, jadi istri muda pak Tejo dan bakal dinyinyirin seumur hidupnya sama Bu Tejo and the gank. Hahaaaa…….

 

~MissAnt~

 

Gimana Sih Caranya Agar Mental Semakin Sehat?No More SAMBAT


 

Apakah kebanyakan sambat pertanda kalau kesehatan mental kurang sehat? Btw sambai itu bahasa jawa yak, kalau dalam bahasa Indonesia sama dengan ngeluh (mengeluh).

 

Ah….koe kakean sambat (Bahasa Jawa)

Ah….kamu kebanyakan ngeluh (Bahasa Indonesia)

 

Kira-kira begitu. Tapi lebih enak menggunakan kata sambat deh. Soalnya lebih loosssss. Haha….

Di luar sana kita pastinya sering mendengar keluhan-keluhan yang sebenarnya sepele, tapi dibesar-besarkan. Emangnya dia doang yang punya masalah hingga seluruh jagad sosmed harus tau? Setiap orang pasti punya masalah kok, hanya saja kadar keluhannya saja yang membedakannya.

Adalah wajar jika kamu mengeluh. It’s okay. Namanya manusia,kalau nggak ngeluh ya kurang puas. Aku juga begitu, kadang ya sambat. Tapi nggak kebanyakan sambat. Karna kebanyakan sambat juga bakal bikin mental kamu nggak sehat.

Kesehatan mental ternyata juga memperngaruhi kesehatan fisik seseorang loh (pernah baca). Jadi, jika mental kita sehat, Insya Allah fisik kita juga sehat. Menjaga kesehatan mental tentu sangat mudah. Nggak mahal dan siapapun bisa melakukannya.

Jadi, bagaimana cara menjaga kesehatan mental?

1.Mendekatkan diri kepada Allah

Intinya, selama kamu dekat sama sang pencipta, seberat apapun masalah yang kamu alami akan baik-baik saja. Percaya sama Allah kalau kita sedang dikasi beban, tentu saja kita sanggup melewatinya. Allah tidak akan membebani seseorang jika orang tersebut tidak sanggup. Kalau kita merasa diberi masalah, artinya kita  bisa melewatinya. Makanya, deketin Allah, minta apa saja. Insya Allah diberi kemudahan.

2.Hindari banyak sambat

Katanya, orang yang mengeluhkan hal-hal sepele itu akan berpengaruh terhadap kesehatan mental. Mulai sekarang coba belajar untuk legowo. Kebanyakan sambat juga hanya memberikan energi negatif pada diri yang berujung ke penyakit. Liat aja orang yang jarang sambat meski banyak beban hidup yang ditanggungnya, lebih sehat kan?

3.Perbanyak bersyukur

Yang namanya manusia memang selalu kurang…..kurang dan kurang. Meski sudah mendapatkan apa yang didapatkan, tapi tetap saja ingin lebih dan lebih. Ya….namanya manusia. Wajar sih. Tapi alangkah baiknya kita bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Ingat ya, apa yang kita miliki adalah apa yang diinginkan orang lain. Belum tentu orang lain mendapatkan apa yang sudah kita inginkan.

4.Banyakin Dzikir daripada Nyinyir

Semakin ke sini tentunya makin banyak orang yang suka mengomentari kehidupan orang lain. Di satu sisi memang orang nyaman dengan kehidupannya, tapi di sisi lain selalu ada saja orang yang suka mengusik kehidupan kita. Terlalu banyak nyinyir juga bikin mental kamu nggak sehat. Mengapa? Karena kamu terlalu membanding-bandingkan hidup orang lain yang sama sekali nggak ngaruh dengan kehidupanmu. So….banyakin dzikir daripada nyinyir yak.

5.Love yourself

Semua berawal dari diri kita sendiri. Sayangi diri sendiri dulu, kemudian hal-hal positif akan datang menyertai. Nggak percaya? Coba aja. Love yourself first before you love someone else. Mencintai diri sendiri tidaklah sulit dan bukanlah egois. Demi kesehatan mental, priorotaskan diri sendiri dulu.

Hm…..apalagi yak?

Intinya kesehatan mental itu penting dan mampu mempengaruhi pola pikir kita. Kesehatan juga mahal harganya. Kita berhak atas diri kita. Sebisa mungkin jangan menyakiti diri sendiri untuk membahagiakan orang lain karena tidak semua orang suka dengan kita.

 

~MissAnt~

 

 


Popular Posts