Kamis, 26 September 2019

5 Manfaat Yang Kamu Dapat Dari Naik Gunung





Dengan membaca dari judulnya, jangan pernah mengira kalau aku udah naik gunung yang tinggi banget ya? Sebenarnya aku Cuma naik gunung api purba yang ada di Nglangeran itu kok. Meski hanya berketinggian 700 mdpl (C.M.I.I.W), tapi berasa udah seperti naik gunung yang tinggi buanget. Oke, aku lebay. Nggak papa, mending lebay daripada drama. #Uhuk...

Baiklah, dengan naik gunung kemaren, banyak pelajaran yang aku dapat. Sebenarnya udah lama banget pingin naik gunung. Kata temanku, naik gunung harus punya persiapan yang matang. Nggak hanya asal-asalan. Ya paling enggak, lari-lari gitu udah termasuk pemanasan kok. Sayangnya aku kemaren mengabaikan pemanasan itu. Nggak pernah olahraga, nggak pernah lari-lari (pernah sekali tapi ngos-ngosan banget) , tiba-tiba naik gunung. Ugh....berasa banget rasanya. Malu sama diri sendiri. Ternyata aku selemah ini.

Kenapa aku ngebet banget pingin naik gunung? Karena pemandangan pasti bagus banget. Seo;ah lebih dekat dengan awan dan menikmati birunya langit, belom lagi nanti kalau ada senja. Uwuwuwuu...pasti cakep banget deh. Tapi semua itu nggak bisa dilihat tanpa kita harus bersusah payah dulu, yaitu mendaki. Jangan pikir mendaki itu gampang ya? Eh tapi kalau udah biasa emang gampang kayaknya. Beda sama yang baru pertama kali kayak aku.

Ngomongin soal naik gunung, aku jadi mendapatkan banyak pelajaran nih. Ciee elahh....Setiap jalan kehidupan memang selalu memberikan pelajaran bagu kita semua. Walau hanya gunung yang tidak terlalu tinggi, tapi aku mampu merenungkan beberapa hal, antara lain;

1.Lebih banyak bersyukur.

Iya bersyukur masih bisa diberi kesempatan bisa melihat indahnya semesta. Mungkin aku lebay. Tapi ya namanya baru pertama kali naik gunung dan bisa melihat pemandangan dari atas, rasanya beda banget. Pokoknya bersyukur banget bisa melihat ciptaanNYA dari ketinggian 700 mdpl.

2.Jangan menyepelekan hal kecil.

Sebelum naik gunung, ada teman yang mengingatkan, sebaiknya pemanasan dulu sebelum naik gunung, tapi aku mengabaikannya. Dan akhirnya setengah jalan rasanya mau semaput. Hahaha....kalau inget rasanya malu sama diri sendiri. Kadang hal kecil yang kita sepelekan bisa sangat berpengaruh. Iya kan, ngeyel banget akutu. Kalau tau naiknya SUPER SEKALI, aku bakalan lari-lari tiap pagi.

Kadang kita belum paham banget sebelum kita merasakannya sendiri. Ya sama seperti ketika orang bilang, “Udahlah....yang sabar, Ibu kamu udah tenang di sana”. Mungkin mereka belum tahu rasanya ditinggal Ibu. Oke aku jadi baper.
Yang jelas, jangan pernah menyepelekkan hal kecil. Kalau hal kecil aja udah kamu anggap remeh, gimana nanti kalau dapet yang besar. 

Hayoloh.....semangat...semangat olahraga.

3.Lebih menghargai sesama makhluk lain.

Kalau biasanya aku suka ngusir semu yang suka jalan-jalan di kamar kost, tapi pas ndlosor kecapean, aku jadi mikir, ini kan semut juga hewan yang perlu jalan-jalan. Jadi biarkan saja, toh mereka sebenarnya nggak menganggu kita. Hanya saja kita yang risih.

Dari pas aku dlosoran karena lelah, aku liat kanan kiri sampai nunduk ke bawah dan banyak semut lagi jalan-jalan, tapi aku biarin aja. Karena mereka juga nggak nggremet di kaku. Selain itu aku juga ketemu sama lebah. Pas temen bilang, “Nanti dulu ada lebah”, itu aku mikirnya udah macem-macem. Jangan-jangan ini lebah hutan bakalan ngeroyok neeeh.....Hahaaaa....emang suka lebay akutu.

4.Lebih bisa mengalah dengan sesama makhluk hidup.

Temenku bilang, “Nanti dulu, tunggu sebentar. Kita yang ganggu mereka. Jadi kita harus berhenti dulu. Toh ini kawasan mereka, kita yang berkunjung ke mereka”. Iya benar juga ya, jalan menuju ke puncak gunung api purba kan berliku-liku dan harus menyelusuri bukit, jadi wajar kalau banyak lebah toh itu rumah mereka. Kita yang sedang berkunjung, jadi ya kita harus mengalah dengan berhenti sejenak. Membiarkan mereka menyingkir dan memberi jalan untuk kita.

Lalu kenapa tidak diusir? Sekarang gini, kita datang ke gunung kan untuk menyatu dengan alam sekitar dan makhluk yang ada di sana, jadi ya kita harus mengalah karna itu kawasan mereka. Aku juga pas jalan sempet denger krusak-krusek dan aku mikirnya itu ular. Tapi aku stay cool aja biar aman, toh itu kawasan mereka. Selama niat kita baik dan tidak mengganggu, maka mereka tidak akan menganggu kita. Simple kan?

5.Lebih mudah menerima keadaan.



Iya nggak sih? Buat kalian yang udah naik gunung yang tinggi, apakah kalian pernah merenung kalau segalanya akan baik-baik saja kalau kita bisa lebih mudah menerima keadaan. Kalau aku pribadi sih, dari naik gunung, aku lebih bisa menerima keadaan.

Aku pribadi memang masih dalam tahap pemulihan. Bukan, aku nggak sakit kok. Hanya saja mentalku agak kurang santai. Kenapa? Karena aku baru kehilangan Ibuku Juli 2019 kemarin. Tentu tidak mudah bagiku. Amat sangat nggak mudah. Butuh waktu untuk pulih. Perasaan ini hanya bisa dirasakan oleh anak perempuan yang sudah sangat dekat dengan Ibunya, lalu harus merelakan Ibu pergi meninggalkan dunia ini. Dan aku hancur banget.

Tapi ada banyak pelajaran setelah aku mencoba untuk naik gunung, toh ini pertama kalinya aku naik gunung meski tidak tergolong tinggi. Dan aku sangat menikmatinya. Sebenarnya udah lama janjian sama temen. Bahkan sejak Ibu masih ada, aku pernah bilang kalau pingin banget naik gunung.





Dalam lelahku saat menuju ke puncak, aku sempat termenung sejenak. Aku nikmati pemandangan sekitar. Aku lihat kanan kiriku. Aku rasakan desiran angin yang panas. Dedaunan yang kering dan mereka tetap bisa bertahan karena memang itu takdirnya. Dedaunan kering tak pernah menyalahkan kemarau berkepanjangan. Mungkin memang sudah harus seperti itu.

Semua yang terjadi memang sudah jalannya begitu. Tidak ada orang yang baik-baik saja ketika ditinggal oleh orang terkasih, terutama seorang Ibu. Yang harus dilakukan adalah dengan berdamai dengan keadaan karena memang ya seperti inilah.

6.Lebih menghargai apa yang sudah kita capai.

Yang namanya manusia, pasti tidak pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Aku sih nggak munafik karena aku juga begitu. Sudah punya ini tapi tetep aja pingin itu. Wajar sih. Semua orang butuh kepuasan. Tapi setidaknya tahu batasan.

Pas nyampai di puncak gunung api purba, rasanya aku bangga banget sama diriku. Ya bukan bangga yang membangga-banggakan diri banget sih. Intinya lebih bangga karna sebuah pencapaian. Lalu aku lihat sekitar. Berasa aku sudah naik gunung yang paling tinggi karna bisa melihat semuanya dari atas. 

Tapi...tapiii dan tapi....semua itu hanya sebuah pencapaian kecilku saja. Masih banyak gunung tinggi yang pastinya pemandangannya lebih indah. Aku baru kayak gini aja udah seneng banget.

Lantas apa ini sebuah kebanggan terhadap diri sendiri? Iya. Tapi ini bukan bangga yang kesannya sombong. Ada kalanya kita harus mengargai apa yang sudah kita capai. Seperti halnya masalah pendapatan, seringkali kita mengeluh karena gajinya kurang, tanggal segini sudah habislah inilah...itulah. Oke, sesekali saja coba renungkan. Kita sudah bekerja dengan apa yang kita mau, hargai apa yang sudah kita capai. Kalau kamu tidak bisa menghargai apa yang kamu capai, dari mana kamu bahagia?

Jika kita melihat ke bawah, masih banyak orang yang lebih kekurangan dari yang kita keluhkan. Jadi,adalah penting ketika kita bisa menghargai apa yang sudah kita capai. Jadi, orang yang tidak bisa menghargai pencapaian orang lain, sudah bisa dipastikan kalau mereka juga tidak bisa menghargai pencapaiannya sendiri. Note this!!

Gimana? Kok aku tumben bijak yak? Efek naik gunung kali. Semakin tinggi gunung yang kamu  daki, maka kamu akan semakin bijak dan rendah hati, kataya begitu.Semoga bisa seperti itu.

Kira-kira ada lagi nggak? Kalau kalian punya pengalaman tentang naik gunung, bisa dishare di kolom komentar donk, supaya kita tahu banyak pelajaran dari setiap perjalanan.


~MissAnt~

0 komentar:

Popular Posts